Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Kalau Guru Adalah Penentu Peradaban, Lha yang Lain Ngapain?

Hanifatul Hijriati oleh Hanifatul Hijriati
26 November 2023
A A
Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru Mojok.co

Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Di Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November lalu, dalam pidatonya, Pak Jokowi menekankan bahwa guru sebagai penentu peradaban bangsa. Alih-alih saya jadi terpukau bahkan terharu mendengarnya, tapi batin saya justru terherman-herman. Penentu peradaban? Hah, yang benar saja.

Meskipun apa yang disampaikan Pak Jokowi ini nggak salah-salah amat, tapi banyak hal yang harus dicermati dari pernyataan itu. Peradaban bangsa ini bukan sekedar sekumpulan anak kecil dengan seorang ketua gengnya atau siswa satu kelas yang nakalnya minta ampun. Peradaban bangsa ini semua generasi. Bayangkan lho yaa. Segitu banyak orang hanyalah guru yang mampu mengubahnya. Katanya sih gitu.

Mungkin, maksud Pak Jokowi ingin memberikan penghargaan besar pada guru sebagai pahlawan peradaban bangsa. Tapi, saya kok justru menganggapnya sebagai bentuk pelemparan tanggung jawab, kewajiban, sampai beban pada guru. Pak Presiden lupa bahwa untuk membangun peradaban bangsa itu ya membutuhkan semua lapisan masyarakat termasuk orang tua yang berperan sangat besar.

Mungkin Pak Presiden juga lupa ada sebuah idiom Inggris yang mengatakan “it takes a village to raise children”. Untuk mendidik generasi apalagi ini peradaban ya harus dibebankan sama semua orang, bukan hanya guru atau bahkan cuma guru.

Pimpinan bangsa itu kasih contoh dulu dong!

Menjadi tokoh yang dianggap menentukan peradaban bangsa itu kok terlalu berlebihan sih. Iya memang guru harus memberikan, mengarahkan, sampai memberi arah jalan terang kepada para siswa. Tapi jelas nggak bisa sendirian membangun karakter generasi.

Coba saja saat guru di sekolah dengan sepenuh hati mendidik siswa-siswa untuk patuh hukum, nggak melanggar lalu lintas, sampai semua nilai-nilai luhur Pancasila. Tapi pas mereka mau bikin SIM malah ditawari untuk pakai jalan pintas saja. Kan nggapleki banget.

Sama halnya ajaran untuk antre, menghormati orang lain, itu nggak kurang-kurang lho para guru berusaha mengajari. Ketertiban dan kdisiplinan terus diupayakan di sekolah. Tapi dengan kurang ajarnya, ditemukan banyak orang asyik ngrokok di depan anak-anak, di tempat umum, sampai pelanggaran-pelanggaran hukum lainnya yang sebegitu mudah sekali dilakukan.

Nilai-nilai kebaikan, ketertiban, dan kedisisplinan yang didapat di sekolah tiba-tiba luntur hilang tak berbekas saat siswa-siswa melihat sendiri gimana kelakuan orang-orang di luar sana yang banyak melanggar hukum dan nggak diapa-apain. Kayak gini kok meminta guru jadi penentu peradaban!

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Guru hanya jadi kambing hitam

Kecurigaan saya, pernyataan Pak Presiden ini hanya digunakan agar guru bisa dijadikan kambing hitam atau sumber kesalahan saat ternyata generasi bangsa bisa dikatakan tidak dapat bersaing secara global. Dan parahnya saat peradaban bangsa ini dainggap nggak maju-maju.

Sebenarnya profesi ini sudah biasa dijadikan kambing hitam, bahkan sumber kesalahan atas ketidakmajuan tingkat SDM kita. Bu Sri Mulyani sempat mengemukakan kekecewaannya saat tahu indeks SDM Indonesia hanya meningkat 0,62 poin saja. Padahal sudah dikasih Tunjangan Profesi yang nilanya tinggi. Jadi sudah biasa sih guru dijadikan kambing hitam.

Nah, saat Pak Jokowi menyampaikan pidatonya di HGN tahun ini, tampaknya sangat masuk akal jika saya beranggapan bahwa memang sejatinya guru adalah tokoh yang sangat strategis untuk dijadikan sasaran kesalahan jika terjadi penurunan moral, karakter sampai kualitas generasi. Jadi sudah selayaknya untuk dibebankan mampu membangun sebuah peradaban yang maju di masa depan.

Dekadensi moral di mana-mana, ya udahlah

Ya udah lah nggak peduli itu urusan penegakan hukum yang masih pincang di mana-mana, koruptor yang nggak mendapat hukuman berat, sogok menyogok hampir di mana-mana, ketidakdisiplinan yang nggak ada tindakan apa-apa, ya nggak urusan. Yang penting guru harus bisa memperbaiki moral bobrok itu laaah.

Guru harus bisa mikir gimana caranya memperbaiki itu semua dengan banyak batasan yang dibuat pemerintah. Guru tidak boleh memberi sanksi berat pada siswa, nggak boleh keras pada siswa, dan harus tetap memberikan layanan sepenuh hati sebobrok apa pun siswanya. Kalau ada siswa bermasalah secara moral ya guru lah yang punya kewajiban memperbaikinya.

Di saat guru berupaya untuk membangun generasi tapi berbagai lapisan masyarakat, sampai orang tua enak-enakan aja mempertontonkan perilaku amoral, menjadi negara dengan peradaban maju ya cuma ngimpi laah. Oiya lupa, kita kan sudah biasa jadi bangsa pemimpi to?

Penulis: Hanifatul Hijriati
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Dear, Pemerintah, Gaji Guru Idealnya Segini, Harusnya Lebih Malah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 26 November 2023 oleh

Tags: guruJokowikambing hitamPeradabanprofesi
Hanifatul Hijriati

Hanifatul Hijriati

Seorang guru SMA yang suka ngopi.

ArtikelTerkait

profesi kamen rider di indonesia mojok

Kamen Rider Bakal Punya 3 Pekerjaan Ini Andai Mereka Hidup di Indonesia

6 Agustus 2021
aksi 22 mei

Kenapa Kita Susah Menerima Aksi Damai 22 Mei Apapun Alasannya

24 Mei 2019
Karma Seorang Guru yang Dulu Sering Ngambek Sama Dosen MOJOK.CO

Karma Seorang Guru yang Dulu Sering Ngatain Dosen

3 Agustus 2020
Dilema Jadi Anak ASN Tata Usaha: Mau Cari Beasiswa kok Statusnya Anak ASN, tapi Nggak Dapet Beasiswa ya Susah Juga Bayar Kuliahnya

Dilema Jadi Anak ASN Tata Usaha: Mau Cari Beasiswa kok Statusnya Anak ASN, tapi Nggak Dapet Beasiswa ya Susah Juga Bayar Kuliahnya

2 Oktober 2023
4 Alasan Seseorang Menanyakan Pekerjaan Orang Lain Saat Ngumpul

Golongan yang Nggak Mungkin Work Life Balance. Kerja, Kerja, Kerja, Tipes!

11 Maret 2021
golput dan prabowo

Masuknya Prabowo ke Kabinet dan Perkiraan Golput yang Akhirnya Terbukti

22 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga Mojok

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga

11 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.