Kota Bunga dan Kota Pendidikan menjadi julukan yang lumrah bagi Malang. Akhir-akhir ini, muncul satu lagi julukan baru bagi Kota Malang, yakni Kota Seribu Kafe. Yah, mau bagaimana lagi, hari ini yang menjamur dan beranak pinak di sini adalah kafe. Di sepanjang jalanan Kota Malang, yang membentang sepanjang mata adalah kafe, mulai dari yang halal sampai yang semi dugem.
Nggak percaya? Coba deh main-main ke sekitaran kampus. Di sekitar Universitas Negeri Malang (UM) di Jalan Semarang dan Jalan Surabaya misalnya, berjejer kafe kekinian. Atau main-main ke sekitaran Universitas Brawijaya (UB), tepatnya di Jalan MT Haryono, di sana juga sama saja.
Di sekitar Polinema, atau tepatnya di sepanjang Jalan Soekarno Hatta yang dikenal dengan nama Suhat dari selatan hingga ujung utara daerah Sudimoro juga berjejer rapi kafe kekinian. Belum lagi daerah di sekitaran UIN, dari Merjosari terus ke barat sampai Tidar. Daerah yang saya sebutkan itu belum termasuk Kayutangan ya yang terkenal sebagai gudangnya kafe. Tiap malam, orang-orang tumpah ruah nongkrong di sana.
Sebenarnya nggak ada yang salah dengan fenomena tersebut. Selagi ada pembeli, penjual bebas melanjutkan usahanya. Begitu juga dengan kafe, toh nggak ada yang pernah sepi di Malang. Mahasiswa-mahasiswa yang uang bulanannya turah-turah nggak pernah absen mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Meskipun laris manis bak kacang rebus, tetap saja sebaiknya jangan ada lagi orang yang membuka usaha kafe di Malang. Sekalipun kalian punya banyak uang atau sekaya Rafathar, saya punya alasan kuat kenapa kalian dilarang latah bikin kafe di Malang.
Kafe di Malang banyak yang nggak punya parkiran yang memadai
Nggak jarang orang tak dapat berpikir panjang jika di depannya ditaruh uang yang sangat banyak. Pasti tanpa ba bi bu langsung saja diambil. Begitu juga dengan peluang usaha kafe di Malang ini.
Hampir semua mahasiswa yang ada di kota ini memerlukan kafe, entah sebagai tempat mereka untuk mengerjakan tugas atau sekadar ngobrol santai bareng teman-teman. Intinya, kafe sudah menjadi kebutuhan primer di kota ini.
Melihat kesempatan itu, orang-orang yang berduit banyak pasti nggak akan mikir panjang. Entah kopi apa yang dijual, seberapa luas tempatnya nanti, parkirannya nanti gimana, itu urusan belakangan. Yang penting bikin usaha aja dulu. Pastikan tempatnya fotogenik, menunya unik, dll., mengingat target pelanggannya adalah mahasiswa. Setelah itu tinggal tunggu pengunjung datang, dapat banyak cuan, deh.
Padahal banyak lho kafe di Malang yang nggak memiliki tempat parkir memadai. Para pengusaha kurang memperhitungkan soal lahan parkir ini. Akhirnya banyak yang nggak punya parkiran dan bikin kendaraan pengunjung tumpah ruah ngebaki jalan. Bikin macet, deh.
Baca halaman selanjutnya: Bikin macet doang!