Juventus sudah memenangi Scudetto ke-9 secara beruntun. Spesial, karena ini menjadi sebuah sejarah baru yang ditorehkan Juventus, sekaligus menancapkan hegemoninya sebagai penguasa mutlak Serie-A. Spesial, buat Maurizio Sarri, atas Scudetto pertamanya.
Namun, buat saya, spesialnya masih kurang dikit. Terlebih setelah melihat catatan statistik yang boleh dibilang biasa aja. Terutama melihat lini pertahanan yang compang-camping untuk kelas juara liga. Sungguh ironis.
Matthijs de Ligt, bocah dari Belanda itu, maklum jika belum bisa langsung diberi tanggung jawab. Banderolnya yang tinggi bukan patokan. Bahkan, di beberapa kesempatan, dia sulit masuk tim utama Juventus. Bikin geregetan saja. Makin geregetan ketika melihat performa Nyonya Tua secara keseluruhan di bagian pertahanan.
Musim ini, mereka kebobolan 43 gol! Rekor kebobolan terbanyak sejak 1958! Buat tim juara, jumlah kebobolan ini tentu menyedihkan. Padahal, selama beberapa tahun, Juventini selalu disuguhi tangguhya pertahanan. Oleh sebab itu, untuk musim depan, saya jadi rindu sama trio BBC, trio yang menggawangi prestasi Juve sejak musim 2011/2012.
Sebelum rentetan gelar ini, ada kalanya Juventus tak lebih dari tim medioker. Mengejar peringkat 4 untuk lolos Liga Champions pun sulit. Selama masa kelam itu, berturut-turut, Juventus terdampar di posisi ke 7, identik sekali posisinya hingga akhirnya sebuah revolusi besar terjadi di musim 2011/2012.
Kembalinya seorang kapten ke dalam tim mengubah tim bermental medioker menjadi tim bermental juara sebagaimana Juventus seharusnya. Tim yang sebelumnya bahkan bingung gimana caranya masuk peringkat 4 besar diubah jadi tim yang mampu mengejar semua gelar. Adalah Antonio Conte, mantan gelandang Juve, yang pernah menjadi kapten sebelum Alesandro Del Piero.
Kehadiran Conte menjadi angin segar kala itu. Conte menggunakan pola lawas, yaitu formasi 3 bek yang cenderung defensif dengan ditopang 2 bek sayap serta 3 gelandang dengan gaya berbeda-beda. Meski formasinya lawas, Juve malah makin solid. Bahkan, perubahan ini melahirkan trio tanggung di lini pertahanan bernama trio BBC: Barzagli, Bonucci, Chiellini.
Trio ini begitu tangguh. Striker-striker ganas Serie A seperti Zlatan Ibrahimovic, Diego Milito, Edinson Cavani, bahkan Antonio di Natale tidak mudah menembus mereka. Saking tangguhnya trio BBC, Buffon jadi nggak banyak pekerjaan di bawah mistar gawang. Pada musim 2011/2012, Juventus cuma kebobolan 19 gol.
Sayang, bagi saya, keistimewaan trio ini berlangsung terlalu sebentar. Seperti kehidupan manusia, mereka tak bisa selamanya berada di puncak performa yang sama.
Chiellini, kapten terbaru, menjadi sangat rentan cedera di usia 35 tahun. Musim ini dia tak banyak terlibat di atas lapangan, sibuk menyembuhkan luka di bilik perawatan. Bonucci, kapten setelah Chiellini, sudah tidak setangguh dulu. Barzagli, sudah pensiun dengan catatan 8 gol di Serie A.
Era baru sudah datang. Matthijs de Ligt dan Merih Demiral menjadi tumpuan masa depan. Keduanya masih sangat muda. Matthijs de Ligt masih 20 tahun, sementara Demiral 22 tahun. Untungnya, meski masih sangat muda, keduanya bisa matang lebih cepat ketimbang pemain-pemain lain yang seusia.
Meskipun begitu, yang namanya pemain muda, pasti masih akan membuat blunder barang satu atau dua kali. Jika keduanya mampu menahan tekanan dari ekspektasi, Matthijs de Ligt dan Demiral, punya segala potensi untuk menjadi trio BBC versi baru.
Maksud saya begini. Trio BBC versi baru bukan berarti jumlah beknya harus tiga. Trio BBC versi baru adalah figure of speech, semacam metafora saja, bahwa Juventus membutuhkan lini pertahanan setangguh beberapa tahun yang lalu. Jumlah beknya tidak harus 3, trio. Namun, yang saya tekankan adalah kualitas dan konsistensinya.
Kebobolan sampai 40 gol lebih jelas bukan pertanda yang baik. Apalagi kalau Juventus selalu memburu piala tertinggi di panggung Eropa. Jika lini pertahanan mereka tidak diperbaiki, saya khawatir, musim depan akan jadi musim yang begitu berat.
Saya, dan mungkin semua fans Juventus di luar sana, pasti lebih nyaman ketika lini pertahanan bisa bekerja maksimal. Lini belakang yang tangguh adalah fondasi tim. Membuat lini lain bisa bekerja dengan tenang juga. Semoga, di musim depan, Matthijs de Ligt dan Demiral terinspirasi dari legenda BBC. Konsisten dan tangguh.
BACA JUGA Milan Kalahkan Juventus, tapi Dapat Penalti, Milanisti Kecewa dan tulisan lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.