Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Jurusan Sastra Bisa Kerja di Mana Saja, dan Tersesat Kerja di Mana Saja

Arif Rahman Hakim oleh Arif Rahman Hakim
4 Juni 2025
A A
Jurusan Sastra Bisa Kerja di Mana Saja, dan Tersesat Kerja di Mana Saja

Jurusan Sastra Bisa Kerja di Mana Saja, dan Tersesat Kerja di Mana Saja

Share on FacebookShare on Twitter

Waktu saya bilang ke ibu kalau saya masuk jurusan Sastra, ekspresinya langsung kayak liat kucing buang air di atas sajadah. Campur aduk antara bingung, kecewa, dan mungkin sedikit rasa jijik. “Itu nanti kerjanya jadi apa?” tanya beliau sambil lirih, seperti sedang menyampaikan kabar duka.

Saya juga nggak tahu jawabannya. Tapi, waktu itu saya percaya sama kata-kata senior di kampus: “Anak sastra bisa kerja di mana aja.” Kalimat ini rasanya keren banget. Saya sampai ngebayangin bisa kerja di penerbitan, media, jadi penulis naskah film, bahkan kalau rezeki dan semesta mengizinkan jadi editor novel yang suka pakai baju hitam-hitam sambil baca naskah di kafe.

Tapi sekarang, setelah lulus, kalimat itu saya sadari cuma beda tipis sama ucapan, “Anak sastra bisa tersesat di mana aja.”

Kata-kata adalah perjuangan

Waktu kuliah, saya belajar banyak hal. Dari semiotika puisi, dekonstruksi Derrida, sampai membedah makna mitologis dari cerita rakyat Minangkabau. Semuanya menarik, sampai saya sadar: nggak ada satu pun lowongan kerja yang nyari kualifikasi “bisa menganalisis makna simbolik dari kalimat sapardi.”

Saya pernah iseng ngetik “lowongan kerja anak sastra” di mesin pencari. Yang muncul: “Dicari admin media sosial. Harus kreatif, bisa bikin caption menarik.” Waduh, jauh banget sama ekspektasi saya yang waktu kuliah nulis esai 15 halaman tentang dinamika tokoh dalam cerpen Pramoedya. Caption yang dimaksud, ternyata cuma kayak: mood kamu hari ini kayak kopi, pahit tapi bikin nagih.

Ternyata hidup anak jurusan sastra lebih banyak diwarnai perjuangan untuk tetap waras di tengah lautan ekspektasi dan kenyataan. Yang satu mengawang-awang, yang satu nyeret ke kenyataan dengan brutalisme harga sewa kos yang tiap tahun naik tapi gaji tetap UMR.

Literasi, tapi estetik dulu aja

Yang bikin saya makin bingung, negara ini katanya sedang giat membangun budaya literasi. Tapi bentuk nyatanya apa? Rak buku estetik di ruang tamu yang isinya cuma novel Paulo Coelho sama buku motivasi 30 Hari Jadi Crazy Rich. Sisanya cuma dipajang doang, biar pas difoto buat Instagram kelihatan berwawasan.

Acara literasi juga banyak, tapi sering kali cuma acara seremonial. Ada duta baca, seminar menulis, dan festival sastra… yang isinya peserta-peserta dengan niat mulia, tapi kadang lebih sibuk cari angle selfie daripada nyatet materi.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Sementara itu, bedah buku, diselenggarakan di pojokan kafe yang nyempil, dengan peserta cuma delapan orang, tiga di antaranya panitia, 3 peserta beneran, dan dua sisanya nggak sengaja nyasar karena nyari toilet.

Jurusan sastra dan nasibnya yang kayak novel gagal diterbitin

Saya nggak bilang belajar sastra itu nggak penting. Justru penting banget. Tapi pentingnya itu bukan buat “pasar kerja,” tapi buat tetap waras di tengah dunia yang makin absurd. Biar kita bisa memahami manusia, menangkap nuansa, dan punya empati. Sayangnya, empati belum bisa dipakai buat bayar tagihan listrik.

Dan yang lebih lucu lagi, kadang orang-orang yang dulu ngeledek jurusan sastra karena “nggak jelas kerjanya apa” malah sekarang nyari jasa nulis konten, ghostwriter, atau minta tolong bikinin kata-kata undangan nikah yang “puitis tapi jangan alay ya.”

Kata mereka, “Lo kan anak sastra, pasti bisa nulis kalimat indah.” Iya, bisa. Tapi apakah kamu bisa bayar dengan harga indah juga?

Sekarang saya sadar, jadi anak jurusan sastra itu bukan soal “mau kerja di mana”, tapi lebih ke “mau bertahan sampai kapan.” Kita hidup di tengah masyarakat yang mengagungkan estetika kutipan sastra, tapi ogah baca bukunya. Yang suka bilang “literasi itu penting”, tapi kalau baca caption panjang dikit langsung komentar “skip ah, kepanjangan.”

Tapi ya sudahlah. Mungkin hidup anak jurusan sastra memang bukan buat sukses finansial. Mungkin kita ada untuk menjaga kewarasan peradaban, jadi pengingat bahwa kata-kata punya kuasa, dan sesekali, untuk membantu teman bikin caption ulang tahun yang nyentuh tapi nggak norak.

Penulis: Arif Rahman Hakim
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Derita Mahasiswa yang Masuk Jurusan Sastra Indonesia sebagai Pilihan Kedua, Selalu Dipandang Sebelah Mata

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Juni 2025 oleh

Tags: jurusan sastralowongan kerja jurusan sastraMahasiswa
Arif Rahman Hakim

Arif Rahman Hakim

Tukang nulis, Babanya Kai.

ArtikelTerkait

Wisuda Terasa Biasa Aja bagi Mahasiswa Jurusan Farmasi karena Setelahnya Masih Harus Sekolah Lagi Mojok.co

Wisuda Terasa Biasa Aja bagi Mahasiswa Jurusan Farmasi karena Setelahnya Masih Harus Sekolah Lagi 

2 Oktober 2025
jabatan panitia panitia makrab

Jabatan Panitia Makrab HMJ yang Aslinya Nggak Penting-penting Banget

3 Mei 2020
Divisi Acara Pantas Dinobatkan sebagai Kasta Tertinggi dalam Kepanitiaan organisasi kampus terminal mojok.co

Panduan untuk Mahasiswa Baru dalam Memilih Organisasi Mahasiswa

25 Agustus 2020
KA Pandanwangi, Penyelamat Mahasiswa Banyuwangi yang Kuliah di Jember

KA Pandanwangi, Penyelamat Mahasiswa Banyuwangi yang Kuliah di Jember

23 Juli 2023
Tiga Dosa Fakultas Keguruan yang Membuat Calon Guru Tidak Berkembang Mojok.co

Tiga Dosa Fakultas Keguruan yang Membuat Calon Guru Tidak Berkembang

10 November 2023
4 Cara untuk Menolak Ajakan Gabung ke Organisasi Mahasiswa terminal UKM mojok.co

Ikut UKM Nggak Apa-apa, tapi Tugasnya Dikerjain dong, Bos!

13 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.