Terus terang, saya bosan dengan Jogja. Mulai dari perpisahan SMA, jalan-jalan kuliah, sampai outing kantor saya tujuannya selalu ke Kota Gudeg. Bahkan hampir setiap tahun, salah satu pilihan teratas outing kantor saya ke Jogja. Padahal lokasi kantor saya di Sulawesi, lho, sudah beda pulau.
Lantaran bosan dengan Jogja, saya jadi berdebat dengan beberapa orang terkait pilihan tempat outing kantor. Saya memperjuangkan daerah lain untuk jadi destinasi outing kantor. Sementara itu, mayoritas rekan kerja saya membela Kota Gudeg guna dijadikan destinasi utama outing kantor.
Sialnya, saya selalu kalah berdebat perkara ini. Bukan, saya bukan kalah debat karena jumlah orang yang mendukung Jogja menjadi destinasi utama outing kantor lebih banyak, tapi ada beberapa hal berikut yang bikin saya kalah debat.
Nggak ada jalan se-ikonik Malioboro
Rekan kerja saya selalu bilang kalau ke Jogja itu enak. Katanya sih bisa muter-muter di Malioboro, jalan paling ikonik di Indonesia. Meski berat, saya mengamini pernyataan tersebut.
Bahkan saya berani bertaruh, di Indonesia, nggak ada jalan se-ikonik Malioboro. Bagaimana tidak, wong itu satu-satunya jalan yang hampir setiap malam riuh. Terlebih jika musim liburan tiba, beuh, padat merayap kayak jalan Tol Trans Jawa saat arus mudik.
Belum lagi fakta bahwa plang Jalan Malioboro merupakan plang jalan paling populer di Indonesia. Terbukti dari banyaknya orang yang berfoto di plang jalan tersebut lalu dibagikan ke berbagai media sosial. Jadi makin populer deh plang jalan satu ini.
Padahal kalau mau dipikir-pikir, jalan yang mirip Malioboro di kota lain juga ada. Misalnya di Kota Semarang, ada yang namanya Jalan Pandanaran. Di sana juga banyak penjual makanan dan pernak-pernik khas Kota Lumpia. Selain itu, ada juga berbagai tempat di Semarang yang nggak kalah ikonik.
Baca halaman selanjutnya: Makanan khasnya banyaaak…