Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jogja Tak Seburuk Itu, dan Kota Ini Memang Pantas untuk Dicintai secara Brutal

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
9 Februari 2024
A A
Upah Minimum Jogja Memang Naik, tapi Bukan Berarti Buruh Nggak Boleh Protes, Ini Bukan Perkara Upah Semata, Bolo! UMP Jogja, gaji Jogja, frugal living ump jogja yogyakarta, bandung

Upah Minimum Jogja Memang Naik, tapi Bukan Berarti Buruh Nggak Boleh Protes, Ini Bukan Perkara Upah Semata, Bolo! (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya tahu betul, Jogja ini kota yang problematik. Tapi, ada perlunya juga kita melihat Jogja dari sudut yang tak rumit.

Jogja, dengan segala ketidaksempurnaannya, bagi saya masih jadi salah satu tempat terbaik untuk ditinggal. Jujur saja, mengetik kalimat tersebut adalah salah satu hal yang berat bagi saya. Sebab, beberapa waktu lalu, saya bersyukur tidak membawa keluarga ke Jogja.

Tak bisa dimungkiri memang, Jogja sekarang bukanlah kota yang menyenangkan. Kemacetan, klitih yang kembali marak, harga tanah tak masuk akal, serta vibes hidup yang entah kenapa, terasa makin cepat. Tapi bukan berarti, kota ini lantas tak pantas untuk ditinggali. Sebab, memang masih banyak alasan menyenangkan yang bisa mendorong saya untuk suatu saat nanti menjilat ludah untuk tak menetap di Jogja.

Telanjur melekat

Saya hidup di Wonogiri, yang sering saya ceritakan sebagai tempat terbaik untuk hidup. Saya tak akan menyangkal itu, sebab memang begitulah kenyataannya. Masalahnya adalah, untuk saya yang kelewat lama tinggal di Jogja, terlalu banyak hal di hidup yang sudah nyetel dengan Jogja.

Katakanlah perkara kemudahan mengakses kuliner saja deh. Oke, saya tak akan mendebatkan rasa kuliner Wonogiri vs Jogja. Tapi ya, untuk akses dan pilihan, Kota Istimewa kelewat superior. Setidaknya ya, saya bisa menggunakan diskon ShopeeFood seenak jidat di Jogja, yang hingga kini tak bisa saya akses di Wonogiri.

Itu baru perkara kuliner, yang paling sepele. Sekarang naik ke level yang agak rumit: relasi.

Relasi yang tak bisa begitu saja dilepaskan

Bukan saya tak punya kawan di kampung, tapi seperti yang saya bilang tadi, saya kelewat nyetel dengan Jogja, plus saya pun bekerja di sana. Relasi saya kebanyakan ada di Jogja, dan itu bikin saya agak ribet juga. Dan ndilalahnya lagi, relasi saya berpengaruh di pekerjaan saya.

Di usia-usia saya ini, meski kawan menyempit, tapi bukan berarti tak penting. Justru saat usia 30-an lah, kawan jadi hal yang paling penting untuk dijaga. Kewarasan hidup tetaplah bergantung pada kawan, untuk berbagi, dan mengenang sedikit kegilaan di masa muda.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Di kampung, saya tak mendapat itu. Salah saya, memang, tapi, realitasnya ini.

Saya pernah jatuh cinta pada Jogja begitu dalam

Ini hal yang menurut saya paling penting. Seburuk apa pun kenangan yang terjadi di kota ini, tetap saja ada hal istimewa yang bikin mereka susah untuk melepaskan diri.

Saya tentu termasuk. Tak sedikit kenangan buruk yang menghantui saya muncul di kota ini. Tapi lantaskah saya mau melepaskan Jogja?

Kalau iya, tentu saya tak mengetik artikel ini.

Jogja, bagi saya, adalah kota yang (tetap) indah. Sate klataknya enak, suasana di Ngaglik yang gitu-gitu aja tapi menyenangkan, kafenya banyak, Buku Mojok yang banyak diskon, serta toko-toko madura yang siap menyelamatkan perokok macam saya yang kelimpungan di tengah malam.

Alasan tersebut memang klise, dan jelas tak ada bobotnya ketimbang melihat betapa parahnya kota ini mengurus dirinya sendiri. Tapi yang namanya keindahan, ia memang tak pernah begitu rumit. Dan bagi orang yang mencintai Jogja, mereka tak butuh alasan yang begitu rumit. Jangan pernah mungkiri fakta ini, bahwa memang kota ini punya hal-hal yang pantas dicintai, dan jangan serang orang-orang yang merasa kota ini begitu mudah untuk dicintai.

Saya jelas tak sedang mengecilkan kritik-kritik pada Kota Istimewa ini. Sebab, semuanya valid dan butuh diselesaikan. Tapi tak bisa juga kita bilang kritik tersebut jadi alasan untuk menyebut kota ini sampah. Keindahan kota ini masih bisa ditemukan, dan makin terlihat jelas ketika kita jauh.

Mungkin saja, saya memang tak akan pernah tinggal di Jogja. Tapi, saya juga tak akan menganggap kota ini buruk dan makian lainnya yang begitu pilu. Sebab, pada titik tertentu, saya pernah terkesima pada lampu-lampunya yang menenteramkan.

Saya pernah jatuh cinta pada Jogja begitu dalam, dan sialnya, cinta tersebut tak pernah padam. 

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jogja Istimewa: Realitas atau Ilusi?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2024 oleh

Tags: JogjaklitihKota IstimewaTempat TinggalUMR
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

makelar kontrakan jogja bapak kos terminalmojok

Semua Warga Jogja itu Ramah, kecuali Bapak Kos

4 Februari 2021
Jalan Raya Kaligesing Kulon Progo, Jalan Paling Indah se-Jogja dengan Pemandangan Sawah, Bukit, Jurang, Tebing, dan Hutan Jadi Satu

Jalan Raya Kaligesing Kulon Progo, Jalan Paling Indah se-Jogja dengan Pemandangan Sawah, Bukit, Jurang, Tebing, dan Hutan Jadi Satu

7 Februari 2024
KKN di Kota Jogja Ternyata Nggak Mudah, Nggak Semua Mahasiswa Mampu. Mending Pikir Ulang Sebelum Terjun ke Sana  Mojok.co

KKN di Kota Jogja Nggak Mudah, Nggak Semua Mahasiswa Mampu. Mending Pikir Ulang Sebelum Terjun ke Sana 

23 Mei 2024
8 Ciri Warung Nasi Pecel yang Sudah Pasti Tidak Enak (Shutterstock)

8 Ciri Warung Nasi Pecel yang Sudah Pasti Tidak Enak dan Cukup Sekali Saja Dikunjungi

18 Oktober 2025
Nggak Usah Sok Ngomong Bahasa Jawa Saat Belanja di Malioboro, Nggak Semua Pedagangnya Orang Jawa Kok!

Malioboro Tanpa Kendaraan Bermotor: Memangnya Sudah Siap?

27 Oktober 2020
Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja Mojok.co overtourism

Malioboro Masa Kini Adalah Wujud Kebiasaan Kota Jogja yang Mengabaikan Keberadaan Rakyat Kecil

8 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.