Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jogja, Destinasi Wisata ‘Terbaik’ di Masa Pandemi

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
23 Desember 2020
A A
kenapa UMP Jogja rendah titik kemacetan di jogja lockdown rekomendasi cilok di Jogja Sebenarnya Tidak Romantis Jika Kamu Cuma Punya Gaji UMR dawuh dalem sabda pandita ratu tugu jogja monarki mojok

Jogja Sebenarnya Tidak Romantis Jika Kamu Cuma Punya Gaji UMR dawuh dalem sabda pandita ratu tugu jogja monarki mojok

Share on FacebookShare on Twitter

“Corona nggak ada di Jogja,” kelakar salah seorang wisatawan yang mampir ke Titik Nol Yogyakarta. Bersama dengan lautan manusia mengisi seluruh arteri Jalan Malioboro. Semua tertawa, bahagia, dan menikmati suasana Jogja yang katanya romantis. Setiap sudut Jogja adalah gelak tawa, bahkan saat pandemi corona.

“Aku setahun sekali, sah-sah saja dong,” kata seorang Ibu yang membawa dua anaknya yang masih balita. Ayah dua balita itu sedang beli sate kloyor di area pedestrian, gang-gang sempit menuju akses parkir Malioboro. “Toh kami pakai masker dan selalu berdoa,” katanya, kemudian berlalu, nggak mau saya wawancarai.

Musim libur bulan Desember, seluruh elemen Kota Jogja bergeliat meningkatkan pendapatannya melalui sektor wisata. Pemerintah DIY menyatakan bahwa pada masa seperti ini, bukan saatnya untuk “kalah” dari pandemi. Entah hal ini kudu disambut secara suka cita atau duka cita—atau malah keduanya?

Dilansir dari Tempo, Sekretaris DI Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji bilang bahwa kuncinya lancarnya pariwisata ada pada kepatuhan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. “Sekarang sudah tidak mungkin lagi menutup aktivitas yang berpotensi menjadi tempat transmisi Covid-19,” katanya sih begitu.

Saya menangkap, pemerintah DIY ini ingin menyeimbangkan sektor kesehatan dan ekonomi, dengan usaha-usahanya mempertajam pertumbuhan ekonomi Jogja. Padahal pandemi ini masih belum pindah ke mana-mana. Mereka masih hadir di bumi Jogja dan bisa saja meledak hebat jika sektor wisata dibuka secara besar-besaran.

“Industri pariwisata mengutamakan rasa percaya orang untuk datang ke Yogyakarta,” kembali kata Aji, masih dikutip dari Tempo. Lebih jauh lagi, blio mengatakan bahwa Covid-19 itu muncul bukan karena wisatawan datang lalu menularkan virus. Sebaliknya, menurut dia, lonjakan kasus Covid-19 dipicu warga Yogyakarta yang bepergian keluar Yogyakarta lalu terpapar.

Hayo, mumet kowe.

“Untuk warga Yogyakarta, sebaiknya tetap di Yogyakarta saja,” begitu tuntasnya. Sebuah gelak tawa memang diperbolehkan menutup kata-katanya. Ini bukan sesat pikir lagi, namun logikanya blas nggak mashoook.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Begini lho, begini. Dimulai dari teorinya yang menyatakan Covid-19 menyebar lantaran warga Yogyakarta yang pergi keluar, bukan karena wisatawan yang lantas menularkan virus, itu saja sudah nggak benar. Dalam kondisi serba terlanjur seperti ini, hal yang paling logis yang memberhentikan akses secara total, alias PSBB.

Seorang Satpol PP yang menggeruduk kerumunan di BasaBasi dekat UIN Sunan Kalijaga, dan kebetulan di sana ada saya, mengatakan dengan gagahnya, “Oh, kalian mau PSBB di Jogja?” Sungguh pertanyaan yang unik sekali.

Ketimbang bertanya kepada sipil yang kebetulan sedang beli mi godhog untuk makan malam, dan nanya mau PSBB apa enggak, mbok ya o nembung langsung sama Gubernur DIY. Lantas Gubernur DIY ngendikan kepada Sultan. Kan hitungannya emang begitu, eh, maksud saya, kan alurnya memang begitu.

Kalau sipil yo pastinya selalu nrimo ing pandum. Mau PSBB, mau UMR naik 80 ribu rupiah, ya pokoknya nrimo. Penghasilan di bawah standar saja nrimo kok, mosok PSBB nggak nrimo.

Pandemi Covid-19 di Jogja, itu bukan hanya berasal dari Jogja saja, Bapak Sekretaris DIY yang terhormat. Bukan juga hanya warga Jogja yang pergi keluar, lantas terjangkit pandemi. Itu logika yang salah. Bahkan anak TK saja logikanya nggak buruk-buruk amat.

Pandemi ini, di Indonesia, sifatnya sudah amat masif. Bukan hanya warga Jogja saja, seluruh daerah di Pulau Jawa masih terus berperang. Bahkan, beberapa daerah di Ibukota masuk zona hitam. Ketika pemerintah DIY sudah ignorant begini, saya sebagai warga sipil ya bisa apa?

Okelah, ada titah agar seluruh lapisan masyarakat yang bekerja di sektor wisata meningkatkan kewaspadaan dan protokol kesehatan, tapi apa langkah pemerintah DIY dalam menanggulangi pandemi yang berasal dari luar Jogja? Pandemi yang akan dibawa oleh para wisatawan?

Fakta di lapangan mengatakan akses masuk Jogja ini mudah, syarat sudah nggak sulit seperti dulu, dan juga wisatawan amat disambut oleh buzzer centang biru. Bukan bermaksud melarang wisata nih, Pak, tapi mbok ya o sadar, pandemi belum usai. Jika pemerintah saja seperti ini, sipil seperti saya ya jadi males menjaga jargon-jargon Anda yang hanya manis di banner.

Sekretaris DIY dalam menyampaikan informasi pun amat rumpang dan cenderung disinformasi. Seakan warga Jogja nggak boleh plesiran dan hanya wisatawan yang boleh datang dan berwisata ria. Warga Jogja wisata di Jogja saja, katanya. Beradu sesak dengan wisatawan luar daerah yang terbius oleh akun-akun romantisme centang biru.

Ealah, semisal kinerja pemerintah DIY masih seperti ini, mementingkan laju ekonomi dan cacat logika dalam penanganan Covid-19, rasanya lagu Didi Kempot sungguh enak untuk didengar. Apa lagi pada bagian, “Wis kebacut ambyar, remuk sing neng ati!” Bedanya bukan untuk kekasih hati, tapi pemerintah yang mulai hilang empati.

Selamat berwisata di Jogja. Kota yang katanya istimewa, bahkan istimewa untuk pandemi corona.

BACA JUGA 4 Stereotip Mahasiswa Jurusan Pertanian dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Desember 2020 oleh

Tags: JogjaLiburanpandemiwisatawan
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

ha milik tanah klitih tingkat kemiskinan jogja klitih warga jogja lagu tentang jogja sesuatu di jogja yogyakarta kla project nostalgia perusak jogja terminal mojok

3 Alternatif bagi Warga Jogja Setelah Malioboro dan Area Kraton Dilarang untuk Demo

15 Januari 2021
Jogja Library Center, Hidden Gem-nya Jalan Malioboro terminal mojok

Jogja Library Center: Hidden Gem-nya Jalan Malioboro

19 Desember 2021
Chef Arnold Bagi Tips Memulai Bisnis Kuliner di Masa Pandemi MOJOK.CO

Chef Arnold Bagi Tips Memulai Bisnis Kuliner di Masa Pandemi. Apa Aja?

6 Agustus 2020
5 Jembatan Ikonik di Jogja yang Menyimpan Kisah Unik hingga Mistik Terminal Mojok

5 Jembatan Ikonik di Jogja yang Menyimpan Kisah Unik hingga Mistik

16 Juli 2022
Nggak Semua Perantau di Jogja Doyan Gudeg hingga Sering ke Sarkem! Mojok.co

Nggak Semua Perantau di Jogja Doyan Gudeg dan Sering ke Sarkem!

9 November 2023
Pengalaman Pertama Naik Bus Ekonomi 14 Jam: Murah sih, tapi Banyak Huru-hara, Sopir Nggak Ramah!

Pengalaman Pertama Naik Bus Ekonomi 14 Jam: Murah sih, tapi Banyak Huru-hara, Sopir Nggak Ramah!

17 Juli 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.