Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jogja Bukan Hanya Milik Warga Lokal, Suara Perantau Juga Penting untuk Kemajuan Kota

Ogidzatul Azis Sueb oleh Ogidzatul Azis Sueb
16 Mei 2025
A A
Surat Terbuka untuk Pembenci Perantau di Jogja: Hanya Dhemit yang “Pribumi Jogja”, Kalian Bukan! konten kreator jogja

Surat Terbuka untuk Pembenci Perantau di Jogja: Hanya Dhemit yang “Pribumi Jogja”, Kalian Bukan! (Dhio Gandhi via Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Jogja sering dielu-elukan sebagai kota pelajar, kota budaya, hingga kota impian para wisatawan. Namun, di balik narasi manis itu, banyak keresahan yang dirasakan oleh para perantau yang tinggal dan berkontribusi di kota ini. Sering kali, ketika seorang perantau menyuarakan kritik atau pendapat untuk kemajuan Jogja, tanggapan yang diterima justru bernada sinis seperti, “KTP-mu mana?” atau “Kalau nggak suka, pulang saja!”

Pertanyaannya, apakah kemajuan sebuah kota hanya boleh diperjuangkan oleh mereka yang ber-KTP setempat? Apakah suara perantau, yang setiap hari menghidupi Jogja lewat ekonomi, pendidikan, hingga sosial budaya, tak layak didengar?

Fenomena eksklusivitas Jogja: antara tradisi dan ketertutupan

Tak bisa dimungkiri, Jogja adalah salah satu kota di Indonesia yang begitu kuat mempertahankan tradisi dan identitas lokal. Ini adalah hal yang patut diapresiasi. Namun, terlalu eksklusif terhadap kritik dari luar, bahkan dari warganya yang merantau, justru bisa menjadi penghambat perubahan.

Bayangkan saja, banyak mahasiswa dari luar daerah yang menetap di Jogja selama 4-5 tahun, bahkan lebih. Mereka tinggal, menyewa kos, membeli makanan, menggunakan transportasi umum, dan menghidupi ekosistem ekonomi lokal. Ada pula para pekerja dari luar daerah yang berdomisili di Jogja demi mencari penghidupan yang lebih baik.

Namun ketika mereka mencoba mengkritik kondisi jalan yang rusak, minimnya lampu penerangan, atau buruknya pengelolaan sampah, responsnya sering kali tidak solutif.

Kritik seharusnya jadi bahan evaluasi, bukan dipandang sebagai ancaman

Mengkritik bukan berarti membenci. Justru bentuk cinta dan kepedulian sejati terhadap sebuah kota ditunjukkan dengan keberanian menyuarakan ketimpangan. Kritik yang membangun mestinya jadi bahan evaluasi pemerintah kota dan masyarakat, bukan malah dimusuhi.

Berbagai masalah nyata yang sering diabaikan di Jogja antara lain:

  • Minimnya Penerangan Jalan
    Banyak wilayah di Jogja, terutama di area pinggiran dan jalan alternatif, masih minim penerangan. Ini berisiko tinggi terhadap kecelakaan, tindak kriminal, dan rasa aman warga, baik lokal maupun pendatang.
  • Sampah yang Tak Terkelola dengan Baik
    Tumpukan sampah di pinggir jalan, pasar, hingga sungai masih menjadi pemandangan umum. Edukasi lingkungan dan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi perlu diperkuat.
  • Kemacetan dan Parkir Sembarangan
    Kota yang dulu terkenal tenang kini semakin padat. Tak hanya karena meningkatnya jumlah kendaraan, tapi juga karena manajemen lalu lintas yang belum optimal.
  • Fasilitas Umum Kurang Ramah untuk Semua Kalangan
    Beberapa halte bus, trotoar, hingga taman kota tidak ramah disabilitas dan masih jauh dari kata inklusif.

Semua masalah ini bukan hanya dikeluhkan oleh para perantau, tapi juga dirasakan oleh warga lokal. Perbedaannya hanya pada siapa yang boleh bersuara tanpa dihakimi.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Peran perantau dalam pembangunan kota

Perantau bukan hanya tamu sementara yang datang dan pergi. Banyak dari mereka yang memutuskan menetap, bekerja, berwirausaha, bahkan membangun keluarga di Jogja. Mereka menjadi bagian dari denyut nadi kota ini. Menutup telinga terhadap suara mereka adalah bentuk ketidakadilan sosial dalam ruang publik.

Lebih dari itu, perantau membawa perspektif baru dari luar yang bisa menjadi input berharga untuk perkembangan kota. Kota yang inklusif adalah kota yang terbuka pada ide-ide segar, bukan yang membangun tembok tinggi atas nama identitas lokal.

Jogja bisa maju jika semua dilibatkan

Kemajuan kota tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah atau warga lokal saja. Semua pihak, termasuk perantau, pelajar, pekerja luar daerah, hingga wisatawan, memiliki kontribusi dalam membentuk wajah Jogja ke depan.

Banyak kota di dunia maju karena mampu memadukan identitas lokal dengan keterbukaan terhadap perubahan. Jogja bisa seperti itu, kota budaya yang tetap hangat, namun adaptif terhadap kritik dan inovasi.

Apakah Jogja siap menjadi kota inklusif? Atau akan terus terjebak dalam narasi “kami vs mereka” yang justru memecah potensi kolaborasi?

Kritik adalah hak semua penghuni kota

Sebagai perantau, tentu ada batasan dalam menentukan kebijakan atau arah pembangunan. Namun satu hal yang pasti, semua orang yang tinggal di Jogja, apapun status domisilinya, berhak atas layanan publik yang layak dan aman. Berhak untuk merasa nyaman dan dilibatkan dalam wacana kemajuan.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita ubah cara pandang terhadap kritik. Bukan soal siapa yang menyuarakan, tapi soal apa yang disuarakan. Mari kita buka ruang dialog antara warga lokal dan perantau, saling mendengar, bukan menghakimi.

Jogja milik semua orang

Jogja yang kita cintai bukan hanya milik satu golongan, satu marga, atau satu KTP. Ia adalah ruang hidup bersama, tempat bertemunya berbagai latar belakang dengan satu tujuan: kehidupan yang lebih baik.

Mari jadikan kritik sebagai jembatan, bukan jurang pemisah. Sebab Jogja hanya akan benar-benar maju jika semua orang yang tinggal di dalamnya diberi ruang untuk peduli, bersuara, dan bersama-sama membangun kota.

Penulis: Ogidzatul Azis Sueb
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pengalaman Tak Terduga saat Tinggal Setahun di Bantaran Kali Code Jogja, Motor Parkir Sembarang Tak Hilang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2025 oleh

Tags: Jogjaperantauwarga lokal jogja
Ogidzatul Azis Sueb

Ogidzatul Azis Sueb

Penulis yang doyan berpikir miring tapi nulisnya lurus-lurus saja. Percaya bahwa logika dan lelucon bisa duduk semeja tanpa saling sindir.

ArtikelTerkait

Catatan Keresahan Mahasiswa Jogja yang Nggak Punya Motor di Jogja: Boros, Susah ke Mana-mana, Sulit Cari Kerja!

Mimpi Buruk bagi Mahasiswa yang Kuliah di Jogja Adalah Tidak Punya Sepeda Motor. Pasti Boros dan Sangat Merepotkan

5 Mei 2025
Kursi Prioritas KRL Jogja-Solo, Cara Mudah Menguji Empati Seseorang Mojok.co

Naik di Gerbong KRL Jogja-Solo Paling Belakang Adalah Upaya Menjaga Kewarasan

27 Agustus 2024
Warkop Semesta, Saksi Bisu Kisah Cinta Mahasiswa Jogja

Warkop Semesta, Saksi Bisu Kisah Cinta Mahasiswa Jogja

6 Juli 2022
Wawancara dengan Balon Goyang WAWAWA Gejayan Betapa Ruwetnya Jalanan Jogja Terminal Mojok

Wawancara dengan Balon Goyang WAWAWA Gejayan: Betapa Ruwetnya Jalanan Jogja

28 Oktober 2022
Di Jogja Sulit Mencari Bakso Enak yang Bisa Memuaskan Lidah Orang Malang Mojok.co

Bakso Jogja Sulit Memenuhi Standar Enak Lidah Orang Malang

8 Juni 2024
Kosakata Malang yang Harus Diketahui para Perantau Newbie terminal mojok.co

Kosakata Malang yang Harus Diketahui para Perantau Newbie

21 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.