Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jilbab Ternyata Bisa Dimaknai Sebagai Perlawanan

Rohmatul Izad oleh Rohmatul Izad
1 Mei 2020
A A
bahan Jilbab Ternyata Bisa Dimaknai Sebagai Perlawanan

Jilbab Ternyata Bisa Dimaknai Sebagai Perlawanan

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu saya pernah beranggapan bahwa jilbab tak lain hanyalah cara bagaimana perempuan-perempuan dapat dikekang melalui seperangkat institusi bernama agama yang dikendalikan oleh kaum laki-laki. Jilbab seperti sebuah tanda bahwa perempuan hanya boleh berperan di balik layar yang segala sesuatunya dibentuk dan disetir oleh laki-laki.

Belakangan saya menyadari bahwa anggapan ini keliru, alih-alih ingin memahami esensi dari ajaran Islam, saya justru makin menjauh dari makna agama yang sesungguhnya.

Sekarang saya meyakini bahwa memakai jilbab bagi perempuan Muslimah merupakan tuntutan yang wajib dalam Islam, hal ini mencakup rambut dan dada yang harus ditutupi. Alasannya, di samping jumhur ulama mengatakan demikian, juga menjaga keutuhan perempuan tersebut sebagai umat yang kesehariannya harus bertemu dan bertatap muka dengan laki-laki secara langsung.

Tapi hal ini tidak membuat saya menutup diri terhadap pendapat yang mengatakan bahwa jilbab hanyalah berkaitan dengan ukuran sopan santun dari pakaian yang dikenakan perempuan. Bila seseorang beranggapan bahwa menutup aurat adalah terbatas pada hal-ihwal kepantasan atau kepatutan dalam berpakaian, maka boleh jadi ia benar selama memaknai itu dari sudut pandang keyakinannya.

Toh tidak semua ulama mewajibkan jilbab dalam arti penutup rambut kepala sampai dada, maka sah-sah saja bila ada yang berpandangan demikian. Agama, dalam hemat saya, sangat fleksibel dan tergantung interpretasi umatnya, yang tentunya harus disertai dengan dasar argumentasi yang kuat dan memadai sesuai tuntunan nash kitab suci.

Menurut kamus Lisan al-Arab, jilbab merupakan konsep yang samar-samar. Kata ini bisa menunjukkan sejumlah pakaian mulai dari gamis yang sederhana hingga jubah yang menutup keseluruhan tubuh dari atas hingga bawah. Salah satu definisi dalam kamus ini menggambarkan jilbab sebagai pakaian yang sangat lebar yang dikenakan oleh perempuan Muslimah. Sementara batasan lainnya mengartikan jilbab sebagai pakaian yang digunakan perempuan untuk menutup kepala dan dada mereka.

Dari pengertian yang dihadirkan oleh kamus Lisan al-Arab di atas dapat sedikit memberi gambaran bahwa definisi jilbab sendiri sangat bermacam-macam. Ini belum lagi soal jilbab dalam pengertian budaya dan tradisi yang dipraktikkan oleh komunitas masyarakat Muslim tertentu, yang tentunya sangat beraneka ragam. Orang bebas mempraktikkan model-model jilbab seperti apa saja selama ukurannya adalah agama yang dipahaminya.

Intinya, tujuan agama memerintahkan kaum perempuan untuk menutup aurat dengan jilbab adalah agar mereka terjaga kesucian dan kehormatannya sebagai perempuan Muslimah. Sebab, satu hal yang tak pernah bisa dimungkiri adalah cara pandang laki-laki terhadap perempuan sama sekali berbeda dengan cara pandang perempuan terhadap laki-laki. Umumnya laki-laki melihat perempuan sebagai objek seksual, tidak peduli perempuan itu siapa. Dengan begitu, agama secara tidak langsung memberi ketentuan yang proporsional untuk menjaga keseimbangan dalam hal bergaul antara laki-laki dan perempuan.

Baca Juga:

Rukun Iman Ada 6, Wajib Dipelajari Umat Muslim

Muslimah Pakai Jilbab, tapi Dibuat Merasa Hina

Hal ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengekangan terhadap kaum perempuan. Justru jilbab adalah penanda bagi esensi kehadiran perempuan Muslimah dan untuk membedakan antara satu identitas dengan identitas yang lain.

Kita juga tidak bisa menolak kodrat alami yang dimiliki masing-masing gender, karena ini sudah menjadi ketentutan Tuhan yang bersifat mutlak. Tugas kita adalah merekayasa agar kodrat yang sudah terlanjur jadi ini dapat diatur dan dipelihara sesuai dengan kaidah agama.

Selain itu, tuntutan perempuan diharuskan memakai jilbab juga sangat erat kaitannya dengan masalah seksualitas. Dulu, di masa pra Islam,  perempuan tidak memiliki harga diri dan kehormatan, sehingga kehadiran mereka di masyarakat hanyalah dianggap sebagai objek seksual semata atau untuk pengisi gairah seks laki-laki. Islam hadir untuk menumpas semua budaya itu dan mengangkat derajat perempuan sebagai orang suci yang wajib diperhatikan.

Bila jilbab memiliki hubungan yang erat dengan seksualitas, maka secara tidak langsung jilbab juga merupakan respon terhadap agresi seksual, yakni sejenis ta’arrud yang berkaitan dengan kekerasan, tekanan, dan hambatan bagi kaum perempuan yang dilakukan oleh laki-laki dalam komunitas Islam. Jilbab, dengan demikian, merupakan cerminan suatu citra bagi perempuan Muslimah.

Soal ta’arrud ini, kita bisa melihat kondisi sosio-historis dalam masyarakat Islam era Nabi sebagaimana dilaporkan oleh Ibnu Sa’ad, ia mengatakan; “Di Madinah para budak dicari-cari oleh pria-pria yang bodoh yang mendekati mereka di jalan-jalan untuk dilecehkan. Pada waktu itu, wanita bebas yang keluar rumah tetap tidak wajib mengenakan pakaian yang berbeda dengan para budak, sehingga tertukar dengan para budak yang akhirnya menjadi korban perlakuan yang sama”.

Ini menunjukkan bahwa turunnya perintah menutup aurat bagi perempuan (mengenakan hijab, jilbab, dll) hanya bisa dipahami bila kita menyadari arti perzinahan, yakni hubungan seksual yang sangat ditentang dalam Islam. Dengan demikian, turunnya perintah berjilbab adalah sebagai metode untuk mengendalikan seksualitas.

Sebagai umat Islam, kita meyakini bahwa Islam merupakan suatu sistem nilai koheren yang mengatur semua tingkah laku individu dan masyarakat. Sehingga kita boleh berkata bahwa perintah memakai jilbab diturunkan untuk menghentikan kekuasaan orang-orang yang bodoh, yang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Dengan begitu, jilbab adalah sebuah agresi, sebuah perlawanan terhadap segala bentuk kekerasan, penindasan, dan pengucilan terhadap perempuan.

BACA JUGA Pengalaman Saya Pakai Jilbab Lebar: Dianggap Sok Suci Sampai Paling Tahu Agama atau tulisan Rohmatul Izad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 Mei 2020 oleh

Tags: ajaran IslamJilbabMuslimah
Rohmatul Izad

Rohmatul Izad

Dosen Filsafat di IAIN Ponorogo.

ArtikelTerkait

sunni syiah ajaran islam mencapur ajaran islam mazhab agama islam terminal mojok.co

Saya Sunni, Bapak Saya Syiah dan Kami Rukun

1 September 2020
Muslimah Pakai Jilbab, tapi Dibuat Merasa Hina

Muslimah Pakai Jilbab, tapi Dibuat Merasa Hina

23 Desember 2022
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma

13 Mei 2020
Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara terminal mojok.co

Belajar Kesalehan Sosial dari Naruto

2 Mei 2020
dilema muslimah yang dipakaikan jilbab sejak balita ingin lepas jilbab tapi takut mojok.co

Suara Hati Muslimah yang Diberi Jilbab sejak Balita dan Kini Ingin Melepasnya

9 Oktober 2020
muslimah bepergian

Duka Muslimah yang Mudik Sendirian

7 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.