Tak banyak yang sadar, kami para dekorator pernikahan, adalah pekerja yang cari nafkah di bidang pernikahan duniawi yang tak pernah bisa pamer performance, cuma bisa pamer hasil kerja. Pemain musik dan MC, bisa terpampang nyata di depan tamu. Petugas katering dan crew WO juga begitu. Fotografer dan videografer juga begitu, walau hasil yang penting, tapi mereka tetap bisa tampil. Masalahnya, kami kerja saat belum ada orang, dan juga saat semua orang pulang.
Sebagai dekorator pernikahan, saya lebih sering kerja di lapangan ketimbang ikut ropat-rapat. Saya lebih suka langsung saja, alias nggak kebanyakan rapat. Tinggal pilih mau yang mana, bagaimana, berapa budgetnya, dan lainnya. Makanya saya lebih suka kerja dengan WO, ketimbang dengan mempelai dan keluarganya langsung. Bukan apa-apa, saya suka nggak sabaran menghadapi client perseorangan, suka aneh-aneh mereka tu. Ada banyak pertanyaan yang sering tak masuk akal dan bikin mangkel.
Kadangkala, pertanyaanya serupa menyaring pasir pakai kain denim, nggak kesaring blas. Nrocos tanpa jeda dan penuh kengawuran. Mungkin itu cara Tuhan untuk menguji keimanan dan kebaikan budi saya yang masih muda absolut. Jadi mari kita lihat beberapa pertanyaan-pertanyaan absurd itu.
“Masa segini?”
Saya memaklumi pertanyaan “masa segini” tanpa diberi embel-embel apa pun. Tapi, pertanyaan yang sekaligus membandingkan dengan saudara dan temannya, itu sudah lain soal. Yang kadang sambil menunjukkan jika teman atau saudaranya punya jabatan ini itu. Buat saya, mau jabatan apa pun itu, nggak ngaruh ke harga. Apalagi jabatan punya orang, nggak ngaruh. Mau itu teman, saudara, itu harga mereka, bukan harga saya. Wong sudah ada paket macem-macem dan tinggal pilih. Yang harus dilihat brosurnya, harga yang tertera disitu, bukan harga orang lain.
“Nggak usah DP dulu ya?”
Mon maap, saya kerja butuh modal, bunga nggak keluar dari knalpot racing bobokan. Tak ada ceritanya bidang jasa kayak saya kok, tanpa DP. Walau ada duit, kan harus jaga-jaga, siapa tahu ada masalah di belakang. Sudah dua kali saya mengalami mempelai dan keluarganya kabur, bahkan sampai pindah rumah. Bukan tak percaya, lebih ke nggak gampang percaya. Hati-hati nyerempet suudzon kadang memang diperlukan, demi kemudahan bersama. Nah, soal DP ini juga tak bisa dianggap sepele. DP adalah nyawa untuk dekorasimu, tanpa DP, dekorasimu tak bernyawa karena dekoratornya bisa koid duluan.
“Bonusin ini ya, Mas?”
Yak, kaum penyuka diskon kadang suka kelewatan. Pertanyaan itu nampak normal dan lumrah saja. Namun, yang tak bisa diterima adalah jari nakal yang nunjuk ke properti dekorasi. Sambil ngomong “bonusin ini ya, Mas?,” jarinya nunjuk ke photobooth, atau dekorasi lorong, bisa juga ke rangkaian bunga besar, yang semua itu tak ada di paket yang dia pilih. Maksud saya, bonus selalu ada, semacam ditambahin blower atau ditambahin karpet, pokoknya yang logis gitu. Wei ati kok ngrogoh rempelo, dekorator pernikahan aku, Buos, bukan babu.
“Mas kenal sama (insert nama orang)?”
Prinsip hidup SKSD (sok kenal sok, dekat) tak saya pakai. Meski saya kenal tetangga Anda, saya tak kenal Anda. Meski Anda kenal dengan teman TK saya, saya tetap tak kenal Anda. Meski iparnya adik nenek yang punya pakdhe dan jadi besan tetangganya sepupu, saya tetap tak kenal Anda. Saya sudah punya banyak pengalaman soal kaum SKSD. Sebab, saat saya bilang kenal, yang terjadi selalu sama. Anda mengerti lah prinsip negosiasi SKSD ini, tak mempan buat saya. Pokoknya silahkan lihat brosur!
“Kok gini?”
Pertanyaan yang selalu bikin deg-degan. Saya baru pertama kali menjadi penyebabnya, tentu karena saya salah ambil desain dan kebetulan saya nggak ikut nungguin. Tapi, paling sering adalah salah WO. Ini dia nggak asiknya WO, terutama WO baru punya mahasiswa yang lagi bikin bisnis (tak semua seperti itu, ada saja yang profesional banget). Mereka ngasih desain yang salah atau mengambil untung agak kebangetan, maklum masih baru, nafsunya belum terkontrol. Ngasih duit ke saya untuk paket sekian, rupanya si mempelai minta paket yang di atasnya dan bayarnya juga untuk paket yang di atasnya itu. Biasanya, suka ada jiwa calo diantara mereka, hmmm..
“300 ribu ya mas?”
Mangkeli banget Gusti! Tega banget! Anda ngerti lah ya?
Anda pasti pernah bertanya-tanya soal biaya dekorasi, kok bisa mahal? Bisa Anda lihat di artikel saya yang ini. Sudahlah, jangan sampai gengsi anda saya manfaatkan untuk cari uang. Kalau tetap mau ada dekorasi, cukup maksimal 10-15 persen dari biaya nikah Anda. Kalau cuma ada duit mepet, ya sudahlah jangan sampai utang, sebisanya saja. Tapi, kalau mau foya-foya ya, nggak apa-apa, itu hak Anda kalau mau yang megah-megah, asal mampu. Apa-apa jadi berat karena kita yang sebenarnya tak mampu, iya kan?
BACA JUGA Nikah sama Orang Korea yang Jadi Anak Laki-laki Pertama Itu Boleh Nggak, sih? dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.