Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jembatan Bambu Wonorejo Surabaya Dibangun dengan Dana Miliaran Hanya untuk Dibiarkan Rusak dan Berantakan

Tiara Uci oleh Tiara Uci
11 Oktober 2024
A A
Jembatan Bambu Wonorejo Surabaya Dibangun dengan Dana Miliaran Hanya untuk Dibiarkan Rusak dan Berantakan

Jembatan Bambu Wonorejo Surabaya Dibangun dengan Dana Miliaran Hanya untuk Dibiarkan Rusak dan Berantakan (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Surabaya memiliki banyak jembatan. Ada jembatan merah yang sudah dibangun sejak era kolonial, ada Jembatan Sawunggaling yang berfungsi untuk memudahkan akses masyarakat ke Terminal Antarmoda Joyoboyo Surabaya, ada Jembatan Ujung Galuh yang menghubungkan Jalan Ngagel dan Jalan Darmokali, Jembatan Suroboyo, jembatan bambu di kawasan Wonorejo, dll. Namun semua jembatan itu namanya memang nggak sepopuler Jembatan Suramadu.

Maklum, beberapa jembatan di Surabaya memang fungsinya kurang maksimal. Jembatan Suroboyo misalnya. Meskipun tujuannya untuk destinasi wisata dan menghubungkan area pesisir di sekitar kawasan Kenjeran, jembatan tersebut kini kurang berguna dan sepi lantaran sering ditutup. Bisa-bisanya jembatan yang seharusnya untuk akses jalan umum memiliki jam operasional?

Meski kondisinya sepi dan terkesan mangkrak, nasib Jembatan Suroboyo tetap lebih baik daripada saudaranya yang lebih muda, yaitu jembatan bambu di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.

Sejarah jembatan bambu di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya

Jembatan bambu terletak di Wonorejo, tepatnya di area Mangrove Wonorejo. Pada tahun 2018, Pemkot berencana melakukan pengembangan area Kebun Raya Mangrove menjadi konservasi mangrove terbesar di Indonesia. Wilayah konservasi tersebut mencakup daerah Wonorejo, Medokan Ayu, Keputih, dan Gunung Anyar.

Pada tahap pertama, kawasan yang dikembangkan adalah area Wonorejo dan Gunung Anyar. Ada beberapa fasilitas baru yang dibangun di tempat ini, salah satunya adalah jembatan gantung bambu yang digunakan untuk menghubungkan MIC (Mangrove Information Center) menuju ke area jogging track dan sentra kuliner.

Pembangunan jembatan bambu Wonorejo Surabaya ini membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun. Ketika awal diresmikan, jembatan bambu ini cukup menarik perhatian warga untuk berkunjung ke kawasan ekowisata mangrove. Bentuknya yang estetik membuat banyak orang tertarik untuk berswafoto.

Sayangnya, popularitas jembatan ini sangat singkat. Belum genap berusia 3 tahun, jembatan bambu tersebut sudah doyong dan membuat warga takut menggunakannya. Kini, jembatan yang pernah digadang-gadang sebagai ikon kawasan mangrove Wonorejo tersebut mangkrak dan kondisinya mengenaskan.

Material bambu ramah lingkungan, tapi perlu perawatan ekstra

Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa harus membuat jembatan dari bambu padahal Surabaya adalah kota industri? Jadi begini, jembatan bambu di Wonorejo Surabaya dibuat di era Wali Kota Tri Rismaharini. Saat itu beliau sedang gila-gilanya dengan segala hal yang ramah lingkungan. Nggak cuma jembatan, Suroboyo Bus pun konsepnya dibuat ramah lingkungan.

Baca Juga:

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Waktu itu, Surabaya memang tengah berambisi menjadi Kota Hijau berskala internasional. Jadi wajar saja kalau wali kota sampai membangun jembatan dengan material bambu. Selain ramah lingkungan, bambu adalah material yang cukup fleksibel (daya lenturnya baik), sehingga cocok digunakan untuk konstruksi jembatan menggantikan beton. Lagi pula, jumlah bambu di Indonesia melimpah dan harganya murah.

Proses pembuatan jembatan bambu juga mudah sehingga nggak memerlukan waktu yang lama. Makanya jangan heran kalau bambu sering dipilih warga di desa untuk akses jalan dan jembatan.

Dalam konteks Kota Surabaya, sebenarnya ide membuat jembatan dari bambu cukup progresif. Masalahnya, ide yang cemerlang tanpa perawatan yang baik hasilnya tetap ambyar.

Ketika baru jadi, jembatan bambu Wonorejo Surabaya memang tampak estetik dan menarik. Cocok dengan kawasan mangrove yang banyak pohon. Tapi usia jembatan ini sangat pendek. Tak sampai 3 tahun sudah ambruk karena kurang perawatan.

Jika sering terkena air hujan, bambu akan lembap sehingga mudah lapuk. Untuk menjaga agar jembatan awet, bambu harus selalu kering dan rajin di-coating. Kalau jembatan hanya dicoating saat pembangunan lalu dibiarkan terpapar panas dan hujan, wajar saja kalau usia jembatan bambu ini tak selama periode jabatan Wali Kota Surabaya.

Material bangunan memiliki plus minus. Jembatan bambu memang lebih murah secara biaya ketimbang jembatan beton, tapi maintenance-nya lebih susah dan harus telaten ketimbang jembatan beton. Harusnya kan Pemkot tahu itu, mosok harus diingatkan warganya dulu?

Jembatan bambu Wonorejo Surabaya menghabiskan uang miliaran rupiah hanya untuk dirobohkan

Saran saja, barangkali Bapak atau Ibu pembuat kebijakan di Surabaya membaca tulisan ini. Kurang-kuranginlah membangun Surabaya dari sisi estetika saja, lebih baik terlihat biasa saja tapi berguna dan tahan lama ketimbang indah dilihat mata tapi umurnya pendek.

Lucunya lagi, jembatan bambu di kawasan Ekowisata Wonorejo Surabaya dengan panjang 600 meter tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp1,2 miliar. Mohon maaf, Pak/Bu, jembatan bambu di Ponorogo yang biayanya Rp200 juta saja sudah dianggap kebanyakan. Ha ini anggarannya lima kali lipatnya kok masih ambruk juga. Udah mahal pol, nggak awet lagi.

Kalau sudah menghabiskan anggaran besar, tapi dirawat dan bisa dimanfaatkan warga dalam waktu yang lama sih nggak apa-apa. Masalahnya jembatan bambu ini sepertinya dibangun hanya untuk dibiarkan rusak dan roboh dengan sendirinya.

Tidak harus direvitalisasi

Kabarnya, jembatan bambu Wonorejo Surabaya yang sudah ambruk dan nggak bisa digunakan tersebut akan direvitalisasi oleh Pemkot Surabaya. Menurut saya sih, mendingan nggak usah direvitalisasi kalau pagu anggarannya lebih besar, tapi dibuat dari bambu lagi dan nggak di-maintenance dengan baik.

Kalau malas merawat, sekalian saja buat jembatan dari beton. Nggak perlu gaya-gayaan ramah lingkungan kalau ujung-ujungnya hanya buang-buang uang.

Penulis: Tiara uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Hal-hal Menjengkelkan yang Ada di Jalan Tunjungan Surabaya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2024 oleh

Tags: jembatan bambujembatan bambu wonorejo SurabayaKebun Mangrove WonorejoKota SurabayaSurabaya
Tiara Uci

Tiara Uci

Alumnus Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Project Manager perusahaan konstruksi di Surabaya. Suka membaca dan minum kopi.

ArtikelTerkait

Jalan MERR, Jalan Paling Nggak Ramah Pejalan Kaki di Surabaya: Nggak Ada JPO dan Trotoar

Jalan MERR, Jalan Paling Nggak Ramah Pejalan Kaki di Surabaya: Nggak Ada JPO dan Trotoar

25 Oktober 2024
Taman Apsari Surabaya, Pusat Peradaban Muda-Mudi Menandingi Jalan Tunjungan. No Apsari, No Party!

Taman Apsari Surabaya, Pusat Peradaban Muda-Mudi Menandingi Jalan Tunjungan. No Apsari, No Party!

2 April 2024
Pemkot Surabaya Wujud Penguasa Tidak Adil di Bulan Ramadan (Unsplash)

Pemkot Surabaya Tidak Adil. Kalau Acara Ramadan Wajib Izin, kenapa Parkir Liar Didiamkan Padahal Sudah Jelas Tanpa Izin

9 Maret 2024
Saya Kapok Naik Becak Motor dari Stasiun Surabaya Pasarturi, Tarifnya Setara Naik Taksi Mojok.co

Saya Kapok Naik Becak Motor dari Stasiun Surabaya Pasarturi, Tarifnya Setara Naik Taksi

24 Februari 2024
KA Jayabaya: Opsi Trip Malang-Surabaya yang Paling Nyaman

KA Jayabaya: Opsi Trip Malang-Surabaya yang Paling Nyaman

23 Mei 2023
Sakinah Supermarket Penguasa Surabaya Timur, Alfamart dan Indomaret Nggak Ada Apa-apanya Mojok.co

Sakinah Supermarket Penguasa Surabaya Timur, Alfamart dan Indomaret Nggak Ada Apa-apanya

24 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.