Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jaranan Kediri, Blitar, dan Tulungangung: Serupa, tapi Tak Sama

Ervinna Indah Cahyani oleh Ervinna Indah Cahyani
22 Januari 2022
A A
Jaranan Kediri, Blitar, dan Tulungangung: Serupa, tapi Tak Sama terminal mojok.co

Jaranan Kediri, Blitar, dan Tulungangung: Serupa, tapi Tak Sama (Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Pentas jaranan akhir-akhir ini sudah diperbolehkan di sekitar wilayah saya. Sebelumnya, karena keadaan yang memaksa tidak boleh mengadakan acara yang mendatangkan massa, sementara waktu pentas jaranan libur. Ya, meski beberapa grup jaranan mementaskannya secara virtual di gedung kesenian.

Jaranan bagi warga desa adalah hiburan gratis yang semua orang bisa menikmatinya. Bahkan, ia mendatangkan pundi-pundi rupiah bagi yang berjualan. Pastinya, setiap pementasan jaranan selalu banyak pentonton. Meski tak sebanyak konser orkes atau dangdut, tapi lumayan banyak juga yang menonton.

Kebetulan saya dan suami termasuk orang yang menyukai jaranan. Apalagi suami saya salah satu penari barongan kucingan di salah satu grup jaranan. Tidak adanya pagelaran hampir dua tahun membuat kerinduan kami pada pagelaran jaranan semakin besar. Yang bisa kami lakukan hanya melihatnya dari video-video di YouTube.

Dan setiap kali kami melihat video-video jaranan, suami saya sering kali berkomentar, “Ini jaranan Kediri.” Atau, “Tulungagungan ini.” Kadang juga, “Mblitaran ini.”

Sebagai orang awam, bagi saya mereka itu sama. Diawali dengan penari jaranan, lalu ada penari celeng, dan diakhiri dengan barongan. Kadang ada yang sampai kesurupan makan kemenyan atau hal aneh-aneh lainnya.

Akhirnya saya pun bertanya padanya mengenai perbedaan ketiga versi jaranan Kediri, Blitar, dan Tulungagung. Ini perbedaannya menurut suami saya sebagai penikmat jaranan.

#1 Jaranan Kediri

Kekhasan jaranan kediri terletak pada jaranan atau kuda lumping yang dipakai oleh penari jaranan. Ukurannya paling besar dibanding jaranan versi Tulungagungan dan Blitaran. Motifnya pun sudah menggunakan tiga dimensi, daripada wilayah lain. Dan matanya yang dibuat tajam.

Selain dari kuda lumpingnya, barongannya juga tak mau kalah. Jika pakem barongan adalah warna telon, merah, hitam, dan kuning. Maka barongan yang ada di wilayah Kediri lebih berinovasi dengan warna lain yang lebih mencolok. Seperti warna ungu, biru, pink, dan lain-lain.

Baca Juga:

Alasan Nganjuk dan Blitar Akan Selalu Ada di Bawah Kediri dan Malang padahal Potensial

Jembatan Brawijaya Kediri Terlihat Murahan untuk Proyek Bernilai Rp3,3 Miliar

Kebanyakan jaranan yang ada di Kediri maupun Blitar diawali dengan sebuah fragmen drama yang menceritakan perjalanan Klana Sewandana yang berasal dari Kerajaan Bantarangin (Ponorogo) menuju ke Kediri untuk melamar Dewi Sangga Langit, yang mensyaratkan satu pagelaran yang belum ada sebelumnya.

Hal yang menjadi khas Kediri yaitu penari jaranan masuk ke arena satu per satu. Dan untuk tari jaranannya ada sedikit adaptasi dari tari Remo. Untuk barongannya, ada adaptasi dari hewan-hewan liar lainnya seperti macan.

#2 Jaranan Blitar

Lantaran Blitar berada di antara Tulungagung dan Kediri, kiblat jaranan Blitar kebanyakan berkiblat ke Kediri. Kadang pun pakai kuda lumpingnya Kediri ataupun pakai senterewe (Tulungagungan). Atau memakai kuda lumping milik jaranan Jawa.

Tetapi di beberapa wilayah Blitar, juga berkembang dua jaranan lainnya. Seperti jaranan pegon dan jaranan Jawa/Dor. Jaranan Pegon ini adalah akulturasi budaya dari busana wayang wong yaitu memakai baju wayang gatotkaca beserta kotang Antakusuma-nya. Meski memakai baju seperti wayang Gatotkaca, tapi ia menari jaranan dan membawa jaranan senterewe tanpa pecut. Dan juga tanpa barongan.

Sedang untuk jaranan Jawa/Dor ini solahnya seperti Kediri hanya saja tidak ada remo. Dan yang khas adalah langkah kaki yang “nggejig”, lebih banyak menggunakan tungkak/pisau kaki. Untuk busananya menggunakan baju Madura, dengan celana hitam (untuk jaranan Dor). Tanpa make up. Jaranan Jawa ini memiliki perbedaan dengan lainnya yaitu pada kepala kuda lumping yang menghadap ke depan. Kalau kuda lumping lainnya kan kepalanya menghadap ke bawah.

#3 Jaranan Tulungagung

Saat saya masih kecil, ada grup jaranan yang sangat terkenal dari Tulungagung, yaitu jaranan Safitri Putro. Video pagelarannya direkam dan dijual dalam bentuk kepingan-kepingan CD. Kalau ingin tahu bagaimana jaranan Tulungagung, sama ketiplek dengan jaranan Safitri Putro.

Kekhasan jaranan Tulungagung, ia lebih mengedepankan campursari. Saat waktu menari jaranan, kadang-kadang ada biduan masuk nyanyi-nyanyi di tengah penari jaranan. Dalam video jaranan Safitri Putro pun seperti itu. Ada tiga atau empat penyanyi yang semuanya menyanyi lagu campursari bergantian saat penari jaranan sedang menari.

Selain itu, dari cara masuk penari jaranan pun berbeda dari Kediri. Di Tulungagung, sebelum menari jaranan, ada yang dinamakan “kiprah”. Ada satu atau dua penari, baik penari perempuan atau laki-laki, yang menarinya “obah sak obah” (menari terserah), dan kendang akan mengikuti penari. Biasanya kiprah juga ditambahi dengan gulung-gulung atau roll depan, seperti atraksi jika itu penari laki-laki. Dan setelah itu, penari jaranan akan masuk bersama-sama.

Oh iya, jaranan atau kuda lumping yang dipakai ukurannya yang paling kecil di antara lainnya. Namanya jaranan senterewe. Ornamennya dua dimensi. Nama Senterewe sendiri diambil dari nama-nama tumbuhan yang banyak ada di Tulungagung. “Senthe” adalah tanaman sejenis talas yang menimbulkan rasa gatal jika dimakan. Sedangkan “rawe” adalah jenis tumbuhan liar yang daunnya dapat menimbulkan rasa gatal jika terkena kulit manusia.

Ya, meski setiap daerah punya keistimewaan tersendiri dalam gerakan maupun properti, kita bisa memilih berdasarkan selera kita sendiri. Kalau saya sih, semuanya senang. Hal yang terpenting, perbedaan tidak membuat kita semua bertengkar.

Penulis: Ervinna Indah Cahyani
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Januari 2022 oleh

Tags: blitarjaranankediriKesenian rakyattulungagung
Ervinna Indah Cahyani

Ervinna Indah Cahyani

Guru Bahasa Jawa dan pecinta kucing.

ArtikelTerkait

Sate 02, Kuliner Olahan Bekicot Khas Kediri yang Bikin Ketagihan sate bekicot

Sate 02, Kuliner Olahan Bekicot Khas Kediri yang Kalah Pamor, padahal Rasanya Bikin Ketagihan

2 Juli 2024
Jalan Dhoho Kediri, Pusat Kebudayaan dan Jalan Bersejarah yang Berpotensi Menyalip Malioboro sebagai Jujugan Wisata

Jalan Dhoho Kediri, Pusat Kebudayaan dan Jalan Bersejarah yang Berpotensi Menyalip Malioboro sebagai Jujugan Wisata

8 Agustus 2023
Culture Shock Orang Sidoarjo yang Merantau ke Tulungagung: Kopi kok Ijo?

Culture Shock Orang Sidoarjo yang Merantau ke Tulungagung: Kopi kok Ijo?

17 September 2023
5 Kuliner Tulungagung yang Sulit Dijumpai di Daerah Lain, sekalipun Ada Rasanya Beda Mojok.co

5 Kuliner Tulungagung yang Sulit Dijumpai di Daerah Lain, sekalipun Ada Rasanya Beda

9 Oktober 2025
Keluh Kesah Mahasiswa UIN SATU Tulungagung: Tempat Parkiran yang "Diserang" Tahi Burung Dara Sampai Sistem Pembayaran UKT yang Bikin Ngelus Dada

Keluh Kesah Mahasiswa UIN SATU Tulungagung: Tempat Parkiran yang “Diserang” Tahi Burung Dara Sampai Sistem Pembayaran UKT yang Bikin Ngelus Dada

7 Februari 2025
3 Rekomendasi Pekerjaan Santai yang Menjanjikan Cuan di Tulungagung

3 Rekomendasi Pekerjaan Santai yang Menjanjikan Cuan di Tulungagung

20 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.