Saat chat-nya nggak dibales, saat itu pula kamu pasti sebel sendiri. Pengin marah-marah, kalau bisa sampai nguntal meja sama kursi. Apalagi yang kamu chat itu pacar tercinta, yang setiap hari, setiap jam, setiap menit selalu kamu pantau WhatsApp-nya.
Kita memang sering seperti itu. Ketika kita sendiri sering cepat dan responsif membalas chat dari siapa pun, orang lain tak berlaku demikian kepada kita. Saya juga begitu. Saya merasa nggak tega meninggalkan chat seseorang dan cuma membacanya tanpa satu kata pun membalas. Paling tidak saya harus merespons minimal dengan kata: Oke.
Nah terkadang, atau malah sering kali kita sendiri sudah terlanjur sebal apabila chat dari kita nggak dibalas orang lain. Kita pasti akan menduga-duga nggak jelas dan berburuk sangka. Paling sering terjadi ketika sepasang muda-mudi pacaran yang sedang chatting-an, eh tiba-tiba pacar kita cuma nge-read chat doang, nggak membalas.
Kita akan berpikir yang tidak-tidak. Khawatir kalau pacar ternyata selingkuh di belakang. Mengkhianati janji suci akan setia sampai ke pelaminan di bawah pohon nangka. Alah prett!!!
Iya kalau beneran pacar kita selingkuh. Tapi jika pada faktanya tidak, mau bagaimana? Bisa-bisa hubungan kamu udah kandas sebelum sampai ke tahap manggil “papa-mama” seperti anak-anak kecil di Facebook. Nggak cuma dengan pacar sebenarnya. Chat ke teman, terus dia nggak bales, begitu pula sebaliknya, ini bisa juga loh menimbulkan perselisihan tak kentara. Rentan muncul salah paham di antara keduanya.
Supaya kamu-kamu nggak keburu sebal duluan chat-nya dibaca tapi nggak dibales, saya kasih tahu alasan logis mengapa orang lain nggak bales chat dari kamu. Yang saya dapatkan setelah melakukan sedikit sharing-sharing bersama teman dan kerabat dekat. Fyi, yang saya ajak diskusi ini memang beliau-beliau sudah pakarnya menelantarkan chat seseorang.
Satu: Sibuk
Alasan pertama orang nggak membalas chat kamu tiada lain dan tiada bukan adalah sibuk. Iya, sibuk. Mau apalagi? Barangkali tatkala kamu ngirim pesan ke seseorang, dia beneran sedang sibuk. Alasannya klise sih, tapi memang begitu keadaannya.
Bayangkan jika umpamanya kamu berada di posisi orang tersebut. Kamu sedang didera kesibukan yang tiada tara. Hanya memiliki kesempatan 1-5 menit untuk melihat WhatsApp atau media sosial lain. Sisanya? Boleh jadi tengah memperhatikan dosen ngasih materi, bos ngasih arahan, atau klien presentasi ide.
Kita semestinya memakluminya. Setiap manusia, orang yang sengaja diciptakan oleh Tuhan pasti diiringi dengan kesibukannya masing-masing. Presiden dengan kesibukannya mengurus negara plus ngasih pernyataan sukar dinalar, jurnalis yang sibuk dikejar deadline liputan, redaktur media yang sibuk memilah naskah, dosen dengan kesibukannya mengajar dan nulis jurnal, teman lagi sibuk bikin roti lebaran buat dijual, atau buzzer yang sibuk bacot, dan masih banyak lagi.
Semua punya kesibukan yang tak boleh satu orang pun menganggu. Setiap individu berhak sibuk. Makanya menganggu kesibukan seseorang, apalagi sampai sebel karenanya, juga berarti melanggar hak asasi manusia. Masih mending orang itu mau baca chat dari kamu.
Nggak usah berprasangka buruk dulu. Saking sibuknya, mungkin waktu dia baca, nggak sempet bales. Mungkin mau bales, tapi nanti, kalau sudah mulai luang. Jadi, santai aja, Bro.
Dua: Bingung Mau Balas Apa
Selain sibuk, orang yang enggan membalas chat kamu, dan akhirnya cuma dibaca doang, boleh jadi dia bingung mau bales apa. Lantaran chat kamu kata-katanya sungguh mind blowing. Makanya kalau chatting-an pakai istilah yang mudah dipahami banyak orang saja. Nggak perlu sampai bikin kata-kata yang terlalu ilmiah.
Ingat, kamu sedang chatting, bukan nulis disertasi. Nggak perlu juga pakai kata-kata sok puitis, sok berbait dan berima layaknya pantun, atau berirama seperti syair lagu. Kamu bukan Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Dilan, atau Zarry Hendrik. Cewek pun nggak selamanya bakal luluh kalau dikirimi untaian chat romantis nan puitis.
Kebingungan ini juga dapat muncul ketika ada ketidak sepahaman antara dua orang saling chatting. Mungkin sebab keduanya memiliki latar belakang pemikiran yang berbeda. Misal nih, lagi enak bahas awal mula kehadiran manusia di dunia. Satu orang memegang prinsip teori Darwin, satunya lagi kekeuh dengan argumentasi berlandaskan kitab suci.
Ketika satu orang gagal memahami maksud dari chat orang lain, juga bisa menimbulkan miskomunikasi, loh. Nih saya kasih contoh miskomunikasi yang bisa terjadi di dunia per-chatting-an.
“Bro, gue mau beli hape ini nih,” tulis cebong sambil ngirim foto hapenya.
“Berapa?” tanya si kampret.
“Yaelah bro, satu aja lah, harganya mahal,” jawab cebong.
“Maksudnya, harganya berapa?” tanya si kampret lagi ditambah emot senyum biar nggak dikira sebel.
Tiga: Kepencet
Tidak sengaja kebuka chat, kemudian orang yang ngechat langsung geer chat-nya mau dibalas. Lha kok mendadak malah keluar aplikasi WhatsApp. Merajuk lah orang yang ngechat tadi, dan akhirnya ditelepon lah orang yang kurang ajar udah baca chat tapi nggak dibales.
“Bro, lu baca chat gua, tapi nggak lu bales gimana?”
“Ah! Masak sih bro, nggak deh kayaknya.”
“Coba dilihat lagi.”
“Oh iya, kepencet tadi bro. Sebenarnya mau aku buka nanti.”
Kita nggak boleh menghakimi yang demikian. Kepencet itu nggak sengaja. Bisa jadi orang lagi buka WhatsApp, entah angin dari mana jarinya kok tiba-tiba berhenti dan membuka chat dari kamu, padahal niatnya mau chat doi. Entah doi beneran atau doinya yang lain.
Kamu-kamu harus sadar diri, dia nggak ada maksud buat membalas chat kamu, kok. Jangankan membalas, membacanya pun ogah. Memangnya kamu tuh siapa? Kok maunya setiap chat dibaca dan dibalas. Hilih.
Empat: Udah Ngasih Kata-kata Pamungkas
Andaikan kamu ngechat seseorang pakai kata-kata pamungkas, ya nggak usah mengharap dibalas tho. Masak orang mau balas pesan yang cuma berisi kata: oke, sip, siap, okeh, ok, gas, lhes.
Kurang kerjaan banget sampai membalas chat yang sudah seharusnya berakhir dengan kata pamungkas tersebut. Mau bales pakai kata apalagi? Kata yang sama? Wagu.
Begitulah kira-kira mengapa ada orang yang baca chat tapi nggak mau bales. Cengli sih, ketika pesan kita cuma di-read berasa sakitnya ibarat mengharap Indonesia juara Piala Dunia, tapi AFF saja gagal.
Namun, kendati keadaaannya demikian, kita sebaiknya juga memaklumi. Barangkali orang yang kamu chat itu punya alasan kuat buat nggak membalas chat kamu.
BACA JUGA Panduan Mengakhiri Chat di WhatsApp Biar Nggak Cuman Pakai “Haha-Hehe” Thok dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.