Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Jangan Kaget Iwan Bule Nggak Mau Mundur, Mana Ada Pemimpin yang Waras dan Legowo

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
4 Oktober 2022
A A
Jangan Kaget Iwan Bule Nggak Mau Mundur, Mana Ada Pemimpin yang Waras dan Legowo

Jangan Kaget Iwan Bule Nggak Mau Mundur, Mana Ada Pemimpin yang Waras dan Legowo (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ratusan Suporter Boleh Gugur, Tapi Iwan Bule (Ingin) Abadi Jadi Ketua PSSI

Tragedi Kanjuruhan membuka banyak hal yang tidak beres yang lama tertutup. Polisi yang kelihatan aslinya, panitia pelaksana yang tak peduli nyawa, rating yang jadi dewa, dan lain-lain. Selain itu, salah satu yang paling kentara adalah betapa tidak kompetennya Iwan Bule sebagai ketua PSSI. Bahkan kalau ada yang menyebut Iwan Bule sebagai ketua PSSI terburuk sepanjang masa, saya setuju-setuju saja.

Saya beri tahu beberapa kekonyolan yang blio lakukan. Selain blunder membuka pidato dengan “hadirin yang berbahagia,” purnawirawan perwira tinggi Polri ini juga menanggapi enteng kritik dan tuntutan masyarakat. Salah satunya adalah desakan dari Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso. Desakan blio sederhana dan bisa diterima: Iwan Bule harus mundur dari jabatan Ketua PSSI. Masuk akal, banget, ra nego.

Respons Iwan Bule malah melemparkan ujaran yang luar biasa ra mashok. “Ooo.. apa namanya, desakan ya, biar semua orang bisa bicara apa saja ya,” ujar Iwan Bule seperti yang dilansir detikJatim. Iwan Bule mengatakan lebih fokus menangani para korban Tragedi Kanjuruhan. Entah penanganan macam apa sih.

Ujaran Iwan Bule ini jelas memicu kecaman. Banyak orang menilai Iwan Bule sudah mati empati dan simpatinya. Tidak salah sih jika menilik opini Iwan Bule dan PSSI terhadap tragedi ini. Selain menjadikan suporter Arema sebagai kambing hitam, ketakutan akan sanksi FIFA memang cacat empati.

Tapi yang jadi pertanyaan, kok bisa Iwan Bule (beserta jajaran PSSI yang ndlogok itu) bertahan? Apakah mereka tidak malu untuk tetap menjabat pasca Tragedi Kanjuruhan? Apakah Iwan Bule tidak ingin menunjukkan tanggung jawab dengan mundur dari posisi Ketua PSSI?

Kalau rasa malu, keknya nggak punya. Rasah malu, baru tepat.

Jika boleh jujur, mundurnya pimpinan sebagai rasa malu dan bersalah sangat langka. Jarang kita temui sosok pimpinan yang rela lengser sebagai bentuk tanggung jawab. Saya tidak usah sebut satu per satu. Dari banyak kasus, entah dalam pemerintahan pusat maupun instansi, jarang ada pimpinan yang melepaskan jabatan.

Baca Juga:

Tragedi Kanjuruhan Cuma Jadi Album Foto Berdebu yang Terlupakan dan Tak Akan Pernah Diselesaikan

Arema, Persik, dan Kota Malang yang Tak Pernah Belajar Apa-apa dari Tragedi Kanjuruhan

Kecuali karena viral dan desakan yang masif. Dan sepertinya tidak berlaku pada Iwan Bule.

Saya coba memahami kondisi ini. Tentu banyak yang membandingkan tingkah Iwan Bule dengan pemangku jabatan di Jepang. Ketika mereka bersalah pada sebuah kasus, bahkan perdana menteri sekalipun langsung menyatakan mundur dari jabatan. Mereka mengizinkan penanganan kasus tanpa harus mengganggu sistem pemerintahan yang ada.

Kenapa di Indonesia justru berbeda? Jika dirunut, sejarah Indonesia mirip dengan Jepang. Sama-sama feodal ala asia. Tapi saya akan lompati banding-bandingke dengan Jepang. Karena warisan feodal kita mengizinkan manusia paling berdosa sekalipun tetap mempertahankan jabatannya.

Dari era Majapahit yang agung itu, model feodal yang kebal hukum sudah umum terjadi. Banyak bangsawan penguasa tanah serta kelompok ksatria yang bebas mengambil hak rakyat, termasuk hak untuk hidup. Toh, Jayanegara sendiri dikisahkan gemar merebut istri orang. Rakyat yang berontak akan dihadapkan dengan nilai mistis macam kualat.

Pola ini tidak meredup ketika kedatangan Belanda. Justru “bule” satu ini lebih dalam menanamkan pola penguasa kebal hukum ini. Dari gubernur jenderal sampai sinder alias mandor menjadi manusia superior. Dan rakyat dipaksa menelan mentah-mentah kenyataan ini dengan ancaman popor senjata.

Pasca kemerdekaan, Orde Baru melanggengkan praktik kuasa ini. Militer ikut ambil bagian layaknya kasta ksatria di era kerajaan. Maka hari ini kita mewarisi mentalitas brengsek macam ini. Pemangku jabatan adalah sosok “titipan tuhan” yang bisa bebas dari desakan dan tuntutan. Dan Iwan Bule menjadi salah satu “titipan tuhan” ini.

Selain mental superior ini, pemangku jabatan selalu mendapat fasilitas lebih. Bahkan di luar urusan menunjang kinerja. Jika pada era kerajaan, para pejabat mendapat jatah tanah berikut masyarakat di dalamnya. Pada era modern, urusan pulsa saja dibelikan negara. Belum lagi posisi di urusan bisnis. Fasilitas ini mematikan nalar pelayanan masyarakat menjadi pencapaian dan kesuksesan. Dan siapa yang mau merelakan pencapaian dan kesuksesan karena kesalahan yang dilakukan sendiri?

Maka seorang pemangku jabatan rela lengser sangat langka ditemui. Kecuali dengan lobi politik atau desakan semasif reformasi, tidak ada pejabat yang siap mundur sebagai bentuk tanggung jawab. Lha gimana, mereka merasa menjadi “titipan Tuhan” dan bukan pelayan masyarakat.

Selevel kepala RT yang melarikan uang iuran warga saja tidak akan lengser ketika ketahuan. Menteri yang jelas bersalah masalah bansos saja mengulur waktu untuk mengundurkan diri. Apalagi selevel Iwan Bule, orang yang (merasa) menyelamatkan persepakbolaan Indonesia,  si paling paham sepak bola, dan pensiunan pejabat pula.

Mungkin saja Iwan Bule akan mengundurkan diri. Mungkin setelah desakan dari masyarakat terlalu membahayakan posisinya, ia baru kepikrian. Tapi, jika menanti beliau rela lengser keprabon ketika masa seperti ini, ah saya saja pesimis. Saya lebih yakin Lia Eden adalah Jibril daripada Iwan Bule lengser karena kesadaran tanpa tekanan dan lobi.

Sorak sorai kepada Iwan Bule, Sang Ketua PSSI yang tetap teguh memegang jabatan meskipun menghadapi badai paling keras. Tidak gentar meskipun ada ratusan orang tewas pada masa kepemimpinannya. Iwan Bule akan abadi tetap (ngeyel) jadi Ketua PSSI, meskipun harus berjalan di atas genangan darah.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Iwan Bule, Ketua PSSI Terbaik Sepanjang Masa

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Oktober 2022 oleh

Tags: iwan bulelengser keprabonrasa malutragedi kanjuruhan
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Arema, Persik, dan Kota Malang yang Tak Pernah Belajar Apa-apa dari Tragedi Kanjuruhan

Arema, Persik, dan Kota Malang yang Tak Pernah Belajar Apa-apa dari Tragedi Kanjuruhan

12 Mei 2025
Ujian Terberat Rakyat Jawa Barat Adalah Pimpinan Daerahnya Sendiri (Unsplash.com)

Ujian Terberat Rakyat Jawa Barat Adalah Pimpinan Daerahnya Sendiri

31 Agustus 2022
Mataram Is Love, Menyambut Sejuk Persaudaraan Fans PSIM, PSS, dan Persis Solo (Unsplash.com)

Mataram is Love, Menyambut Sejuk Persaudaraan Fans PSIM, PSS, dan Persis Solo

4 Oktober 2022
Jumlah Korban Tragedi Kanjuruhan Muncul di Jersey Arema FC (Unsplash)

Mencantumkan Angka Korban Tragedi Kanjuruhan di Jersey Arema FC tapi Nggak Bantu Keadilannya Itu Buat Apa?

3 Juli 2023
Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema (Unsplash)

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema

3 Februari 2023
Tragedi Kanjuruhan: Mari Dukung Sanksi FIFA!

Tragedi Kanjuruhan: Mari Dukung Sanksi FIFA!

2 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.