Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Jangan Jadi Dosen dan Guru: Gajinya Irit, Tanggung Jawab Selangit

Erfransdo oleh Erfransdo
23 Februari 2024
A A
Jangan Jadi Dosen dan Guru: Gajinya Irit, Tanggung Jawab Selangit Mojok.co

Jangan Jadi Dosen dan Guru: Gajinya Irit, Tanggung Jawab Selangit (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Media sosial X tengah ramai dengan hashtag Jangan Jadi Dosen dan Jangan Jadi Guru. Hashtag itu awalnya digaungkan oleh akun @ardisatriawan. Diketahui dari bio, pemilik akun merupakan dosen Teknik Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Dosen yang sedang tinggal di Korea Selatan itu menantang para guru dan dosen membagikan penghasilannya atau THP (Take Home Pay) selama mereka mengajar. Beliau yang pertama membagikan THP miliknya yang menunjukkan gaji bersih sebesar Rp3,1 juta. Nominal yang mengejutkan saya. 

Dahulu saya berpikir kalau hidup dosen itu sejahtera dengan gaji mencapai dua digit. Melihat seorang dosen di perguruan tinggi negeri terbaik bangsa mendapatkan penghasilan nggak jauh dari UMR menimbulkan rasa miris sekaligus tidak percaya.

Untuk memastikan, saya melihat berbagai komentar yang membalas cuitan dosen ITB tersebut. Para dosen dan guru mulai bersuara dengan membagikan bukti gaji yang mereka terima dari tempat mengajar. Benar saja, rata-rata dari mereka memiliki penghasilan yang tidak layak alias masih di bawah UMR. Bahkan, angkanya tidak jauh berbeda dengan gaji penjaga toko, cleaning service, dan pekerja kerah biru lain. 

Sebagai seorang mantan guru SD di sekolah swasta, saya tertarik untuk mengikuti tren tersebut dengan cara membagikan slip gaji saya di kolom komentar. Saya mengunggah bukti gaji dengan nominal Rp2,2 juta yang mana hanya setengah dari UMR daerah tempat saya bekerja. Asal tahu saja, gaji segitu harus mengemban tanggung jawab yang berat. Mulai dari mengajar di kelas, mengurusi bocil tantrum, merespon kebawelan orang tua siswa di grup kelas yang tak kenal waktu, mengurus administrasi yang bejibun, hingga menjadi panitia acara sekolah.

Saya rasa, nominal itu masih jauh dari kata layak dibanding tanggung jawabnya. Setelah membaca cuitan netizen, ternyata nasib dosen di Indonesia tidak jauh berbeda. Mereka dibayar alakadarnya untuk tanggung jawab yang sangat besar. Nggak heran tagar Jangan Jadi Dosen dan Jangan Jadi Guru begitu ramai. 

Indonesia kekurangan tenaga pendidikan

Di tengah huru-hara kesejahteraan guru dan dosen, saya jadi teringat pemerintah yang sering mengeluhkan Indonesia kekurangan tenaga pendidikan. Melansir data terbaru dari Kemendikbud Ristek pada 2024, Indonesia kekurangan 1,3 juta guru. Sementara untuk dosen, menurut data tahun 2021, Indonesia kekurangan sekitar 9.000 dosen.  Kita bisa menerka-nerka mengapa setiap tahun Indonesia selalu saja kekurangan tenaga pendidik. itu mengapa saya tidak begitu terkejut dengan angka-angka itu.

Saya selalu bertanya-tanya, apakah profesi sebagai tenaga pendidik tidak begitu dihormati dan dibutuhkan sehingga upah yang didapat sama sekali nggak manusiawi ya? Padahal, salah satu faktor kemajuan suatu negara adalah di bidang pendidikan. Jika tenaga pendidiknya saja sudah tidak dihargai, mana bisa suatu negara bisa maju? 

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

Persetan dengan narasi guru dan dosen mengajar demi megabdi pada bangsa, sehingga tidak masalah dibayar alakadarnya. Kalian pikir hidup di dunia tidak membutuhkan uang untuk bertahan hidup?! Coba ikuti hashtag di medsos X Jangan Jadi Dosen dan Jangan Jadi Guru, kalian akan mendapati curhatan-curhatan miris mengenai dosen dan guru karena tidak dibayar dengan layak. 

Jangan jadi dosen atau guru karena nasibnya nggak terjamin 

Anggaran pendidikan dari tahun ke tahun yang dikeluarkan pemerintah selalu meningkat. Namun, pada kenyataannya kesejahteraan guru dan dosen sama sekali tidak terlihat. Mereka malah menjadi sengsara karena biaya sehari-hari yang semakin melonjak, sementara upah mendidik anak bangsa sama sekali tak maju bergerak.

Pada 2023 lalu, pemerintah menggelontorkan anggaran pendidikan sebesar Rp612,2 triliun. Sementara itu, di tahun ini, Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia mengungkapkan bahwa pemerintah akan menggelontorkan anggaran pendidikan hingga Rp660,8 triliun. Katanya, peningkatan dana itu demi mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, inovatif, berintegritas, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.

Pertanyaannya, apakah setelah anggaran pendidikan tersebut turun dapat serta merta merubah nasib para guru dan dosen yang upahnya masih jauh di bawah harapan? Saya kon sangsi ya. Mau tidak mau, guru dan dosen memang tetap harus memutar otak untuk mencari pekerjaan sampingan agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Itu mengapa saya tidak heran ketika guru dan dosen tidak lagi bersemangat mendengar kenaikan anggaran pendidikan. Sebab, berapapun kenaikan anggaran  pendidikan, dosen dan guru tidak akan merasakan dampaknya secara langsung. Mereka tetap akan bangun pagi, berangkat ke sekolah atau kampus, melakukan tugas sekolah atau kampus yang seabrek itu sambil otaknya berpikir keras bagaimana menyambung hidup esok hari. 

Penulis: Erfransdo
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Alasan Guru Malas Melakukan Pendampingan terhadap Murid Bermasalah, Takut Diviralkan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2024 oleh

Tags: Dosengurujangan jadi dosenjangan jadi guruKampuskesejahteraanSekolahtenaga pendidik Indonesia
Erfransdo

Erfransdo

Lulusan pertanian yang terjun ke dunia media. Peduli isu-isu budaya dan lingkungan. Gemar baca buku dan nonton bola.

ArtikelTerkait

Suka dan Duka Menjadi Guru Laki-laki di SD Negeri (Unsplash.com)

Guru Laki-laki di SD Negeri: Banyak Duka, Senang Sewajarnya

16 September 2022
Menyalahkan Orang Tua dan Guru Memang Gampang, tapi Mari Telisik Dulu Mengapa Ada Siswa SMP Tidak Bisa Membaca

Menyalahkan Orang Tua dan Guru Memang Gampang, tapi Mari Telisik Dulu Mengapa Ada Siswa SMP Tidak Bisa Membaca

6 Agustus 2024
5 Dosa Guru pada Murid yang Jarang Disadari, Salah Satunya Korupsi Waktu

5 Dosa Guru pada Murid yang Jarang Disadari, Salah Satunya Korupsi Waktu

29 Agustus 2024
Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru Mojok.co

Menyesal Kuliah Jurusan Pendidikan, Tiga Tahun Mengajar di Sekolah Nggak Kuat, Sekolah Menjadi Ladang Bisnis Berkedok Agama

15 Juli 2025
Universitas Terbuka Bukan Hanya Kampusnya para Orang Tua

Universitas Terbuka Bukan Hanya Kampusnya para Orang Tua

6 Juni 2023
Guru dan Siswa Nggak Sempat Baca Buku: Guru Diburu Berkas, Siswa Diburu Tugas

Guru dan Siswa Nggak Sempat Baca Buku: Guru Diburu Berkas, Siswa Diburu Tugas, Literasi Kandas

16 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.