Udah macet, banyak proyek galian pula di Jalan TB Simatupang. Rasanya nggak kuat tinggal di Jakarta!
Kemacetan di ibu kota memang sudah tak terelakkan. Saya pun sadar bahwa sulit untuk berkendara dalam keadaan riang di Jakarta. Terlebih di waktu-waktu seperti berangkat dan pulang kerja, berkendara di jalanan Jakarta rasanya seperti mimpi buruk. Baru membayangkannya saja sudah bikin kepala pusing tujuh keliling, apalagi kalau harus berada di kerumunan kendaraan itu.
Dari sekian banyak jalan di Jakarta, Jalan TB Simatupang agaknya layak menempati peringkat pertama sebagai jalan paling memuakkan. Sebagai orang yang hampir tiap hari melewati jalan ini, sebenarnya saya ingin sekali memilih jalan alternatif lainnya. Namun apa daya, tak jarang tujuan saya memang wajib menyusuri jalur neraka ini. Sial.
Macet tiada akhir di Jalan TB Simatupang
Jalan ini membentang dan menghubungkan wilayah Jakarta Selatan hingga Jakarta Timur. Otomatis jalan ini menjadi pertemuan arus lalu lintas dari berbagai wilayah mulai dari Fatmawati, Kampung Rambutan, hingga Pasar Minggu. Banyaknya daerah yang dicakup membuat Jalan TB Simatupang macet tanpa kenal waktu. Masih mending kalau macetnya hanya di jam sibuk seperti berangkat dan pulang kerja, tak jarang penumpukan kendaraan tetap terjadi di jam-jam nggak sibuk. Panas menyengat, polusi, dan antrean kendaraan seakan menjadi combo yang tak bisa dihindari di sini.
Masalahnya, Jalan TB Simatupang juga memiliki pintu masuk tol yang membuat lebar jalan makin menyempit. Akibatnya, mobil yang nggak bisa masuk tol harus berpindah jalur sehingga pengendara motor dan mobil jadi berebut space kosong. Belum lagi semua orang di Jakarta terbiasa berkendara secara terburu-buru yang berujung tak ada yang mau mengalah. Sudah jalannya sempit ditambah ego pengendara yang sama-sama ingin mencapai tujuan secara cepat, makin kacau lah~
Baca halaman selanjutnya: Diperparah banyaknya proyek galian…