ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan, “Raja Terakhir” Jalur Berbahaya di Lamongan

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
18 Februari 2024
A A
Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan, "Raja Terakhir" Jalur Berbahaya di Lamongan

Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan, "Raja Terakhir" Jalur Berbahaya di Lamongan (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Predikat jalan paling berbahaya di Lamongan layak disandang Jalan Pucuk-Blimbing. Tenan!

Selain terkenal dengan soto dan pecel lele, Lamongan juga terkenal dengan jalanan yang berbahaya. Saya sampai bingung mau membahas yang mana dulu, sebab persentase jalan yang rusak itu lebih banyak ketimbang yang (lumayan) bagus.

Serius, jalan rusak di sini jumlahnya ada banyak. Tahun lalu saya pernah menulis Jalan Pucangro. Mas Sholeh Hilmi, pernah menulis juga tentang Jalan Babat-Lamongan yang menguji kesabaran. Ada juga mas Achmad Uzair yang menulis betapa gelapnya Jalan Pantura.

Kalau disebutkan, memang akan sangat banyak. Tapi bagi saya, ada satu jalan yang jadi “raja terakhir” dari jalur berbahaya di Lamongan, yakni Jalan Pucuk-Blimbing.

Daftar Isi

  • Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan rawan kecelakaan tunggal
  • Berlubang, penuh retakan, dan bergelombang
  • Melewati hutan jati sepanjang 5 kilometer
  • Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan makin berbahaya saat malam tiba

Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan rawan kecelakaan tunggal

Sebagai gambaran, jalan ini adalah jalur alternatif dari Pantura ke Jalan Nasional Babat-Lamongan dan sebaliknya. Panjangnya sekitar 28 kilometer dan melewati 6 kecamatan, yakni Paciran, Solokuro, Laren, Maduran, Sekaran, dan Pucuk.

Jalan Pucuk-Blimbing menjadi jalur paling berbahaya di Lamongan karena rawan kecelakaan, khususnya kecelakaan tunggal. Saya sudah beberapa kali hampir terjatuh di sana.

Sejujurnya, saya sudah lama nggak lewat Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan. Dan untuk menulis ini, saya sampai rela melewati jalan itu lagi sekadar memastikan kondisinya. Apakah jalur tersebut masih bernasib tragis atau sudah mulus seperti program bupati kami: JAMULA (jalan mulus Lamongan).

Sejak dulu, lebar jalan ini nggak berubah. Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan cukup sempit untuk jalan yang sering dilalui. Lebarnya kurang lebih setara dengan dua mobil Pajero saja.

Itu kalau kondisi normal, ya. Saat sedang musim nikahan, ada saja warga yang pasang tarup di sepanjang jalan. Di beberapa titik jalan juga masih ada sampah yang dibuang begitu saja, meninggalkan aroma tak sedap yang menyiksa hidung dan pikiran.

Selain itu, karakter pengendara di sana juga cukup ugal-ugalan. Mereka adalah orang-orang yang kalau motong jalan nggak lihat sekelilingnya alias langsung trabas. Jadi, seandainya kita berkendara di belakang mereka, kita harus ekstra waspada. Memang nggak semua orang berkendara begitu, tapi kalau disebut oknum juga nggak pantas, lha jumlahnya banyak jhe!

Berlubang, penuh retakan, dan bergelombang

Masalah di Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan belum selesai sampai di situ, sebab jalur ini juga bikin pengendara menghela napas sepanjang perjalanan. Komposisi jalanannya itu, lho, kalau nggak berlubang, penuh retakan, ya pasti bergelombang.

Konon, hal itu terjadi karena kontur tanahnya, makanya jalanan jadi mudah retak dan terbelah. Apalagi di ujung Kecamatan Sekaran. Ada banyak titik yang satu jalurnya retak cukup parah, sehingga kendaraan pun berebut lewat jalur yang masih “layak”.

Saking lamanya masyarakat terbiasa melewati jalur rusak tersebut, kalau ada jalan yang lumayan saja sudah dianggap jalan yang bagus. Logika penduduk sekitar adalah, selagi masih ada sebagian titik yang nggak berlubang, sehingga bisa memilih lewat titik tersebut di antara lubang-lubang jalan yang lain, maka jalan tersebut tergolong lumayan.

Kalau orang Jogja terkenal dengan nrimo ing pandum akan UMR, kami di Lamongan nrimo banget sama kondisi jalan yang membuat motor Supra selalu bergetar.

Melewati hutan jati sepanjang 5 kilometer

Apakah sisi berbahaya Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan sudah selesai? Tentu saja belum. Kita harus melewati semacam alas atau hutan jati. Iya, kiri-kanan full pepohonan. Nggak ada desa atau rumah. Malah yang ada adalah banner dengan tulisan “awas rawan pohon tumbang”. Banner peringatan yang cukup intimidatif, xixixi.

Wilayah hutan tersebut panjangnya sekitar 5 kilometer. Tentu saja jalanan sepi. Jadi misalnya (amit-amit) kecelakaan, paling cuma bisa mengandalkan diri sendiri atau menunggu pengguna jalan yang (semoga) lewat dan mau membantu.

Konon, di sana juga masih ada beberapa babi hutan. Mereka akan keluar kalau malam hari. Selain itu, ada banyak cerita horor di sana. Terlepas dari benar atau nggak, tetap saja jalur tersebut berbahaya, apalagi kalau malam tiba.

Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan makin berbahaya saat malam tiba

Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan makin berbahaya saat malam tiba. Bukan, bukan karena babi hutan atau cerita horor yang tadi sempat saya singgung, melainkan karena nggak ada lampu penerangan jalan. Iya, sepanjang jalan ini kita nggak akan menemukan lampu penerangan jalan sama sekali. Padahal kalau kondisi jalan gelap, lubang-lubang besar jadi tak kasat mata. Benar-benar berbahaya.

Makanya level berbahaya jalan ini jadi naik berkali lipat saat malam tiba. Kita hanya bisa mengandalkan lampu dari kendaraan pribadi, dan nasib baik tentunya.

Bayangkan, kita harus melewati jalanan yang lebih banyak rusaknya ketimbang bagusnya dengan kondisi gelap. Opo nggak bahaya? Itu belum hujan, ya. Kalau hujan turun, wasalam saja.

Soal penerangan jalan sebenarnya menjadi isu yang cukup krusial di Lamongan. Sebab, hampir semua jalan nggak ada lampu penerangan jalan. Jalan jadi terang karena lampu kendaraan dibantu lampu rumah pinggir jalan. Megilan!

Sebagai penutup, saya ingin menegaskan satu hal. Tulisan ini bukan cemoohan. Saya hanya menyampaikan kondisi lapangan saja. Jika memang merasa punya energi, lebih baik gunakan untuk perbaikan, bukan malah membantah secara ugal-ugalan.

Dan untuk semua pengguna jalan yang lewat Jalan Pucuk-Blimbing Lamongan, hati-hati. Semoga kita semua selamat sampai tujuan.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Susahnya Menjadi Anak Kabupaten Lamongan: Bikin Iri sama Anak Surabaya, Malang, dan Jogja.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2024 oleh

Tags: jalan berlubangJalan Pucuk-Blimbingjawa timurKabupaten Lamonganlamonganlampu penerangan jalan
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Introvert garis keras. Tinggal di Lamongan.

ArtikelTerkait

Nasi Krawu, Makanan Khas Gresik yang Seringnya Dilupakan Orang

Nasi Krawu, Makanan Khas Gresik yang Seringnya Dilupakan Orang

8 Maret 2024
3 Tempat di Kediri yang Menyimpan Cerita Mistis Terminal Mojok

3 Tempat di Kediri yang Menyimpan Cerita Mistis

1 Agustus 2022
Malang Itu Berbahaya, Menjebak Maba yang Nggak Siap (Unsplash)

Malang Menyiapkan Banyak Jebakan bagi Mahasiswa Baru yang Nggak Siap dan Tidak Kuat Iman

26 April 2025
Bahasa Mahasiswa Plat AG yang Bikin Orang Malang Bingung Sekaligus Ketawa

Bahasa Mahasiswa Plat AG yang Bikin Orang Malang Bingung Sekaligus Ketawa

7 November 2023
Jalur Pantura Tegal Meresahkan Pengendara karena Punya Segudang Masalah

Jalur Pantura Tegal Meresahkan Pengendara karena Punya Segudang Masalah

8 Maret 2024
Ibu Kota Jawa Timur Boleh Pindah ke Mana Saja, Asal Nggak ke Lamongan

4 Hal Tidak Menyenangkan Jadi Warga Kabupaten Lamongan

11 Maret 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Soto Garing Klaten, Soto Tanpa Kuah yang Ternyata Rasanya Nggak Seburuk Itu

Soto Garing Klaten, Soto Tanpa Kuah yang Ternyata Rasanya Nggak Seburuk Itu

Jaringan Bisnis Mail dalam Serial Upin Ipin kalau Benaran Tumbuh di Madura Mojok.co

Jaringan Bisnis Mail dalam Serial Upin Ipin kalau Benaran Tumbuh di Madura

5 Kegiatan yang Bisa Dilakukan Jokowi kalau Jadi Pensiunan di Solo Mojok.co kota solo umk solo

5 Kegiatan yang Bisa Dilakukan Jokowi kalau Jadi Pensiunan di Solo

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Berkunjung ke Perpustakaan Daerah Wonosobo Bikin Saya Salah Fokus. Niat Baca Malah Jadi Nonton Ibu-ibu Senam di Taman

Berkunjung ke Perpustakaan Daerah Wonosobo Bikin Saya Salah Fokus. Niat Baca Malah Jadi Nonton Ibu-ibu Senam di Taman

9 Juni 2025
Purwokerto, Kota Kecil Rasa Jakarta: Semakin Mahal dan Kekinian padahal Dompet Warganya Pas-pasan

Kelam di Balik Gemerlap Purwokerto: Upah Pekerja di Bawah UMR, Lembur pun Tak Dibayar dengan 1001 Alasan

12 Juni 2025
BEM Unesa Gerombolan Mahasiswa Malas Kerja, Cuma Cari Muka (Ardhan Febriansyah via Wikimedia Commons)

BEM Unesa Hanyalah Gerombolan Mahasiswa yang Malas Kerja, Sekali Kerja Malah Cuma Cari Muka

8 Juni 2025
Pacitan (Hampir) Bisa Mengalahkan Banyuwangi dan Malang, tapi Kalah Gara-gara Satu Hal Ini

Pacitan (Hampir) Bisa Mengalahkan Banyuwangi dan Malang, tapi Kalah Gara-gara Satu Hal Ini

14 Juni 2025
Jalan Batikan Umbulharjo, Jalan Lurus yang Mematikan: Siang Hari Teduh, Malam Hari Dipenuhi Gondes Mabuk Kebut-kebutan

Jalan Batikan Umbulharjo, Jalan Lurus yang Mematikan: Siang Hari Teduh, Malam Hari Dipenuhi Gondes Mabuk Kebut-kebutan

12 Juni 2025
Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed Terdiskriminasi karena Dianggap Nggak Punya Masa Depan dan Bau  Mojok.co

Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed Terdiskriminasi karena Dianggap Nggak Punya Masa Depan dan Bau 

14 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jS-m10azBto

DARI MOJOK

  • Orang Kebumen Pertama Kali Nginep di Jepang: Bingung Cara Pakai Toilet sampai Cebok Pakai Botol Air
  • Bukan Janji, Tapi Jalan : 100 Hari Pertama Masa Kepemimpinaan Wali Kota Solo
  • 14 Tahun Pakai Yamaha Xeon, Motor Butut yang Kuat Menerjang Jalanan Terjal Tasikmalaya ke Pantai Pangandaran
  • Pernah Ditolak Unair, Kini Jadi Mahasiswa Berprestasi di Kampus Nggak Favorit usai Bikin Bisnis yang Ramah Lingkungan
  • Pengalaman Pertama Orang Klaten Naik KRL Jogja-Solo, Sok-sokan Berujung Malu karena Tak Paham Kursi Prioritas dan Salah Turun Stasiun
  • Jadi Driver Gojek untuk Cari Duit Malah Tekor Terus Kena Order Fiktif, Hidup Tertolong Promo

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.