Nggak selamanya jalan yang mulus dan lebar itu aman bagi pengendara. Contohnya Jalan Brigjen Katamso Jogja yang diam-diam mengancam.
Bagi banyak pengendara, termasuk saya, ruas jalan yang lebar dan aspal yang mulus adalah anugerah yang tak terkira. Selain bisa mengendarai kendaraan dengan nyaman, jelas hal itu memang sudah seharusnya jadi standar minimum.
Namun entah kenapa, setiap melewati Jalan Brigjen Katamso Jogja, saya justru ketakutan. Padahal Jalan Brigjen Katamso Jogja sudah memenuhi syarat standar minimum, tapi kekurangannya justru ada di sisi pengendaranya yang ugal-ugalan semua.
Daftar Isi
Kendaraan keluar gang nggak lihat kondisi sekitar
Saya kerap kali melintas di Jalan Brigjen Katamso Jogja setiap hendak pulang ke Bantul. Jalan ini saya pilih karena menghemat waktu sampai ke rumah. Saya hanya tinggal lurus terus sampai tembus Jalan Tirtodipuran atau Krapyak dan langsung menyambung ke Jalan Bantul.
Sayangnya, setiap melintas di sini, banyak kendaraan yang suka keluar masuk gang tanpa melihat kondisi sekitar terlebih dahulu. Misalnya, ketika ada kendaraan yang hendak berbelok ke gang dekat toko kosmetik yang cukup ramai di daerah ini. Toko kosmetiknya sendiri itu sudah ramai, kendaraan pelanggannya tumpah ruah, orang-orang naik kendaraan dengan kecepatan tinggi, tapi tiba-tiba ada kendaraan di depan yang berbelok, apa nggak syok berat?
Banyak gedung penting di Jalan Brigjen Katamso Jogja, jadi pusat kemacetan
Jalan Brigjen Katamso dihiasi oleh pertokoan dan gedung-gedung perkantoran penting di kiri dan kanan jalan. Hal ini menjadikan jalanan ini menjadi salah satu jalan tersibuk juga menurut saya. Terlebih saat jam pulang kerja, duh, kalau bisa memilih sih saya nggak akan lewat sini.
Pasalnya saat berada di lampu merah Pojok Beteng, sudah dapat dipastikan mobil-mobil berjajar memakan ruas jalan yang seharusnya bisa langsung dilewati oleh beberapa kendaraan yang ingin belok kiri. Selain itu, kemacetan kadang juga disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang hendak putar balik. Karena ruas jalannya sudah ramai duluan, kendaraan pun jadi kagok ketika hendak mundur dan putar arah.
Tetap menyeberang saat ramai
Jalan Brigjen Katamso Jogja ini juga memiliki simpangan yang cukup berbahaya, yakni simpangan yang menghubungkan dengan Jalan Mantrigawen Lor. Di simpangan ini, banyak kendaraan yang suka sembarang maju untuk memotong arus lalu lintas.
Meski terkadang ada pengatur lalu lintas yang sukarela bekerja, tapi jujur saja saya masih sering menghadapi pengendara yang suka sembarangan menyeberang dan berakhir beradu klakson di tengah jalan. Sing sabar sitik, Cah! Dikira Jalan Brigjen Katamso nggak ramai kali, ya? Padahal jelas saja jalan ini menjadi penghubung dari arah Jalan Parangtritis sampai arah ke Nol Kilometer yang selalu macet.
Bau sampah menyengat di Jalan Brigjen Katamso Jogja
Hal terakhir pastilah sudah warga Jogja ketahui semua. Ya, sudah menjadi hal lumrah, ketika melintas di jalan ini, kita selaku pengendara sering dihadapkan dengan bau tak sedap dari tempat pembuangan sampah di pinggir jalan. Biasanya, entah pagi atau sore hari, ada truk sampah yang datang untuk mengangkut dan memilah sampah-sampah. Hal ini kadang membuat bau tak sedap semakin menguar ke jalan.
Jadi, Jalan Brigjen Katamso Jogja telah membuktikan bahwa aspal yang mulus dan ruas jalan yang lebar nggak selamanya memberikan kenyamanan bagi para pengendara yang melintas. Memang sudah seharusnya hal yang positif terus diimbangi dengan hal positif lainnya, contohnya di Jalan Brigjen Katamso Jogja ini. Kalau bisa, pengendara di sini jangan kebut-kebutan, tangan dan kaki harus standby rem apabila dibutuhkan, nggak menjadikan jalan ini sebagai arena salip-salipan juga. Memangnya buru-buru mau ke mana, sih?
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jalan Ibu Ruswo Jogja, Jalan Paling Ruwet dan Paling Menyita Kesabaran.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.