Hari-harimu terasa bahagia ketika kamu punya gebetan, seolah dia adalah satu-satunya orang yang mampu menyuntikkan semangat dalam dirimu untuk mengerjakan skripsi. Bahkan di hari yang hujan pun, kamu tetap semangat mencuci baju dan menjemurnya hanya karena dia pernah bilang, “Aku tuh suka orang yang tetap bekerja keras meskipun badai menghadang.”
Chat dari gebetan yang menurut khalayak lain mengandung unsur nggatheli seperti: burung gelatix makan tomat, hey cantix hari ini jangan lupa semangat, akan terasa indah hingga mampu menyentuh relung hatimu yang paling dalam. Setiap pagi pun kamu awali dengan indah bersama gebetan, makan bubur ayam bareng tanpa diaduk. Dia juga menjanjikan akan selalu ada untukmu. Pokoknya, semua hal yang awalnya membosankan, sulit bin menyebalkan bisa kamu lewati karena ada dia di sampingmu.
Lalu, suatu hari yang tiba-tiba… Pooofff!!! Dia menghilang. Chat indah darinya tak kunjung datang, chat darimu tak kunjung dibacanya, dan kamu mulai kehilangan semangat. Awalnya, kamu masih positive thinking. “Hmmm, mungkin dia lagi sibuk, jadi nggak sempet ngabarin,” begitu pikirmu.
Beberapa hari kemudian, kamu melihat dia update Instastory dengan perempuan lain yang membuat perasaanmu tambah tidak karuan, tapi kamu tetap saja mencoba positive thinking. “Mungkin dia lagi ada acara keluarga, terus itu foto bareng sepupunya.” Untuk mencari validasi dan berharap mood-mu membaik, kamu memutuskan curhat dengan temanmu perihal gebetanmu. Saat curhat, temanmu langsung nyemprot, “Heh, sadaro! Kamu itu jadi korban ghosting!”
Kamu yang dari awal denial pun akhirnya sadar kalau memang jadi korban ghosting. Dunia yang tadinya masih retak serasa runtuh seketika, memancingmu untuk mengeluarkan beragam pisuhan yang kamu ketahui. Yak, saya ucapkan: Selamat, Anda baru saja tergabung dalam klub orang-orang yang pernah kena ghosting!
Eits, tunggu dulu. Mangkel karena jadi korban ghosting itu wajar. Sakit hati pasti iya, tapi tahukah kamu bahwa jika ditelaah secara lebih lanjut, jadi korban ghosting itu ada manfaatnya, lho. Sini saya kasih tahu.
Pertama, meningkatnya kemampuan untuk self-branding. Masa-masa indah dengan gebetan yang disebut dengan masa pedekate alias pendekatan membuat kita terlatih untuk membangun citra diri agar si gebetan tertarik.
Mulai dari memberi tahu gebetan tentang prestasi yang kita dapat seperti move on dari mantan tanpa pernah sekalipun stalking sosial medianya, atau prestasi mampu bangkit dari keterpurukan setelah disakiti mantan dengan memperlihatkan bahwa kita sudah berubah dari segi fisik nonfisik ataupun material nonmaterial, hingga akhirnya si mantan menyesal meninggalkan kita.
Dengan bertambahnya kemampuan mem-branding diri tersebut, tentunya
akan membuat kita menjadi proplayer sehingga gebetan akan dengan mudah tertarik untuk menjalin hubungan dengan kita.
Kedua, membuat kita jadi lebih paham mengenai profesi kita sebagai seorang pasangan. Misalnya dulu sebagai seorang pasangan, kita adalah orang yang nggak peka, tapi sekarang kita jadi lebih peka.
Kita jadi tahu bahwa ketika pasangan sedang memeluk tubuhnya sendiri saat kita sedang mlipir ngeyup di kala hujan itu tandanya dia sedang kedinginan dan pengin ditawari kehangatan, semacam “Pakai jaketku ya biar nggak kedinginan.” Atau ketika pasangan bilang, “Makanan di warung anu enak, lho. Kemarin temanku coba makan di situ katanya rasanya jyujyur wonderful banget sampai kayak mo meninggoy!” Itu tandanya dia ingin makan di warung yang dia sebutkan bersama kita.
Hal-hal seremeh itu pun akhirnya mampu membuat kita paham bahwa menjadi pasangan adalah untuk saling mengerti dan memahami kode-kode nggatheli dari pasangan.
Ketiga, menambah pengalaman. Tentu saja, pengalaman adalah guru paling hebat dalam kehidupan kita. Bagaimana akhir dari kisah pendekatan kita dengan gebetan, itu lain hal. Yang penting kita dapat pengalaman baru untuk tidak menjadi manusia yang gampang percaya dengan gimmick gebetan, seindah apa pun itu, sebelum resmi menjadi pasangan. Halah, wong yang sudah jadi pasangan saja kadang masih gimmick?!
Percayalah, meskipun kamu jadi korban ghosting, kalau kamu mau melakukan refleksi diri, kamu akan mampu menemukan manfaat yang hitungannya lumayan laaah buat kamu, selain rasa jengkel dan pengin misuh. Alih-alih menangis akibat kandasnya kisah cinta yang padahal belum sempat dimulai, mendingan kamu melatih kemampuan diri kamu lagi biar semakin memesona agar gebetan yang meng-ghosting-mu itu nyesel setengah mati.
BACA JUGA Jangan Suka Menyepelekan Luka para Korban Ghosting.