Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Jadi Istri Aktivis Tak Seindah Cerita Senja

Nar Dewi oleh Nar Dewi
21 Juni 2020
A A
ibu rumah tangga rendah diri istri aktivis rumah tangga suami sibuk mojok.co

ibu rumah tangga rendah diri istri aktivis rumah tangga suami sibuk mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Nenek saya bernama Semi. Sederhana sekali kan, namanya? Tapi perjalanan hidupnya tidak sederhana seperti namanya.

Ia dinikahkan pada usia 12 tahun. Usia yang normal saat itu, tapi tetap membuatnya kaget bukan kepalang. Karena tidak mau dinikahi, ia ngumpet di kandang sapi selama 3 hari. Dan karena kasihan, si suami yang usianya 23 tahun dan merupakan anak kepala desa itu akhirnya mengalah. Ia mengembalikan nenek saya ke orang tuanya.

Kembalilah nenek saya ke masa kanak-kanaknya yang normal. Gerbang pernikahan yang tidak ditentangnya baru ia masuki pada usia 18 tahun. Ia menikah dengan seorang pemuda desa yang kala itu merupakan simpatisan Bung Karno.

Pernikahan nenek saya ini sempat ditentang. Sebab keluarga kakek saya dinilai tidak setara dengan keluarga nenek. Tapi toh akhirnya ia nekat juga hidup bersama kakek saya. Dan dari titik start itu, ia melahirkan 10 orang putra dan putri. Ibu saya adalah anaknya yang paling bungsu.

Cinta nenek saya pada kakek saya bukan tanpa alasan. Nenek saya sendiri pernah bilang bahwa ia menyukai kakek saya karena kakek saya ini pemberani. Kakek saya orang yang sangat idealis. Ia bahkan nekat kuliah meski dengan gaji bulanan yang tak menentu.

Ada banyak kisah yang bisa diceritakan orang-orang mengenai kakek saya. Mengenai suara lantangnya, keramahannya saat bergaul dengan warga desa, sampai kepercayaan dirinya yang tak dimiliki semua orang.

Tapi di balik sorot lampu itu, ada nenek saya yang memendam banyak hal. Cintanya yang mula-mula membara berubah menjadi nyanyi sunyi yang penasaran. Tidak lebay, tapi memang demikianlah yang terjadi.

Saya bukan mau menyalahkan kakek saya, tapi ada alasan kenapa nenek saya pernah bilang bahwa ia ragu apa suaminya betul mencintainya atau tidak. Ia bertanya-tanya, jangan-jangan suaminya lebih mencintai idealismenya dibanding dirinya.

Baca Juga:

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Dilema Mantan Aktivis yang Kini Jadi PNS: Ingin Ikut Demo, tapi Takut Karier Terancam 

Nenek saya mengorbankan banyak hal demi kakek saya. Ia menghabiskan hidupnya di dapur untuk memasak, di rumah untuk mendidik 10 anaknya, dan di ruang tamu untuk menunggu suaminya pulang.

Mungkin Anda mengira itu romantis. Bukankah begitu mestinya pengorbanan seorang istri untuk suaminya? Romantisme seperti ini dikisahkan di banyak film, di banyak buku, dan di banyak obrolan di warung-warung. Para perempuan di balik pria idealis selalu digambarkan sabar, cantik, dan suportif.

Tapi berpikir kembali mengenai kehidupan nenek saya membuat saya agak ngelu. Saya merasa ia tidak menjalani kehidupannya sendiri. Ia hanya berperan sebagai tokoh figuran. Ia tak mengejar mimpinya, ia tak bisa berekspresi di masyarakat, dan ia pun terus menunggu suaminya pulang kala larut malam.

Ia mempersembahkan seluruhnya demi suaminya. Dan ia terus bertanya apakah suaminya betul-betul mencintainya? Ia kerap berprasangka, otak dan pikiran suaminya selalu tertinggal di caping pak tani yang ia temui. Hatinya seolah terpaku pada nenek renta yang ingin ia perjuangkan nasibnya.

Kakek saya menjalani hidup yang ia impikan. Dan ia dikenang oleh banyak orang sampai hari ini. Meski kemudian ia ikut diciduk dalam peristiwa 1965. Nenek saya seolah mengalami dua musibah akibat peristiwa itu. Ia bukan hanya kehilangan suami, tapi juga kehilangan arah hidupnya yang selama ini ditujukan untuk menopang idealisme suaminya.

Tapi saya tahu nenek saya bukan satu-satunya. Ada sangat banyak “Semi” lain di luar sana. Ada yang mencoba memantapkan diri bahwa memang itulah jalan hidup seorang istri. Namun, ada pula yang tak pernah selesai bertanya mengenai makna kehidupannya.

Saya pernah bilang begini pada teman saya yang aktivis. Teman saya yang perempuan itu angkat jempol atas perjuangan kakek saya di masa lalu. Tapi saya bilang padanya, “Kakek saya bukan suami yang baik.” Ia membiarkan istrinya yang memberikan segalanya terus-menerus menderita. Pasalnya kakek saya jarang pulang dan sebagian besar waktunya dihabiskan di luar.

Apakah kakek saya juga merupakan ayah yang buruk? “Iya,” kata Ibu saya suatu kali. Ia menyayangi anak-anaknya dengan tulus. Tapi sampai akhirnya ia diciduk pun, ia belum bisa memenuhi janjinya mengajak anak-anaknya ke pantai bersama.

Ketika saya menonton TV dan membaca biografi publik figur di koran, sering bertanya soal sosok istri di baliknya. Apakah mereka merasa bahagia dengan hidupnya? Apakah mereka merasa berkorban terlalu banyak? Apakah mereka adalah Semi-Semi yang lainnya?

BACA JUGA Dari Warung Kopi untuk Kedaulatan Istri dan tulisan Nar Dewi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Juni 2020 oleh

Tags: AktivisIstriKeluargaRumah Tanggasuami
Nar Dewi

Nar Dewi

IRT suka nulis

ArtikelTerkait

Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri

Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri

8 November 2023
ibu

Dapat Tawaran Skripsi Jadi dan Calon Istri Saat Mudik Lebaran dari Ibu

24 Mei 2019
Stop Glorifikasi Bapak Rumah Tangga yang Mulai Bikin Bosan, Memang Apa yang Spesial?

Stop Glorifikasi Bapak Rumah Tangga yang Overrated, Memang Apanya sih yang Spesial?

16 November 2023
plastik berbayar

Mencintai dan Membenci Kebijakan Plastik Berbayar

23 Juni 2019
kejutan

Memberikan Kejutan Sewajarnya Saja

4 Agustus 2019
introvert

Ingin Demo Tetapi Introvert, Begini Solusinya

27 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.