Banyak sekali orang yang mengatakan ingin menjadi asisten dosen. Karena selain prestise, pasti juga mendapatkan banyak keuntungan. Ya, keuntungan menjadi asisten dosen memang perlu diacungi jempol. Apalagi, jika menjadi asisten dosen yang senior dan memiliki jabatan tinggi di kampus. Semua orang sering kali mengapresiasi juga menyanjung karena pencapaian tersebut.
Namun sebenarnya, di balik itu semua ada banyak beban yang harus ditanggung tanpa banyak orang ketahui.
Daftar Isi
Harus ekstra hati-hati dalam berbicara
Hal yang saya rasakan ketika menjadi asisten dosen adalah menahan mulut saya yang suka berbicara dalam FGD ini agar tidak keceplosan. Tidak dimungkiri, bahwa menjadi asisten dosen, akan lebih cepat mengetahui berita yang beredar. Sehingga, sudah dipastikan berita yang diterima faktual dan amat sangat terbaru. Meskipun, nyatanya, nanti berita apa pun itu pasti akan tersebar dengan sendirinya di khalayak umum.
Namun, sebagai asisten dosen, tidak boleh menyebarkan apa pun di luar. Karena ada beberapa berita yang termasuk aib. Meskipun begitu, banyak teman-teman yang sering kepo dan selalu membahas berita yang tersebar dengan mengecek berita tersebut dengan saya. Tindakan yang kurang tepat sih, tapi mau gimana. Padahal udah ada ungkapan “curiosity killed the cat” lho.
Tak jarang juga, karena saking malasnya, saya akhirnya memilih bercerita cerita yang sesungguhnya. Tapi, malah harus menerima realitas dikira sok suci dengan menceritakan berita apa adanya. Tak jarang juga saya dikira memihak elite kampus agar saya aman. Hadeh. Memang tidak mudah menjalaninya.
Harus siap setiap waktu dan harus selalu bisa
Sebagai asisten dosen, disuruh menemani dan membantu mengajar dosen itu sudah pasti. Tapi, saking sibuknya tak jarang beliau juga sering mengganti jadwal mengajar seenaknya. Apalagi jika ada rapat dari elite kampus pastinya harus didahulukan. Meskipun, ada jam mengajar, dosen yang menjadi bagian dari elite kampus seperti dekan, wakil dekan, dan lainnya harus siap sedia kapan pun untuk rapat.
Oleh karena itu, jam mengajar pastinya akan berganti dengan cepat. Kelas yang seharusnya dilakukan di pagi atau siang hari, bisa dilakukan di sore atau malam hari. Dengan begitu, hari yang seharusnya longgar menjadi sangat padat. Belum lagi, jika dosen membutuhkan bantuan terkait teknis maupun materi bahan ajar, sebagai asisten harus siap sedia menyiapkan segala kebutuhan yang ada.
Bukan hanya persoalan mengajar saja, tak jarang asisten dosen juga akan diajak dan berkontribusi membantu penelitian, pengabdian, juga menginput data-data yang sekiranya dibutuhkan. Sebab, untuk bisa tetap menjadi dosen, ada tugas-tugas wajib yang harus dipenuhi seperti pembuatan jurnal penelitian, buku, melakukan pengabdian masyarakat juga membimbing mahasiswa. Untuk itu, dosen memerlukan asisten untuk membantunya menangani tugas-tugas tersebut.
Apalagi jika dosen bersangkutan tipe tidak kenal waktu. Sudah pasti akan merasakan rasanya dihubungi saat malam hari, dan mendapatkan kabar mendadak mengenai kegiatan yang harus dilakukan besok. Yaaa mirip asisten bos yang di film-film itu lah, harus satset batbet.
Menjadi sasaran bujuk rayu para mahasiswa
Asisten dosen kadang jadi sasaran curhat mahasiswa yang mengalami kendala. Entah gangguan sinyal saat kuliah daring, tugas, atau kelonggaran jadwal. Terkadang juga jadi sasaran keluhan mahasiswa yang tak puas dengan nilai yang ia dapat. Padahal bukan saya yang memberi nilai, tapi dosen. Mungkin karena nggak berani, jadi bilangnya ke saya. Nggak apa-apa sih, tapi kan ya gimana ya.
Jadi asisten dosen memang membanggakan, tapi jelas ada kesulitan yang menyertai. Ya namanya hidup, kata pepatah Cina sih, wong hurip jang jane mung xa wang xi na wang.
Penulis: Nurul Fauziah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pengalaman Saya Nekat Menjadi Asdos Ilegal