Kamu diterima jadi mahasiswa baru jurusan Sosiologi? Selamat! Hafalin dulu beberapa istilah yang biasanya muncul di awal perkuliahan ini!
Sosiologi sering dipandang sebelah mata karena dianggap ilmu yang mudah. Nyatanya, saya pengin sekali mengumpat orang-orang yang memiliki anggapan bahwa jurusan ini gampang-gampang aja. Gara-gara kalian, saya jadi memilih jurusan Sosiologi saat seleksi kuliah.
Mudah dari ndasmu ta? Setelah duduk di bangku perkuliahan, Sosiologi sama sekali nggak mudah untuk dipelajari. Ada banyak faktor yang membuat ilmu ini sulit dipelajari, salah satunya adalah terlalu banyak istilah njelimet. Istilah-istilah dalam Sosiologi di bangku kuliah lebih rumit dan sulit dipahami ketimbang yang ada di bangku SMA.
Kebayang nggak sih betapa terkejut dan pusingnya saya ketika masuk jurusan Sosiologi di bangku kuliah? Alhasil di awal perkuliahan, saya cuma bisa plonga-plongo kebingungan. Maka begitu SNBP 2023 kemarin diumumkan, saya nggak pengin mahasiswa baru jurusan Sosiologi kelak plonga-plongo kayak saya di awal perkuliahan. Saya pengin memperkenalkan istilah yang sering muncul di perkuliahan, khususnya jurusan Sosiologi. Berikut 15 istilah berikut penjelasannya secara singkat dan sederhana:
Daftar Isi
#1 Positivistik
Positivistik adalah aliran filsafat yang menganggap kebenaran bersifat objektif dengan cara terukur, teruji, dan teramati. Isitlah positivistik merupakan pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian kuantitatif.
#2 Fenomenologi
Jika positivistik menilai kebenaran bersifat objektif, berbeda dengan istilah fenomenologi yang menilai kebenaran adalah subjektif. Fenomenologi merupakan landasan dari pendekatan metode penelitian kualitatif. Nantinya, fenomenologi mengalami pengembangan, sehingga menghasilkan beragam pendekatan kualitatif, seperti etnometodelogi, etnografi, dan grounded theory.
#3 Borjuis
Istilah satu ini diperkenalkan oleh Karl Marx. Borjuis bukan sekadar orang yang memiliki kekayaan uang, melainkan individu yang mempunyai alat produksi.
#4 Proletar
Serupa dengan borjuis, istilah proletar juga diperkenalkan oleh Karl Marx. Jika borjuis merupakan kelas yang menguasai alat produksi, berbeda dengan proletar hanya memiliki kekuatan tenaga. Oleh karenanya, proletar merupakan kelas yang sering mengalami eksploitasi.
#5 Gender
Dulu saat duduk di bangku SMA, saya mengira gender dan jenis kelamin adalah sama. Nyatanya, setelah menjadi mahasiswa jurusan Sosiologi saya baru sadar kalau gender dan jenis kelamin itu berbeda.
Jenis kelamin sifatnya biologis sebagai pemberian dari Tuhan. Sedangkan gender sifatnya pemberian dari kesepakatan masyarakat, misalnya laki-laki kuat dan perempuan lemah.
#6 Konstruksi sosial
Istilah konstruksi sosial dicetuskan oleh Peter Berger dan Luckman. Berger dan Luckman ingin menjelaskan bahwa cara pandang individu dibentuk oleh lingkungan masyarakatnya. Masyarakat bisa membentuk cara pandang individu melalui proses interaksi sosial dan sosialisasi.
#7 Pendidikan gaya bank
Pendidikan gaya bank menjadi konsep yang dikembangkan oleh tokoh pendidikan kritis, yakni Paulo Freire. Paulo Freire melihat bahwa model pembelajaran selama ini selalu memusatkan pada guru, sehingga murid hanya dicekoki pengetahuan searah dari guru. Makanya ada istilah pendidikan gaya bank karena murid dianggap sebagai tabungan oleh guru.
#8 Hegemoni
Konsep yang dicetuskan oleh Antonio Gramsci. Singkatnya, hegemoni berbicara bahwa kelas non-dominan akan mengalami penundukan oleh kelas dominan. Proses penundukan dilakukan dengan permainan ideologi yang diciptakan oleh kelas dominan.
#9 Interaksionisme simbolik
Interaksionisme simbolik berkembang di mazhab Chicago. Interaksionisme simbolik ingin menjelaskan bahwa di dalam interaksi sosial terdapat simbol-simbol di dalamnya. Misal, menepuk pundak teman bisa bermakna ingin memulai percakapan dengannya.
#10 Rasionalitas komunikatif
Istilah rasionalitas komunikatif dikembangkan oleh Jurgen Habermas. Habermas dengan rasionalitas komunikatif ingin menjelaskan bahwa setiap individu sebagai makhluk hidup punya hak untuk berpikir dan berbicara. Dengan begitu, setiap individu memiliki kebebasan untuk saling bertukar argumen.
#11 Ruang publik
Ruang publik juga merupakan istilah dicetuskan oleh Jurgen Habermas. Jurgen Habermas ingin memperlihatkan bahwa pertukaran argumen bisa terjadi di ruang publik. Pertanyaanya, bagaimana yang disebut dengan ruang publik? Ruang publik adalah tempat yang bersifat terbuka untuk menghasilkan perdebatan.
#12 Semiotika
Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda. Semiotika berfungsi untuk menyingkap pesan tersembunyi. Misal, sepeda motor sport sering dianggap sebagai kendaraan laki-laki, sedangkan sepeda motor matik dianggap kendaraan perempuan. Kenapa bisa begitu? Sebab, ada permainan tanda pada body kendaraannya. Body sepeda motor sport lebih gagah, sehingga diasumsikan sebagai laki-laki.
#13 Tindakan sosial
Tidak semua tindakan bersifat tindakan sosial. Tindakan disebut sebagai tindakan sosial apabila menimbulkan makna untuk dirinya dan orang lain. Misal, memetik bunga bukan menjadi tindakan sosial. Namun, memetik bunga untuk ucapan sayang kepada kekasih baru menjadi tindakan sosial.
#14 Modernitas
Modernitas ditandai dengan karakter masyarakatnya yang berporos pada penggunaan rasio. Melalui penggunaan rasionya, masyarakat mulai menemukan beragam alat yang canggih.
#15 Postmodern
Kehidupan postmodern ditandai dengan kondisi mencair. Artinya, tidak ada lagi identitas sosial yang sifatnya mapan. Terkadang individu kembali pada religiositasnya, di sisi lain kembali lagi pada sikap sekuler.
Gimana? Setelah mengintip sebagian istilah yang muncul di awal perkuliahan masih mau bilang belajar Sosiologi itu gampang? Pada dasarnya, semua ilmu nggak ada yang mudah, kecuali kita benar-benar tekun untuk mempelajarinya.
Buat kalian para mahasiswa baru jurusan Sosiologi, kelima belas istilah yang saya sebutkan secara sederhana dan singkat di atas bisa memberi gambaran tentang hal apa yang dipelajari dalam dunia kampus. Alangkah baiknya untuk tetap mempelajari istilah-istilah yang saya paparkan tadi dengan banyak membaca buku. Bukankah hanya menjadi sia-sia menjadi mahasiswa jika malas membaca buku?
Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Intan Ekapratiwi