Denny Caknan, Guyon Waton, dan Ndarboy Gank berhasil membuat lagu-lagu bahasa Jawa bangkit dari mati suri. Apalagi setelah lagu “Kartoyono Medot Janji” yang dinyanyikan Denny Caknan meledak 2019. Jauh sebelum itu, God Father of Broken Heart Didi Kempot sudah terlebih dahulu mempopulerkan bahasa Jawa melalui tembang-tembang ambyarnya.
Sering wara-wiri di platform musik, banyak orang kemudian penasaran dengan bahasa Jawa. Sayangnya, tidak semua istilah dalam bahasa Jawa bisa dengan mudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berikut 11 istilah bahasa Jawa yang susah ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia.
#1 Gemati
Kata ini mungkin sering kalian dengar di lirik lagu bahasa Jawa. Sekarang, coba saya tanya, apa arti kata gemati? Kalau kalian mengira gemati adalah perhatian, jawaban kalian kurang tepat. Gemati bermakna lebih besar dari itu. Istilah gemati digunakan ketika kalian memberikan perlindungan, kasih sayang dan perhatian sepenuhnya khusus untuk seseorang. Hanya memberi dan tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia. Eh, kok saya malah nyanyi!
#2 Siwilen
Kalian pernah tidak, saat potong kuku, kulit di bagian tepi kuku sedikit terkelupas? Jika kulit tersebut ditarik, sakitnya bikin meringis. Dalam bahasa jawa, kulit bagian tepi kuku yang terkelupas (tapi belum lepas, hanya mencuat sedikit) itu disebut siwilen. Sejauh ini, belum ada kata dalam bahasa Indonesia yang bisa menjadi padanan dari kata siwilen. Kabari saya kalau kalian ada yang menemukan padanannya ya.
#3 Kewer-kewer
Kewer-kewer biasanya digunakan saat ada seseorang yang membawa kain atau sejenisnya ke sana kemari. Membawanya bukan dalam konteks seperti membawa baki ya. Kewer-kewer adalah membawa sesuatu (biasanya kain atau baju) dengan kondisi tangan santai dan lurus ke bawah, sehingga ujung kainnya melambai-lambai dan nyaris atau sampai menyentuh lantai.
Saya sampai pusing menemukan padanan kata kewer-kewer. Semoga cukup penjelasan di atas cukup jelas ya. Kalau mau digunakan dalam konteks kalimat yang tepat, kurang lebih akan seperti ini “Klambi kok dikewer-kewer ngunu, to?”
#4 Ngempit
Kata dalam bahasa Jawa selanjutnya yang susah diartikan dalam bahasa Indonesia adalah ngempit atau dikempit. Contoh kalimatnya begini, “Yu Sum ngempit dompet lungo menyang pasar.” Kalimat tersebut tentu kurang tepat kalau diterjemahkan menjadi Yu Sum membawa dompet pergi ke pasar. Betul sih sama-sama membawa, tapi caranya kan berbeda. Ngempit itu bukan sembarang membawa. Suatu tindakan bisa dikatakan ngempit ketika kalian menghimpitkan sesuatu. Kalau dalam konteks kalimat tadi, maksudnya adalah Yu Sum meletakkan dompetnya di ketiak, lalu mengempitnya.
#5 Srakat
“Dadi bocah ojo srakat,” pesan simbok pada anaknya yang berumur tujuh tahun. Lantas, apakah srakat berarti nakal dalam bahasa Indonesia? Tidak. Srakat itu bukan nakal. Bukan pula liar ataupun rusuh. Srakat adalah ketika seseorang seneng panjatan sana sini. Ketemu sofa dipanjat, ketemu lemari, pagar, dan pohon pun dipanjat.
Baca halaman selanjutnya: #6 Ndlosor