Ironi Kabupaten Blora: Menerima Mie Gacoan dengan Tangan Terbuka, tapi Mati-matian Menolak UNY, Lebih Penting Hiburan ketimbang Pendidikan!

Ironi Kabupaten Blora: Menerima Mie Gacoan dengan Tangan Terbuka, tapi Mati-matian Menolak UNY, Lebih Penting Hiburan ketimbang Pendidikan!

Ironi Kabupaten Blora: Menerima Mie Gacoan dengan Tangan Terbuka, tapi Mati-matian Menolak UNY, Lebih Penting Hiburan ketimbang Pendidikan!

Kabupaten Blora ini unik. Pembangunan UNY ditolak, tapi Mie Gacoan tak sekali pun bikin gaduh. Apakah pendidikan memang akan selalu kalah dengan hiburan?

Sebagai seorang rantau yang jungkir balik di kota orang, ketika kembali ke Kabupaten Blora, saya cukup tercengang saat melihat kemacetan yang dulu belum seramai ini. Bagaimana tidak, pertama, saya harus ikut serta kemacetan keluar masuk supermarket yang ramainya bukan maen. Setelah supermarket, giliran 100 meter ke depan telah menanti kemacetan orang menyeberang, keluar masuk, cari parkir untuk pengalaman prestisius dan berharga dalam hidup, yakni makan Mie Gacoan.

Terakhir setelah melewati rintangan kedua, hanya beberapa tarikan gas, lampu merah tegas menyala di waktu yang tepat.

Saya sedang membicarakan Cepu, salah satu kecamatan di Kabupaten Blora. Kenapa di awal saya bilang Blora, padahal saya sebenarnya bicara tentang Cepu? Karena pengalaman saya, orang-orang luar lebih tahu Cepu daripada Blora. Dari fenomena kemacetan ini membuat saya sedikit memiliki waktu berpikir, selain memikirkan waktu dan timing yang pas untuk menyalip kendaraan di depan saya, otak saya juga tertuntun bertanya sebenarnya pertumbuhan pembangunan macam apa yang sedang tumbuh di daerah tercinta saya ini.

Demo penolakan UNY oleh segelintir mahasiswa

Algoritma media sosial saya menunjukkan unggahan mengenai demo mahasiswa yang dalam tuntutannya menolak pembangunan kampus Universitas Negeri Yogyakarta di Blora. Mungkin terdengar aneh, tapi memang begitu.

Setidaknya ada 5 poin tuntutan yang disampaikan yang jika dirangkum berisi kekhawatiran kerusakan lingkungan, kenaikan biaya hidup, persaingan kampus lokal, serta pemanfaatan tanah hibah.

Rencana ini memang menimbulkan beragam polemik dan respons dari berbagai lapisan masyarakat. Bagaimana tidak, aksi demo tak hanya datang dari kalangan yang menolak tegas pembangunan UNY di Blora.

Demo juga datang dari pihak yang mendesak pembangunan UNY di wilayah Blora Kota karena mengganggu rencana pembangunan di Cepu. Selain mengganggu rencana pembangunan, jika UNY dibangun di Cepu, dianggap akan mengakibatkan ketimpangan pembangunan di Blora.

Ya, ini memperlihatkan ada paradigma yang berbeda, yang satu menolak yang satu mendesak, tapi di wilayah tertentu.

Namun ada pihak yang sepertinya tidak akan terusik, yang satu ini pihak-pihak yang sering bikin—serta juga terjebak kemacetan Mie Gacoan.

Baca halaman selanjutnya: Hiburan lebih mudah diterima daripada pendidikan…

Hiburan lebih mudah diterima daripada pendidikan

Sedikit kilas balik, Blora memang sedang diguncang pembangunan sektor hiburan. Kalau mau mengingat lebih jauh dulu viral gerai es krim Mixue, kemudian baru baru ini dibangun bioskop, lalu yang terbaru Mie Gacoan. Dan semua hal ini tak terdengar selintingan, maupun kabar burung penolakan. Semua adem ayem, yang panas dan pedas cuma Mie Gacoan level 9.

Ini menimbulkan pertanyaan, sebenarnya apa yang dibutuhkan masyarakat Blora? Apakah hiburan lebih menarik daripada investasi pendidikan? Ini mengingatkan saya pada sebuah komentar pada salah satu unggahan tentang Blora yang menyebut bahwa Blora adalah daerah banyak tempat menghabiskan uang daripada mencari uang. Nah, mungkin bertolak dari sini, silakan diklasifikasikan apakah pendidikan, yang dalam hal ini pembangunan UNY, dianggap menghabiskan uang atau menghasilkan uang.

Perbedaan respons pembangunan ini menunjukkan preferensi dari masyarakat akan kebutuhan. Sedikit cerminan kondisi dimana kebutuhan perut dianggap lebih menarik daripada investasi jangka panjang di bidang pendidikan.

Mungkin saat ini kebutuhan riil seperti hiburan dan pemenuhan kebutuhan sehari hari lebih dibutuhkan, dibanding harus memusingkan keinginan mendapatkan taraf pendidikan tinggi yang dianggap kebutuhan yang lebih abstrak.

Kondisi imajiner seandainya UNY jadi dibangun di Kabupaten Blora

Namun tidak salah membuat gambaran imajiner seandainya wacana ini benar benar terwujud. Dimulai dari nama besar Jogja yang dibawa UNY apakah akan berpengaruh pada Blora. Mungkin sapaan Kota Pelajar milik Jogja tidak terlalu berpengaruh, namun saya menyediakan alternatif lain, yakni Kota Sastra. Jogja memiliki nama besar dalam skena sastra, hal ini sejalan dengan impian Bupati Blora, Arief Rohman yang mengatakan “Blora ini bisa menjadi Kota Sastra Kota dunia”, yang saya kutip dari infomuria.com.

Dari sisi lain misalnya, bayangkan kabupaten yang didapuk kabupaten tersepi di Jawa Tengah ini kedatangan ribuan orang untuk belajar. Mungkin sedikit menurunkan posisi klasemen Blora sebagai kabupaten tersepi.

Kemunculan tempat-tempat yang dekat dengan kampus kota mungkin juga marak. Walaupun di Blora sudah banyak kampus. Misalnya akan ada wilayah yang penuh dengan usaha kos-kosan. Banyak rumah warga yang dialihfungsikan menjadi sewaan kamar. Tak hanya itu, akan banyak tempat makan seperti ayam geprek kampus yang harganya 13 ribu termasuk es teh. Mungkin juga akan banyak warung makan nasi padang murah paket ayam 12 ribu, karena kalau 10 ribu rawan kena razia.

Tentunya polemik ini menjadi bahan pertimbangan para pemangku jabatan Kabupaten Blora. Melihat bahwa kabupaten tersepi ini nyatanya memiliki kompleksitas yang jauh lebih njlimet dibalik kesunyiannya. Hal ini bukan sekedar pro kontra, lebih dari itu yang sebenarnya tujuannya sama, yakni kemajuan Blora.

Sebagai perantau, berharap adalah salah satu metode penantian yang berpotensi sia-sia. Tapi, apa lagi yang bisa dilakukan? Toh, berharap itu gratis, dan kadang, realistis.

Penulis: Arrayyan Mukti Rahardian
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Blora, Kabupaten Kecil yang Sulit Menghargai Tokoh-tokoh Penting Daerahnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version