IPB, Kampus Paling Romantis se-Indonesia

IPB romantis

IPB, Kampus Paling Romantis se-Indonesia

Dibandingkan ITB, pamor institut pertanian Bogor memanglah masih kalah jauh, apalagi di Kalimantan. Jika Anda kebetulan kuliah di IPB dan tinggal di Kalimantan, pastilah akan menyadari betapa IPB bagaikan kampus antah berantah yang tak ada di peta. Di dalam pergaulan ibu-ibu, masuk ke kampus IPB memang nggak gitu prestige untuk bisa dipamerkan.

Setiap ada pertanyaan kuliah di mana dan menjawab di Bogor, pastilah ibu-ibu di sekitar lingkungan saya akan lanjut menimpali, “Oh, di ITB ya. Hebat.” Dengan masam saya meluruskan, “Bukan Bu. ITB itu di Bandung, yang di Bogor itu IPB.”

“Loh, memangnya itu beda ya?”

Saya sampai hafal dengan kesalahan seperti ini dan menyerah untuk terus meluruskan pandangan yang bahwa ITB itu bukan di Bogor. Padahal, IPB (((meski nggak terkenal))) adalah kampus yang paling romantis. Letaknya tepat di kota hujan, di mana kamu bisa bikin puisi patah hati atau tentang cinta yang sederhana seperti Pak Sapardi. Mungkin karena alasan cuaca inilah, ada begitu banyak penulis yang lahir dari rahim kampus IPB.

Bicara soal cinta yang sederhana, mahasiswa IPB tentunya paling paham dengan hal seperti ini. Dengan praktikum dan tugas yang segudang, pdkt biasanya dilakukan dalam lingkup-lingkup yang konkret, mudah, efektif dan efisien, seperti menggantikan tugas mencangkul untuk mahasiswa Agronomi atau melakukan piket membersihkan kandang bersama untuk mahasiswa fakultas peternakan. Yak, membersihkan kandang sapi bareng gebetan saja bisa jadi momen romantis yang nggak terlupakan.

Yah, tapi nggak ada sih yang bisa mengalahkan romantisme mahasiswa jurusan Hama penyakit yang memberikan koleksi serangga hama langka atas nama cinta dan persahabatan. Hanya di IPB lah Anda akan merasa begitu bahagia ketika diberikan koleksi serangga Attacus atlas oleh gebetan.

Yang romantis bukan hanya mahasiswanya, dosen-dosennya pun begitu. Ada satu pernyataan yang pernah diucapkan dosen genetika tanaman tentang tips mencari jodoh. Ketika itu kami sedang melakukan percobaan tentang penyerbukan tanaman jagung. Jika dalam kondisi biasa, serbuk sari jagung biasanya selalu menyerbuki putik tetangganya, kali ini secara sengaja penyerbukan dilakukan dalam satu tanaman. Hasilnya adalah bulir jagung yang dihasilkan sangat buruk, tidak penuh, dan kebanyakan cacat.

Dosen yang sedang memimpin praktikum memberikan kesimpulan dengan cara yang sangat memorable. “Sama seperti jagung, kalian juga mesti mencari jodoh yang jauh, seseorang yang tidak memiliki kemiripan gen dengan diri kalian sendiri, seseorang yang benar-benar berbeda. Coba lihat Barack Obama, orang tuanya merupakan dua ras yang berbeda sehingga bisa menghasilkan benih manusia yang kuat dan berkualitas.”

Setelah praktikum itu selesai beredar jokes seputar jodoh: nilai D untuk seseorang yang bisa punya pacar beda jurusan, C untuk yang punya pacar beda Fakultas, B untuk yang punya pacar beda kampus, dan A untuk yang punya pacar beda dunia. Dunia uka-uka dan dunia manusia. Hahaha.

IPB juga punya cara jenius untuk mengasah softskill mahasiswa barunya, yakni dengan mewajibkan mahasiswa barunya untuk tinggal di asrama selama setahun penuh. Di asrama, biasanya mahasiswa akan jadi kuat dan tangguh karena skill survival-nya sudah terasah. Mereka biasanya jadi tajam untuk melihat peluang karena terbiasa menyerobot antrian mandi pagi dan jadi kuat secara fisik karena jarak asrama ke kampus cukup untuk membuat IPB punya julukan Institut Pembesaran Betis.

Romantisme di IPB dapat dimiliki semua kaumnya, termasuk yang jomblo, pihak yang paling sering jaga kosan tiap malam Minggu. Biasanya, kaum jomblo ini hobinya memang nongkrong di kantin Sapta, dekat dengan fakultas teknik pertanian, di mana banyak komunitas lelaki ganteng nan pintar nan soleh nan jomblo. Di sinilah, mereka makan soto mi atau toge goreng serambi merajut asa pada seseorang yang bahkan tidak saling mengenal nama.

Romantisme di IPB memang murah tetapi memorable. Ia meninggalkan bekas mendalam seperti cinta pertama yang menyenangkan. Mungkin, jika wabah ini sudah berakhir, Anda bisa sesekali berkunjung ke kampus IPB saat hari Minggu sekadar untuk berjogging dan menikmati rasanya jadi pujangga pagi yang suka memuja matahari terbit. Pastikan untuk lupa membawa payung, agar romantismenya bisa bertambah dengan bermain basah-basahan di bawah hujan dadakan serambi berjoget India bersama pasangan.

BACA JUGA Sisi Manis Mahasiswa ITB yang Nggak Banyak Orang Tahu dan tulisan Rian Andini lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version