Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Inilah Wajah Asli Citayam, Daerah yang Sedang Jadi Sorotan Seantero Indonesia

Fajar Fery Ferdiansyah oleh Fajar Fery Ferdiansyah
26 Juli 2022
A A
Inilah Wajah Asli Citayam, Daerah yang Sedang Jadi Sorotan Seantero Indonesia

Inilah Wajah Asli Citayam, Daerah yang Sedang Jadi Sorotan Seantero Indonesia (Sersan Mayor Kururu via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Sejak tren Citayam Fashion Week menggema, banyak orang yang jadi penasaran dengan daerah Citayam. Wajar, karena daerah ini memang jarang terekspos media, jadi bisa dibilang kalau daerah ini nggak terkenal.

Jadi, Citayam itu dulunya hanya daerah kampung yang berada di pinggiran Jakarta, dan terbagi dalam dua pemerintahan administratif. Sebagian kecil masuk wilayah administrasi Kota Depok, yaitu kecamatan Cipayung, dan sebagian besar masuk wilayah Kabupaten Bogor, mencakup kecamatan Bojong Gede dan Tajurhalang.

Dengan kata lain, Citayam menghubungkan antara wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Depok, di Jawa Barat. Kalau kita mau menuju ke Citayam dari Jakarta, bisa naik kereta, turun tepat di Stasiun Citayam. Waktu tempuhnya kira-kira sekitar 30 menit, tapi bisa lebih cepat lagi tergantung dari stasiun mana kita berangkat. Sementara kalau menggunakan kendaraan pribadi, seperti motor, kira-kira waktu perjalanannya 1 jam, juga tergantung situasi lalu lintas.

Jadi, sebelum kita mengupas kondisi yang sebenarnya, kita ketahui dulu bahwa Citayam mulai jadi pilihan daerah hunian alternatif sejak awal 1990, ketika harga tanah di Jakarta semakin melonjak. Saat itu banyak pengembang kecil yang membangun perumahan sederhana di sini, karena harga tanah yang masih relatif terjangkau.

Perumahan-perumahan itu juga menawarkan harga rumah yang lebih murah dibandingkan lokasi lain, bahkan sebagian bersubsidi. Sejak banyaknya perumahan dibangun, para pekerja kelas menengah ke bawah di Jakarta pun mulai beramai-ramai hijrah ke Citayam. Dan hingga kini bisa dibilang wilayah Citayam jadi salah satu kantong terbesar permukiman kelas menengah ke bawah yang bekerja di Jakarta.

Tapi sayang, berkembangnya wilayah Citayam sebagai daerah pemukiman tidak dibarengi dengan kesiapan pemerintah daerah setempat dalam menyediakan infrastruktur yang baik dan ruang-ruang publik untuk warga. Jadi jangan heran, ketika kita keluar dari Stasiun Citayam, kesemrawutan langsung terlihat dengan jelas dan tidak bisa dihindarkan.

Jalan di depan Stasiun Citayam sebetulnya cukup sempit dan hanya muat untuk dua mobil yang berpapasan. Tapi di sisi kiri dan kanannya sudah “dijajah” barisan angkot yang ngetem nunggu penumpang, lapak pedagang kaki lima, dan tukang ojek pangkalan.

Suara keras calo-calo angkot kepada penumpang yang baru keluar dari stasiun, bersama dengan suara deru kendaraan dan bunyi sirine palang perlintasan kereta, juga memicu kebisingan yang perlu ditolerir oleh telinga.

Baca Juga:

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

Posisi Stasiun Citayam memang dekat dengan palang perlintasan kereta yang sering tertutup, setidaknya dua hingga tiga kali dalam waktu 10 menit. Sekali menutup durasinya bisa mencapai tiga hingga empat menit. Jadi bisa dibayangkan, efek kemacetan yang ditimbulkan.

Menghindari macet dengan berjalan kaki juga bukan ide yang bagus, karena hampir tidak ada trotoar di seluruh wilayah Citayam. Ketika hujan turun, genangan muncul di mana-mana karena saluran air yang dibuat sesukanya. Got di kanan-kiri jalan rata-rata kecil dan sudah tertutup tanah bercampur debu. Sebagian lain menghilang karena dijadikan halaman toko yang berhimpitan.

Di pinggir jalan, tiang-tiang listrik dipancang tanpa memperhatikan keamanan warga. Pada beberapa titik, antara kabel listrik dan tanah bahkan hanya berjarak sekitar 2,5 meter. Kabel-kabel listrik yang menjulur ke bawah itu bisa saja suatu saat putus karena tersangkut kendaraan molen pengembang rumah yang melintas serampangan.

Tidak jauh dari Stasiun Citayam, terdapat Pasar Citayam yang dalam waktu dekat akan direnovasi. Ini merupakan satu-satunya pusat perbelanjaan bagi warga, karena sampai saat ini belum ada mal atau plaza yang berdiri.

Dan jangan pula dibayangkan pasarnya bersih dengan penataan pedagang yang rapi. Tumpukkan sampah basah yang teronggok di depan pasar mengeluarkan aroma busuk. Air sampahnya meluber hingga ke jalan. Pejalan kaki yang melintasi tumpukan sampah itu pasti akan menutup hidung. Pasar Citayam memang minim tempat pembuangan air. Saluran yang ada tidak bisa diandalkan alias mampet. Ini pula yang membuat Pasar Citayam sering kebanjiran kala musim hujan.

Masuk ke dalam pasar, kondisinya juga kotor, becek dan kumuh. Jumlah pedagang yang sudah membludak, antara kios dan kaki lima sudah tidak seimbang. Bahkan banyak pedagang yang berjualan di lorong kios dan sempadan jalan. Peletakan antara pedagang pasar basah dan kering juga sudah bercampur. Selain itu, pasar tidak memiliki lahan parkir yang layak dan pengelolaan lahan parkirnya dilakukan oleh masyarakat secara swadaya.

Di Citayam juga tidak ada ruang publik yang menarik untuk jadi tempat tongkrongan anak mudanya. Ketika Roy cs memilih pergi ke Dukuh Atas, sebagian anak-anak muda lainnya tetap memilih menghabiskan waktu luang di halaman rumah, tanah lapang, atau lebih tepatnya lapangan sepak bola.

Ya, selain jadi tempat olahraga, lapangan bola juga menjadi pilihan warga sebagai ruang interaksi, atau tempat bertemu orang-orang dari berbagai latar belakang. Dan lapangan itu akan sedikit berubah wajahnya ketika masuk musim kawin di bulan-bulan tertentu, di mana akan disulap menjadi panggung hiburan dangdut yang cukup besar oleh yang punya hajatan.

Selain di lapangan, ruang interaksi warga juga biasa terjadi di kedai-kedai kecil yang banyak ditemui di pinggir jalan. Biasanya, tempat ini jadi pilihan para ABG untuk bertemu teman. Tapi, untuk bercengkerama di tempat seperti ini tentunya mereka harus mengeluarkan uang terlebih dulu. Jadi dengan kurangnya fasilitas publik di Citayam, maka tidak heran kalau remaja Citayam sekarang menginvasi kawasan Sudirman, di Jakarta.

Tapi yang perlu diingat, fashion nyentrik yang ditampilkan para remaja Citayam di ibu kota itu sebetulnya sangat kontras dengan keadaan Citayam yang sebenarnya. Bahkan, stempel Citayam Fashion Week justru telah mengaburkan pandangan orang terhadap wilayah Citayam. Sejak nama Citayam dikenal luas khususnya oleh orang Jakarta, banyak yang penasaran lalu datang ke Citayam untuk melihat wujud asli. Ternyata yang ditemui jauh dari stigma yang selama ini digaungkan.

Jadi, itulah wajah sebenarnya daerah yang namanya sedang jadi buah bibir masyarakat seantero Indonesia. Di balik gemerlap, ada sisi yang tak tertangkap kamera.

Penulis: Fajar Fery Ferdiansyah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Memahami Logika Cerdas Baim Wong Mendaftarkan Citayam Fashion Week ke HAKI

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Juli 2022 oleh

Tags: bogorbojong gedeCitayamdepokJakarta
Fajar Fery Ferdiansyah

Fajar Fery Ferdiansyah

Seorang kurir pengantar paket wilayah Jabodetabek, yang tertarik dengan dunia membaca dan menulis.

ArtikelTerkait

Cinere, Kecamatan di Depok yang Vibes-nya Lebih Jaksel ketimbang Depok kerja di jakarta

Cinere, Kecamatan di Depok yang Vibes-nya Lebih Jaksel ketimbang Depok

21 Juli 2024
VOC Pernah Memakai Senjata Biologis di Jakarta, dan Senjata Tersebut Adalah Tahi!

VOC Pernah Memakai Senjata Biologis di Jakarta, dan Senjata Tersebut Adalah Tahi!

26 Februari 2024
Tidak Kerja di Jakarta Bikin Saya Bersyukur sekaligus Menaruh Hormat pada Mereka yang Mengadu Nasib di Ibu Kota

Di Jakarta, Semua Orang Wajib Jadi Pejuang: Jika Tak Kuat jadi Pejuang Commuter, Mesti Siap Jadi Pejuang Loker

17 Maret 2025
Indahnya Menetap di Ciomas, Kecamatan di Kabupaten Bogor yang Lokasinya Strategis

Indahnya Menetap di Ciomas, Kecamatan di Kabupaten Bogor yang Lokasinya Strategis

17 November 2023
Gang Kober Depok, Wilayah Strategis Dekat UI tapi Menyiksa Pejalan Kaki

Gang Kober Depok, Wilayah Strategis Dekat UI tapi Menyiksa Pejalan Kaki

17 Oktober 2023
Perbedaan Warung Madura di Jakarta dan Surabaya yang Nggak Banyak Orang Menyadarinya Mojok.co

Perbedaan Warung Madura di Jakarta dan Surabaya yang Nggak Banyak Orang Menyadarinya

5 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.