Ramadan selalu jadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Macam-macam alasan orang dalam merindukan bulan suci ini. Ada yang rindu puasa wajibnya, sahurnya, ngabuburit-nya, tarawihnya, dan suasana lainnya. Namun biasanya, saat sesuatu yang ditunggu itu sudah datang, gregetnya cuma di awal-awal doang, habis itu malah biasa-biasa aja. Iya, nggak, sih?
Begini, deh, kalau kamu sudah setahun nggak jumpa seseorang yang spesial pasti rindu, kan? Namun, apa iya melepas rindunya bakal berhari-hari? Ehm, kok, kayaknya nggak, ya?
Sebagai hamba dengan tingkat keimanan yang rata-rata, cara saya melepas rindu dengan Ramadan juga mirip-mirip gitu. Ramadan satu bulan, tapi semangatnya satu pekan.
Iya, ya. Pengecualian, kok, buat kalian yang imannya memang sudah di atas rata-rata.
Mulai dari sahur. Di awal-awal Ramadan pasti pada rajin banget pasang alarm biar bisa bangun minimal jam 3-an lah, atau maksimal jam 4 kurang 15 menit. Terus buru-buru goreng telur dan makan mepet imsyak. Selain karena sahur memang sunah puasa, pokoknya yang penting harus sahur supaya seharian bisa beraktivitas dan ibadah lancar jaya.
Lalu, coba lihat nanti pas sudah lewat satu sampai dua pekan. Hmmm, boro-boro makan sahur, melekin mata aja malesnya naudzubillah. Lantaran tubuh merasa sudah terbiasa dengan puasa yang telah dilaksanakan berhari-hari, jadi kalaupun nggak sahur ya, biasa-biasa aja. Toh, biasanya tetap aman juga sampai azan Magrib. Hehehe.
Selanjutnya, tadarus Alquran. Harapannya sih, bisa khatam dalam satu pekan. Jadi, sehari bisa kuat tadarusan sampai lima juz. Dan dalam sebulan setidaknya bisa khataman sampai tiga kali. Keren, nggak? Ya, harapannya sih, gitu, ya. Akan tetapi, pas pertengahan Ramadan malah udah nggak ada semangat dari bangun sahur. Terus ini kebawa deh ke aktivitas-aktivitas dan ibadah di siang harinya jadi nggak semangat juga.
Lanjut soal ngabuburit. Biasanya nih, hawa nafsu kita terpuaskan hanya dengan melihat makanan dan minuman di sore hari yang menyebabkan rasa-rasanya semua pengin dibeli. Terus pas udah diborong semua, tahu-tahu perut nggak muat, tarawih nggak kuat.
Habis buka puasa, lanjut soal tarawih. Di masjid atau musala, saat pekan pertama, dari saf depan sampai ke belakang dipenuhi jamaah. Sampai di masjid-masjid kampung, ramai riuh anak-anak kecil: Ada yang ikut melaksanakan salat, ada juga yang bermain di halaman. Namun lagi-lagi, hal ini mengalami penyusutan jumlah orang yang berjamaah di setiap pekannya.
Melihat fenomena semangat dan semarak Ramadan yang biasanya hanya di pekan pertama atau kedua ini, alangkah baiknya jika kita tidak terlalu (((berlebihan))) dalam menyambut Ramadan. Maksudnya begini, menyambutnya dengan menggebu-gebu tidak masalah. Akan tetapi, yang jauh lebih penting adalah menjaga stabilitas semangat ibadah kita sampai di akhir bulan Ramadan.
Jadi, boleh menggebu, asal harus bisa jaga kestabilan semangat ibadah masing-masing. Oke?
BACA JUGA Esai-esai Terminal Ramadan Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.