• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
ADVERTISEMENT
Home Pojok Tubir

Infrastruktur Tidak Merata Bukan Salah Warga Luar Jawa, tapi Salah Negara!

Tiara Uci oleh Tiara Uci
2 Februari 2023
A A
Infrastruktur Tidak Merata Bukan Salah Warga Luar Jawa, tapi Salah Negara!

Infrastruktur Tidak Merata Bukan Salah Warga Luar Jawa, tapi Salah Negara! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pembangunan infrastruktur di luar Jawa tak dimungkiri diwarnai drama, tapi memangnya di Jawa nggak kayak gitu?

Ada beberapa tipe manusia menyebalkan di muka bumi ini. Salah satu yang paling menyebalkan adalah mereka yang merasa lebih superior, lebih pintar dan lebih wow daripada orang lain sehingga merasa benar sendiri. Sialnya, saya baru saja menemukan manusia jenis ini di Twitter.

Jadi begini ceritanya, ada salah satu akun di Twitter yang memposting meme bergambar PT. KAI dengan tulisan BUMN kebanggaan masyarakat yang Jawa Jawa saja. Tweet tersebut kemudian direpost dan dikomentari ratusan orang, mayoritas pembahasannya terkait tidak meratanya infrastruktur di Indonesia —termasuk juga tidak meratanya ketersediaan layanan kereta api. Saya sih sependapat, faktanya memang infrastruktur di Jawa lebih lengkap dan maju dibandingkan luar Jawa.

Namun, di antara kerumunan orang baik, kok ya ada saja netizen sotoy yang katanya sudah pernah tinggal di luar Jawa selama bertahun-tahun lamanya berkomentar jika lambatnya pembangunan infrastruktur di luar Jawa lantaran penduduk setempat susah diajak kerja sama, suka ribut, terlalu banyak sengketa lahan, dan dikit-dikit minta uang.

Sumpah ya, manusia jenis ini minta dicor bersama tumpukan besi ulir di bawah menara provider. Kok bisa lho, nyalahin warga luar Jawa, padahal tidak meratanya infrastruktur di Indonesia itu tanggung jawab negara bukannya rakyat jelata. Sebagai orang Jawa yang juga pernah bekerja di beberapa daerah di luar Pulau Jawa, izinkan saya meluruskan tiga hal mendasar dari argumen nirempati orang-orang sotoy tersebut.

Ada adat yang harus dihormati!

Pertama, pernyataan yang menyebutkan orang luar Jawa ribet dan suka meminta ini itu ketika ada project pembangunan infrastruktur. Namanya mau membangun project di daerah lain ya memang harus mengikuti aturan yang berlaku di wilayah tersebut. Hal seperti itu bukan ribet, tapi menghormati adat istiadat dan kepercayaan setempat.

Saya ambil contoh misalnya di Bali, pada 2014-an saya pernah bekerja membangun tower provider/ BTS (base transceiver station) di provinsi yang mayoritas warganya adalah Hindu ini.

Di Provinsi Bali, untuk menjaga kesakralan tempat suci dan kenyamanan masyarakat, ketinggian bangunan tidak boleh melebihi tinggi Pura Besakih dan atau pohon kelapa (kurang lebih 15 m diatas permukaan tanah) yang kemudian disahkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali tahun 2009-2029 pasal 95 ayat 2.

Peraturan tersebut jelas bertentangan dengan keinginan perusahaan telekomunikasi yang minimal ketinggian towernya adalah 45 meter. Meskipun proses perijinannya menjadi lebih rumit. Sebelum membangun tower kami juga mengadakan semacam upacara adat di area sekitar BTS (baca: harus mengeluarkan biaya tambahan). Namun, saya rasa hal seperti ini tidak bisa kita artikan orang Bali ribet atau menolak kemajuan zaman, kan? Ini urusan tradisi dan kepercayaan.

Jangan suka menafsirkan sikap defense orang luar Jawa (Sulawesi, Bali, Maluku, Kalimantan, NTT dan pulau-pulau lain di luar Jawa) sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan dan modernisasi. Bisa jadi, sikap tersebut muncul lantaran selama ini mereka sudah terlalu sering dibohongi negara, dikhianati industri pariwisata, disakiti pengusaha sawit, ataupun perusahaan tambang yang kehadirannya tidak banyak menguntungkan rakyat jelata.

Saya rasa, kalaupun ada orang di luar pulau Jawa menaruh curiga terhadap kehadiran kita (orang Jawa) di tanah mereka, itu pun juga hal yang wajar, mereka hanya bersikap lebih hati-hati saja. Lagipula, selama ini perusahaan kontruksi kan seringnya membawa pekerja dari Pulau Jawa meskipun sekadar tukang biasa. Alasannya sih, malas mengajari pekerja baru dan berasumsi jika warga lokal tidak memiliki kemampuan yang diinginkan perusahaan. Ha, kalau seperti ini yang egois dan mau enaknya sendiri siapa? Ente, Boz! Kenapa jadi nyalahin warga lokal?

Sekalipun saya pernah tinggal di Pulau Obi di Halmahera sana selama beberapa bulan, saya tetaplah tidak punya memori kolektif seperti warga setempat yang tanahnya diambil paksa perusahaan tambang nikel hingga mandi saja mereka harus menggunakan air galon lantaran sumber airnya keruh. Lantas, siapa kita ini kok minta kedatangannya langsung disambut karpet merah dan senyuman lebar? Nggak seperti itu cara berpikirnya, Ferguso! Kitalah yang harus memahami mereka bukan sebaliknya.

Memangnya di Jawa pembangunan infrastruktur nggak rumit?

Kedua, argumen tentang orang luar Jawa suka minta duit yang akhirnya menghambat pembangunan infrastruktur. Jujur saja, saya tidak menyangkal jika ada oknum yang meminta uang selama saya bekerja membangun BTS di luar Pulau Jawa. Tapi, hal semacam itu tidak hanya terjadi di luar Jawa. Di Surabaya, Jogja, ataupun Jakarta juga banyak orang minta uang ketika ada pembangunan BTS atau project sekecil apa pun. Urusan uang mah di mana-mana sama saja.

Saya tidak bermaksud menormalisasi pemalakan lho ya. Tapi, saya hanya tidak setuju ketika sikap seperti itu dituduhkan kepada satu daerah tertentu saja. Misalnya, hanya karena kita pernah bertemu orang Ambon menjadi preman di Jawa, bukan berarti semua orang Maluku adalah preman, kan?

Ketiga, terkait seringnya ada sengketa lahan yang berlarut-larut di luar Pulau Jawa. Percayalah, konflik tanah dalam setiap proses pembangunan infrastruktur (transportasi ataupun telekomunikasi) tidak hanya terjadi di luar Pulau Jawa, tapi di seluruh Indonesia. Di Surabaya misalnya, untuk membangun frontage road Jalan Ahmad Yani dibutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya sampai ada kesepakatan harga. Bahkan pernah ada bentrok juga antara warga dan pemerintah kan? Dan proses pembuangannya juga tetap berjalan.

Sebagian besar kasus sengketa lahan antara warga vs negara hampir selalu dimenangkan oleh negara lho. Jadi, jangan menormalisasi argumen daerah di luar Jawa terbelakang karena mereka susah diajak maju dan banyak konflik lahan. Kalau memang pemerintah serius ya tetap saja semua pembangun infrastruktur akan dilakukan seperti yang umum terjadi di Pulau Jawa. Percayalah, jika pemerintah sudah mau, warga nangis darah pun tetap saja diambil itu lahan.

Andai saja memang benar misalnya ada warga di luar Jawa tidak mau diajak berpikir maju, itu pun tetap bukan salah mereka. Lha bagaimana mau berpikir maju kalau fasilitas dan tenaga pendidiknya saja tidak merata, semua yang berkualitas minta ditempatkan di Jawa. Sudahlah, hanya karena kita hidup di Pulau Jawa yang lebih unggul secara infrastruktur bukan berarti kita lebih pintar dan lebih beradap dari saudara kita di pulau lain.

Saya kira, satu-satunya pihak yang harus dimintai pertanggungjawaban terhadap tidak meratanya infrastruktur di Indonesia adalah negara, bukannya malah orang di luar Jawa atau rakyat jelata lainnya. Sekian!

Penulis: Tiara Uci
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Siapa Bilang Membangun Infrastruktur Tak Bisa Tanpa Utang?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Februari 2023 oleh

Tags: infrastrukturluar jawapembangunanwarga menolak

Tiara Uci

Tiara Uci

Lulusan Teknik Mesin. Buruh tower telekomunikasi.

ArtikelTerkait

Keluh Kesah Hidup Pulau Hiri: Pom Bensin Nggak Ada, Air Bersih Susah Didapat

Keluh Kesah Hidup Pulau Hiri: Pom Bensin Nggak Ada, Air Bersih Susah Didapat

12 April 2023
Alarm Merah untuk Bandungan: Bencana yang Mengintai di Balik Masifnya Pembangunan

Alarm Merah untuk Bandungan: Bencana yang Mengintai di Balik Masifnya Pembangunan

10 Januari 2023
Alasan di Balik Mahalnya Biaya Pembangunan Masjid Terminal Mojok

Alasan di Balik Mahalnya Biaya Pembangunan Masjid

5 Januari 2023
Labuan Bajo Wisata Super Prioritas: Pada Akhirnya, Kita Memang Tidak Bisa Makan Uang

Labuan Bajo Wisata Super Prioritas: Pada Akhirnya, Kita Memang Tidak Bisa Makan Uang

13 Desember 2022
Ironi Jogja: Kota Ramah Sepeda, tapi Infrastruktur untuk Pesepeda Begitu Minim

Ironi Jogja: Kota Ramah Sepeda, tapi Infrastruktur untuk Pesepeda Begitu Minim

12 September 2022
Sumber Gambar YouTube Proyek Pembangunan Masjid Taman Sriwedari

Menanti Kepastian Progres Pembangunan Masjid Sriwedari

12 September 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

Innova Hybrid Bakal Singkirkan Innova Diesel yang Kamu Cintai Itu (Unsplash)

Innova Reborn: Mobil yang Akan Tetap Eksis meski Pesaing Menghantam Tanpa Henti

Kota Bekasi dan Kab Bekasi yang Bikin Bingung (Pixabay)

Kota Bekasi dan Kab Bekasi yang Bikin Bingung, Apalagi Soal Sepak Bola

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

5 Tipe ASN Kesayangan Atasan, Ternyata Bukan yang Paling Pintar!

5 Tipe ASN Kesayangan Atasan, Ternyata Bukan yang Paling Pintar!

oleh Fytrya Arys Sandi
1 Juni 2023

Menelusuri dari Mana Uncle Muthu "Upin dan Ipin" Belajar Masak Makanan yang Enak

Menelusuri dari Mana Uncle Muthu “Upin dan Ipin” Belajar Masak Makanan yang Enak

oleh Iqbal AR
5 Juni 2023

Strategi Tukang Sayur Keliling agar Tidak Rugi

Strategi Tukang Sayur Keliling agar Tidak Rugi

oleh Audina Hutama Putri
30 Mei 2023

Kak Ros, Figur Perempuan Melayu Idaman

Kak Ros, Figur Perempuan Melayu Idaman

oleh Erma Kumala Dewi
30 Mei 2023

Susi Pudjiastuti yang dirindukan (Sumber: IG @SusiPudjiastuti115)

Susi Pudjiastuti, Mantan Menteri yang Paling Dirindukan

oleh Ahmad Arief Widodo
3 Juni 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=lzHUMXKyXus

DARI MOJOK

  • Eep Saefulloh Fatah: Konsultan Politik Spesialis Pemenang Dua Putaran
  • Imbas Bentrok Antarkelompok, Meja dan Kursi Bersejarah Ki Hadjar Dewantara Rusak
  • Masuk Kelas Internasional UGM, Siap-siap Minimal Rp20 Juta Tiap Semester
  • Tren Pemilu 2024 Berubah, Cak Imin Bisa jadi Faktor Penentu Pilpres
  • Bebas dan Nyaman, Kos Eksklusif Menjamur di Jogja, Kaum Mendang-mending Minggir Dulu
  • Mengenal Tapak Suci, Perguruan Silat dari Jogja Gabungan 3 Aliran
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!