Kemarin saya diajak seorang teman untuk membeli sepeda motor bekas. Kami sepakat mengecek motor tersebut sebelum sah dibeli. Akhirnya kami janjian bertemu dengan pemilik motor di salah satu gerai Indomaret di Sumenep. Sebagai informasi, Indomaret tempat kami janjian menghadap ke utara dan menyediakan tiga meja serta kursi di bagian depan gerai.Â
Saya dan teman saya membeli minuman lalu memutuskan untuk duduk dan ngudud sambil menunggu yang punya motor datang. Baru duduk beberapa menit, saya merasa punggung bagian bawah kurang nyaman. Alamak, ternyata sandaran kursi yang saya duduki patah.Â
Okelah, mungkin sandaran kursi yang patah itu memang sudah takdirnya. Tapi, ternyata masih ada hal lain yang bikin saya kurang nyaman selama menunggu di gerai Indomaret itu. Yakni volume musik yang terlalu keras dan tidak adanya asbak rokok bagi konsumen yang nongkrong di depan gerai.
Volume musik terlalu nyaring bikin konsumen yang nongkrong jadi terganggu
Saat saya dan teman saya baru tiba di Indomaret, tak ada suara musik yang terdengar. Namun selang beberapa menit, ada salah satu karyawan yang akhirnya menyalakan musik. Terdengarlah alunan lagu “Merayu Tuhan” di siang hari yang panas itu.Â
Harus diakui, tempat nongkrong yang ada alunan musiknya memang sangat menyenangkan. Tapi dengan satu catatan: volume musik nggak perlu terlalu nyaring. Nah, berhubung volume musik di gerai Indomaret tempat kami nongkrong terlalu nyaring, kuping saya pun jadi panas. Perbincangan saya dan teman saya jadi terganggu lantaran kami harus bersuara keras, sebab kalau nggak gitu ya nggak kedengeran apa-apa selain suara musik yang lantang.Â
Plis deh, Indomaret, alangkah baiknya jika kalian nggak menyalakan musik terlalu keras. Sebab, saya yakin, nggak semua konsumen yang datang ke gerai kalian suka dengan hal itu. Lagi pula yang dibutuhkan konsumen kan bukan musik dengan volume keras, tapi buka atau nggaknya gerai Indomaret, lengkap atau nggaknya barang yang dijual, hingga pelayanan yang baik atau nggak dari karyawan. Jangan sampai konsumen malas berbelanja gara-gara volume musik di gerai Indomaret terlalu keras.Â
Nggak sedia asbak untuk konsumen yang nongkrong di depan gerai Indomaret
Selain perkara volume musik yang bikin jengkel, saat nongkrong di depan Indomaret, di meja malah nggak disediakan asbak rokok. Padahal kehadiran asbak ini penting, lho. Â
Saya tahu kalau nggak semua orang merokok, tapi pihak Indomaret juga harus tahu kalau nggak semua perokok membuang abu dan puntungnya sembarangan. Makanya seharusnya pihak minimarket berlogo Domar ini menyediakan asbak di tiap meja yang tersedia di depan gerai. Supaya konsumen yang merokok bisa membuang abu rokok dan puntung rokok di asbak.
Coba bayangkan kalau nggak ada asbak, sampah puntung rokok dan abunya bakal tercecer di lantai. Hal ini malah bikin lantai Indomaret jadi terlihat kotor, lho. Memang ada sih karyawan yang membersihkan. Kebetulan saat saya merokok di depan gerai Indomaret, ada karyawan yang menyapu lantai. Tapi kan hal itu jadi sia-sia. Sebab, setelah disapu dan konsumen masih merokok, ya lantainya akan tetap kotor.
Saya pribadi merasa kasihan sama karyawan Indomaret yang menyapu. Setelah lantai disapu, saya masih pengin merokok. Tapi kalau saya merokok, nanti lantainya kotor lagi. Serba salah, kan? Akhirnya meski sungkan, saya terpaksa merokok lagi karena kami juga masih harus menunggu cukup lama.Â
Jadi, inilah saat yang tepat bagi Indomaret untuk introspeksi diri, khususnya bagi gerai yang memiliki dua permasalahan di atas. Semoga masalah seperti di atas bisa dijadikan bahan evaluasi. Ini semua demi kenyamanan dan kemakmuran bersama, lho. Konsumen senang, Indomaret pun tenang karena pelanggan terus berdatangan.Â
Penulis: Zubairi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 6 Rekomendasi Jajanan Indomaret dengan Kandungan Gula Nol Gram.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.