Ibu rumah tangga begitu rentan terkena stres. Jika kalian masih nggak paham, artikel ini harus kalian baca hingga kelar.
Setelah resign dari kantor dan full time menjadi ibu rumah tangga, saya merasakan betul bagaimana tekanan silih berganti menghampiri hidup saya. Bahkan saya jadi sering menangis di 6 bulan pertama setelah tak lagi bekerja di kantor.
Rasanya begitu sulit untuk beradaptasi dari yang sebelumnya berangkat pagi dan 8 jam kerja di kantor lalu pulang dan mengurusi rumah. Kini berubah menjadi 24 jam di rumah dengan rutinitas yang menjenuhkan.
Saya baru menyadari bahwa ternyata sebagai ibu rumah tangga, tugasnya bukan hanya memasak, membersihkan rumah, dan mengurus anak-anak. Tetapi, saya juga harus bisa menjaga keseimbangan keuangan dan hubungan keluarga.
Oleh karena itu, mereka sering kali mengalami tekanan dan stres yang tinggi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa ibu rumah tangga rawan alami stres:
Daftar Isi
#1 Tuntutan tugas yang tinggi
Sebagai ibu rumah tangga, tugas yang harus dilakukan sangatlah beragam, mulai dari mengurus anak-anak, memasak, membersihkan rumah, hingga mengelola keuangan keluarga. Tuntutan tugas yang tinggi sering kali membuat mereka merasa tidak cukup waktu dan energi untuk menyelesaikan semuanya dengan baik.
#2 Kurangnya dukungan sosial
Ketika ibu rumah tangga merasa terisolasi atau tidak memiliki dukungan sosial yang cukup, ini dapat menyebabkan stres. Sebagai contoh, jika seorang ibu terlalu sibuk dengan tugas-tugas rumah tangga sehingga tidak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, hal ini membuatnya jadi merasa kesepian dan tidak dihargai.
#3 Kurangnya penghargaan
Ibu rumah tangga sering kali tidak mendapatkan penghargaan yang cukup atas pekerjaannya. Padahal, pekerjaan yang dilakukan sangatlah penting dan menguras energi. Ketika tidak merasa dihargai, hal ini dapat menyebabkan stres dan kelelahan.
#4 Kurangnya waktu untuk diri sendiri
Mereka sering merasa tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Hal ini lantaran terlalu banyak pekerjaan rumah yang dirasa tiada habisnya. Keluarga yang hidup tanpa mempekerjakan ART biasanya bangun lebih awal dari anggota keluarganya dan tidur paling terakhir.Â
#5 Sering mengesampingkan keinginan pribadi
Sebagai ibu rumah tangga, terutama yang sudah memiliki anak, maka seorang ibu menjadi lebih sering mengesampingkan keinginan pribadinya. Ia memilih untuk mengutamakan kepentingan anak atau suaminya. Bahkan untuk sekedar beli jajan saja tak jarang lebih memilih untuk menghabiskan sisa jajan anaknya daripada membeli jajan sendiri sesuai kesukaannya.
Itu hanyalah sedikit dari banyaknya hal yang harus dihadapi. Belum lagi bila kondisi finansial keluarga belum stabil membuat hati selalu gelisah. Bagaimana dengan hari esok? Apakah masih bisa makan? Apakah masih ada uang untuk belikan anak popok? Bayar SPP sekolah anak, dan banyak kebutuhan lainnya.
Oleh sebab itu, peran pasangan untuk selalu bisa mengerti kondisi istrinya sangatlah penting agar kondisi mereka bisa tetap waras. Minimal suami mampu menjadi pendengar yang baik saat istri sedang berkeluh kesah.
Harap dicatat bahwa artikel di atas hanya bersifat informasional dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran medis atau konseling profesional. Jika kamu, seorang ibu, mengalami stres atau masalah kesehatan mental lainnya, disarankan untuk mencari bantuan dari dokter atau profesional kesehatan mental yang berwenang.
Penulis: Lailatul Maghfiroh
Editor: Rizky Prasetya