Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Hikayat Orang Kudus yang Tidak Makan Sapi dan Orang Lamongan yang Tidak Makan Lele

Muhammad Najib Murobbi oleh Muhammad Najib Murobbi
5 Agustus 2019
A A
kudus

kudus

Share on FacebookShare on Twitter

Akhir tahun 2017 saat saya lulus kuliah di salah satu kampus swasta Yogyakarta, saya telah berencana pindah dari Yogyakarta, untuk melanjutkan mondok di pesantren Kudus. Singkatnya, berang-berang makan berkat, berangkat! Berangkatlah saya ke Kudus dengan travel kelas ekonomi dan ini sesuai dengan jurusan semasa saya kuliah. hehe

Sesampainya di menara Kudus, saya dijamu oleh salah satu anak kiai yang akan membantu saya sowan ke pondok-pondok di Kudus. Namanya Gus Kholil, putra dari kiai terpandang di Kudus. Sebelum sowan-sowan saya ditawari makan, makan soto. Saya langsung spontan bertanya pada Gus Kholil, “Gus, soto daging sapi di Kudus yang seger di mana ya?”

“Di sini adanya soto daging, palingan itu daging kebo. Gimana, mau?”

Dan akhirnya kita makan soto daging kebo, asli!  Ternyata benar. Tertulis di warung makan itu “kebo” bukan kerbau.

Di sela-sela makan, saya bertanya pada Gus Kholil kenapa warung makan ini namanya kebo! Eh bukan itu yang saya tanya—melainkan kenapa tidak ada soto atau sop daging sapi di Kudus.

Setelah menelan bihun dan kuah yang segar, Gus Kholil bercerita.

“Suatu hari, pria bernama lengkap Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan itu mengikat sapi di halaman Masjid Menara. Hal itu pun memancing perhatian umat Hindu di Kudus—yang menjadikan sapi sebagai sarana penyembahannya. Apa yang akan disampaikan Sunan Kudus? Setelah orang-orang Hindu datang ke halaman masjid, Sunan Kudus mengucapkan salam bahagia dan selamat datang lalu kemudian berceramah, berdakwah, dan saling berdialog.”

Sambil menguyah gorengan Gus Kholil melanjutkan cerita. “Waktu itu Sunan Kudus berbicara di depan umat Hindu, bahwa telah dilarangnya penyembelihan hewan sapi. Dengan tujuan menghormati para pemeluk agama Hindu—yang pada saat itu masih menjadi penduduk mayoritas di Kota Santri. Nah, ndilalah hal ini menjadikan banyaknya pemeluk agama Hindu bersimpati kepada Sunan Kudus dan sebagian besar masuk Islam.”

Baca Juga:

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

“Jadi pelarangan ini berlaku dengan tujuan penghormatan kepada umat Hindu, Gus?”

“Iya. Dan hebatnya tradisi ini masih berlaku hingga sekarang.”

“Edaaaan, padahal daging sapi enak, Gus. Sek, berarti njenengan nggak pernah makan sapi dong?”

“Selama aku berada di Kudus, aku tidak pernah memakannya. hehehe”

Dalam buku Kudus dan Islam: Nilai-Nilai Budaya Lokal dan Industri Wisata Ziarah karya Sri Indrahti. Diceritakan juga, dahulu kala Sunan Kudus pernah merasa sangat kehausan. Lalu seorang pendeta Hindu memberikannya susu sapi.

“Sebagai ungkapan terima kasih dari Sunan Kudus, maka masyarakat Kudus dilarang menyembelih sapi,” tulis Sri.

Hingga kini anjuran kanjeng Sunan itu masih menjejak di Kota Kretek. Salah satu semangat yang dicerap dari ajaran itu adalah sikap saling menghormati antar-sesama penganut agama.

Cerita ini mengingatkan saya pada peristiwa di mana ikan lele dan ikan bandeng tidak boleh dimakan oleh orang Lamongan asli. Walau orang Lamongan banyak berjualan di kota-kota lain dengan “Pecel Lele” Lamongannya serta logo ikan lele yang menjadi salah satu menu andalannya. Cerita ini sebenarnya ada yang mengatakan fakta dan mitos. Tapi setidaknya ada pelajaran yang bisa kita ambil yhaaa—yaitu sering-seringlah makan ikan. Kok malah kayak pesannya Bu Susi. hehe

Jika kita tulis Lamongan, maka akan keluar logo kebangsaan Lamongan dengan 2 ekor ikan, ikan lele dan ikan bandeng mengelilinginya.

Alkisah, dahulu kala ada seorang bernama Nyi Lurah yang menemui salah satu Sunan di tanah Jawa—Sunan Ampel jika tidak salah—untuk meminjam sebagian alat pusakanya, sebuah keris. Lalu diberikanlah keris itu dengan syarat tidak boleh digunakan untuk membunuh atau perbuatan keji lainnya dan harus dikembalikan setelah tujuh purnama berlalu.

Tujuh purnama telah usai, Nyi Lurah ternyata tidak menepati janjinya. Lalu diutuslah salah satu murid Sunan yang bernama Ronggohadi—saat ini menjadi nama di salah satau jalan di kota Lamongan—untuk meminta keris. Alhasil Nyi Lurah menolak dan dicurilah keris itu oleh murid Sunan Ampel. Lalu dikejarlah Ronggohadi.

Sang murid berlari kencang menyisir tempat-tempat jauh, hingga dia terjebak pada sebuah jublangan alias kolam yang di dalamnya penuh dengan ikan lele yang memiliki pathil yang mematikan. Sementara, dari kejauhan terlihat para penduduk yang semakin dekat menuju ke arahnya dan tidak ada jalan lain selain menyeberangi kolam lele di depannya.

Namun dengan keyakinan hati dan memohon perlindungan kepada Allah, akhirnya dia pun menceburkan diri ke dalam kolam. Ternyata tak satupun ikan lele menyerangnya bahkan dengan tenang dia bisa menyelam dengan ikan-ikan lele berkerumun di atasnya. Karena melihat banyak ikan lele berenang di atas kolam maka penduduk menganggab bahwa si pencuri tersebut tidak mungkin bersembunyi di kolam penuh ikan lele  yang memiliki pathil yang sangat mematikan.

Warga desa yang mengejarnya itu pun mengalihkan pencariannya ke tempat lain. Setelah itu sang murid naik ke permukaan kolam. Dengan mengucap puji syukur kepada Allah dan dia berujar bahwa anak, cucu dan keturunannya kelak untuk tidak memakan ikan lele, karena ikan tersebut telah menyelamatkan hidupnya. Daerah tempat diucapkannya wasiat tersebut berada di sekitar daerah Glagah, Lamongan. Akhirnya, sang murid berhasil menyerahkan kembali pusakanya pada kanjeng Sunan.

Dan cerita ini saya dapatkan banyak dari orang-orang, termasuk bapak-bapak penjual pecel lele Lamongan.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: kuduslamongansunan ampelsunan kuduswali songo
Muhammad Najib Murobbi

Muhammad Najib Murobbi

ArtikelTerkait

Lamongan (Unsplash.com)

Lamongan Tak Butuh Diromantisasi, Apalagi Dibandingin Sama Jogja

23 Juni 2022
Kabupaten Bogor yang Membuat Salah Paham Orang Kudus (Unsplash)

Fakta Kabupaten Bogor: Jauh dari Pusat Kota dan Membuat Beberapa Orang Kudus Kenalan Saya Jadi Salah Paham

21 Oktober 2023
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

27 April 2020
Plat Nomor K dan Jepara Remajamu Merusak Nama Baik Orkes (Pixabay)

Kebiasaan Anak Muda di Daerah Plat Nomor K Khususnya Jepara yang Merusak Nama Baik Orkes Dangdut

24 November 2023
Kafe Kalcer di Lamongan Jelas Bukan Hal Buruk, karena Anak Muda Lamongan Butuh Ruang Berekspresi

Kafe Kalcer di Lamongan Jelas Bukan Hal Buruk, karena Anak Muda Lamongan Butuh Ruang Berekspresi

6 November 2025
Surat Terbuka untuk Bupati Lamongan Terpilih dari Warga yang Sudah Lelah Mojok.co

Surat Terbuka untuk Bupati Lamongan Terpilih dari Warga yang Sudah Lelah

4 Februari 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Spot Jogging di Kota Semarang yang Cocok untuk Pemula Mojok.co

3 Spot Jogging di Kota Semarang yang Cocok untuk Pemula

28 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Saya Setuju Jika Tidak Boleh Menolak Pembayaran Uang Tunai, tapi Pembeli juga Harus Memperhatikan Hal Ini!

Saya Setuju Jika Tidak Boleh Menolak Pembayaran Uang Tunai, tapi Pembeli juga Harus Memperhatikan Hal Ini!

28 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.