Minke adalah seorang perantau dari Jogja yang sekarang sekolah di High Scope dan kos di Jakarta Selatan. He’s very bright, very cultured, tau siapa 1975 dan filmnya Jim Jarmusch. Walaupun anak-anak High Scope suka ngatain dia karena dia kampung, Minke is fine. Karena sebenernya dia anak turunan keraton. Tapi dia ngerahasiain ini karena he’s trying to show anak-anak Jaksel bahwa intellectual > darah.
Kemudian suatu malam, bersama sahabatnya Suurhof, mereka pergi ke Zodiac. Dan di sanalah si Suurhof langsung ketemu dengan Anneliese yang lagi joget di dance floor. Ketika Minke liat Anneliese, sayup-sayup musik dari BANKS langsung ngilang. It’s a meet cute. Anneliese takjub dengan kepintaran Minke yang diatas rata-rata. “Gak semua cowok nonton Fleabag, Minke. I’m surprised.”
“Iya, aku feminis.”
Tiga kata itu langsung bikin Anneliese klepek-klepek. Dan mereka langsung berjanji untuk segera ketemu. Tapi sayangnya tidak semua orang berbahagia. You see, sebagai pentolan anak gaul Jakarta Selatan dan member utama klan Senoparty, Robert ngerasa bahwa Minke is like a tourist. He’s not really anak Jaksel. He’s a fake. He’s a poser.
Robert mencoba mempermalukan Minke dan menunjukkan bahwa meskipun Minke pake iPhone, Yeezy dan Supreme, dia tetep orang Jogja. Bukan orang Jakarta Selatan.
Meanwhile, Nyonya Ontosoroh langsung takjub dengan Minke karena Minke tidak seperti anak-anak muda Jakarta Selatan pada umumnya. “Saya nggak suka alkohol. Dan saya suka Reza Artamevia sejak dulu. Bukan cuman baru-baru ini.” Saat itu juga Nyonya Ontosoroh minta Minke untuk jadi menantunya.
Minke is so happy.
Tapi bisakah Minke menjaga kebahagiaan ini selamanya? Apalagi ketika semua orang meneriakinya bahwa dia bukan anak Jaksel sejati? Can he… like prove it?
BACA JUGA Bumi Manusia for Millenials Jakarta Selatan Part II: Nyonya Ontosoroh
Catatan: Tulisan ini dimuat ulang dari status Facebook penulis.(*)