Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Hasil TWK Saya Buruk, Apakah Saya Kurang Nasionalis?

Aliurridha oleh Aliurridha
11 Januari 2020
A A
Hasil TWK Saya Buruk, Apakah Saya Kurang Nasionalis?
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai seorang pejuang PNS yang telah dinyatakan lulus seleksi administrasi, maka sudah sewajarnya bagi saya untuk mencoba melakukan tes uji coba terhadap soal-soal Seleksi Kompetensi Dasar (SKD). Apalagi ini adalah pertama kalinya saya mendaftar PNS. Beberapa kali saya mencoba uji coba soal SKD ternyata hasil TWK saya selalu berada di ambang batas dan bahkan pernah di bawah ambang batas. Saya jadi bertanya-tanya apakah saya orang yang kurang nasionalis?

Sebelumnya perlu diketahui bahwa TWK adalah sebuah singkatan dari tes wawasan kebangsaan yang tujuannya untuk menilai wawasan kebangsaan dari calon pegawai negeri sipil. Tes ini juga dianggap mampu menilai nasionalisme seseorang dari pemahamannya tentang pilar negara mulai dari Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka tunggal Ika, serta pemahaman Bahasa Indonesia, integritas, dan pemahaman bela negara yang diwujudkan lewat soal-soal pilihan ganda. Memangnya sudah ada penelitian yang menguji korelasi antara tingginya skor TWK dan tingkat nasionalisme warga Indonesia?

Soal-soal TWK ini banyak sekali dihiasi oleh hal-hal yang bersifat hafalan sejarah seperti tahun-tahun peristiwa penting sampai ke zaman-zaman kerajaan. Saya adalah orang yang sangat menyukai sejarah apalagi jika dikemas semenarik mungkin seperti cara Harari menuliskan bukunya. Tapi tidak dengan sejarah yang hanya berupa hafalan tahun-tahun terjadinya peristiwa yang bisa dicari di paman Google seperti yang ada di soal-soal TWK. Saya pikir Mas Menteri sudah mengatakan bahwa kita tidak butuh hafalan, tapi kok soal CPNS masih ada saja yang berupa hafalan?

Hal kedua yang agak menyebalkan dari soal TWK adalah kita dibawa kepada doktrin-doktrin ideologis yang memaksa kita untuk melihat apa pun selain ideologi pancasila adalah buruk. Ini tidak jauh berbeda dari pelajaran P-4 zaman orba atau buku-buku pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) zaman sekolah dasar tahun 90-an. Doktrin-doktrin ini menggambarkan bagaimana ideologi lain seperti komunisme dan liberalisme hanya dilihat dari sisi buruknya saja dan seolah-olah Pancasila adalah ideologi yang terbaik.

Saya tidak sedang mendiskreditkan Pancasila sebagai dasar negera Indonesia, mohon dicatat. Saya percaya Pancasila adalah dasar negara yang sudah disusun sebaik-baiknya oleh para pendiri bangsa ini yang paling sesuai dengan karakteristik bangsa kita. Namun dalam implementasinya malah digunakan untuk kepentingan politis dan memukul lawan politik. Hal ini berbahaya karena taqlid buta terhadap Pancasila tanpa pemahaman yang komprehensif bisa melahirkan apa yang disebut dengan ultranasionalis dan mendekatkan kita ke arah fasisme. Nasionalisme dan fasisme sering kali disalahpahami. Ada perbedaan mendasar antara nasionalisme dan fasisme.

Jika nasionalisme mengajarkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang unik dan sebagai warga negara kita memiliki kewajiban terhadapnya. Fasisme sebaliknya, mengajarkan bahwa bangsa kita adalah yang terbaik dan warga negara memiliki kewajiban yang eksklusif terhadapnya. Fasisme membuatnya tidak peduli terhadap siapa pun dan apa pun selain kesetiaan terhadap negara. Inilah salah satu yang membuat warga negara bisa berbuat sewenangnya terhadap sesama warga negara yang lain karena tafsir buta terhadap nasionalisme. Begitu kata Om Harari dalam buku terbarunya 21 Lessons for the 21st Century.

Permasalahan ultranasionalisme yang semakin mendekat ke arah fasisme ini sebenarnya tidak begitu berbeda dari fundamentalisme beragama yang merasa agamanya paling benar dan yang lainnya salah, sesat, bahkan buruk. Hal inilah yang memicu orang bisa melakukan hal buruk terhadap manusia lainnya. Semua ini hadir dikarenakan taqlid buta terhadap apa yang ia percayainya sehingga mudah saja bagi orang yang berkepentingan memanfaatkan itu.

Sejarah mencatat fasisme telah menimbulkan berbagai masalah hingga konflik berdarah. Telah banyak tercatat dalam sejarah bahwa nasionalisme digunakan sebagai pembenar dalam berbagai konflik, pembantaian etnis, hingga genosida. Fasisme menuntut warganya untuk mengorbankan apa pun demi negaranya walaupun harus mengorbankan keluarganya. Jika negara menuntut warganya untuk membunuh jutaan orang warga harus menaatinya.

Baca Juga:

4 Alasan Pegawai P3K Baru Harus Pamer di Media Sosial

Tunjangan Kinerja buat ASN, Beban Kerja buat Honorer, di Mana Adabmu?

Soal-soal TWK dalam SKD terlalu memfokuskan nasionalisme yang hanya melihat sesuatu yang bersifat simbolik dan doktrinal di mana esensi dari nasionalisme itu sendiri sering kali terlewatkan. Buktinya sampai saat ini Pancasila dan UUD 45 masih belum terimplementasi dengan baik.

Karena berbagai faktor di atas, saya jadi tidak percaya bahwa skor TWK yang tinggi memiliki hubungan dengan tingkat nasionalisme seseorang. Skor yang tinggi itu kan tergantung seberapa sering kita berlatih soal-soal TWK, faktor kekuatan ingatan, dan kebetulan soal itu yang keluar adalah yang pernah kita pelajari. Jadi saya tidak percaya skor tinggi TWK sebanding dengan besarnya rasa nasionalisme, kecuali saya lulus PNS tentunya.

BACA JUGA Metode Konyol yang Menghantarkan Peserta CPNS Melewati Passing Grade atau tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Januari 2020 oleh

Tags: pnstwk
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

ArtikelTerkait

4 Dosa yang Membuat PNS Lupa Diri (Unsplash)

4 Dosa yang Membuat PNS Lupa Diri

20 November 2022
5 Rekomendasi Waralaba untuk Smean yang Bosan Jadi Karyawan es teh jumbo

5 Rekomendasi Waralaba untuk Kalian yang Bosan Jadi Karyawan

24 Juli 2022
Mempertanyakan Efisiensi Syarat Administrasi Seleksi CPNS 2024 ASN penempatan cpns pns daerah cuti ASN

Cuti ASN: Izin Istirahat yang Penuh Tugas Tambahan dan Masih Dibebani Rasa Bersalah

18 Oktober 2025
Sisi Gelap Kerja di Pemerintahan: Enak, sih, kecuali Jadi Ajudan Pimpinan Instansi Daerah

15 Istilah yang Sering Digunakan dalam Kegiatan Instansi Pemerintah

27 Maret 2023
Panduan Memahami Kesejahteraan PNS sebelum Benar-benar Yakin Ikut Tes CPNS Tahun Ini

4 Hal Baik yang Haram Dilakukan oleh PNS, Patuhi Saja ketimbang Kariermu Terancam

8 Januari 2024
Peruri Bisa Kantongi Rp67 Miliar Hanya dengan Jualan e-Meterai selama Pendaftaran CPNS 2024 Mojok.co

Peruri Bisa Kantongi Rp67 Miliar Hanya dari Jualan e-Meterai Selama Pendaftaran CPNS 2024

5 September 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.