Ramadan ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ya gara-gara siapa lagi kalau bukan si tak kasatmata virus corona. Akibat ulahnya, salat Tarawih jadi sepi, gak ada acara bukber, penjual takjil jadi sepi, ngabuburit jadi nggak asyik. Tapi, manfaatnya, tingkat mokel kita bisa diminimalisir. Dan jangan lupa, kita harus bersyukur dengan teramat karena virus corona tidak membuat Lailatul Qadar tidak hadir dengan alasan takut terpapar virus.
Siapa sih muslim yang nggak ingin kebagian istimewanya malam yang diyakini lebih baik daripada seribu bulan itu? Sesuai yang diyakini banyak masyarakat, Lailatul Qadar jatuh pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Jadi tak heran 10 hari terakhir banyak orang begadang di masjid sembari melakukan amalan apa pun yang diniati ibadah.
Kalau kita membuka kitab-kitab ulama, akan ditemukan banyak dalil tentang kapan jatuhnya malam penuh keistimewaan tersebut. Oleh karena dalil tentang kapan tepatnya malam ini terjadi ada banyak sekali, saya akan sajikan salah satunya saja.
Dalam kitab I’anah Ath-Tholibin juz II halaman 257, ada dalil tentang waktu jatuhnya malam ini menurut Imam Ghazali. Sebelumnya, saya mohon maaf karena tidak bisa mencantumkan dalilnya di sini karena laptop saya nggak ada keyboard Arabnya 🙁 Kalau memang sangat ingin tahu dalilnya, bisa kalian buka kitabnya sendiri ya atau cari di internet.
Menurut Imam Ghazali, kapan Lailatul Qadar terjadi bisa diperiksa dari kapan hari dimulainya berpuasa. Kita akan urut dari hari Ahad atau Minggu sampai Sabtu.
- Jika awal Ramadannya hari Minggu, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.
- Jika awal Ramadannya hari Senin, malam tersebut jatuh pada malam ke-21.
- Jika awal Ramadannya hari Selasa, malam tersebut jatuh pada malam ke-27.
- Jika awal Ramadannya hari Rabu, malam tersebut jatuh pada malam ke-29.
- Jika awal Ramadannya hari Kamis, malam tersebut jatuh pada malam ke-25.
- Jika awal Ramadannya hari Jumat, malam tersebut jatuh pada malam ke-27.
- Jika awal Ramadannya hari Sabtu, malam tersebut jatuh pada malam ke-23.
Pendapat Imam Ghazali tersebut dikuatkan Imam Abu Hasan Asy-Syadzilli (pendiri Tarekat Syadziliyah) yang juga termaktub dalam kitab I’anah Ath-Tholibin. Menurut Imam Hasan, sejak ia remaja Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau qoidah Imam Ghazali tadi.
Namun, kita tidak bisa memastikan jadwal di atas benar-benar akan akurat (yang benar-benar tahu hanyalah Allah). Jadi, tidak bermaksud meragukan kealiman kedua imam tersebut, lebih baik kita terus beribadah sepanjang Ramadan karena Lailatul Qadar merupakan pemberian dari Tuhan untuk kita. Jika kita terus tekun beribadah kepada-Nya, Lailatul Qadar akan kita dapatkan dengan sendirinya.
Satu pesan dari saya, jangan sekali-kali membayangkan apabila kita telah mendapatkan Lailatul Qadar lalu kita bisa berubah menjadi seseorang yang superpower apalagi menjadi mode kyubi.
Wah, ketahuan kalau wibu.
Gambar: Suasana Lailatul Qadar di Kota Qom, Iran. Wikimedia Commons.
BACA JUGA Tanggal Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar yang Bikin Bingung dan tulisan Muh. Fadhil Nurdiansyah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.