• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kuliner

Harga Makanan di Tempat Wisata Lebih Mahal Itu Wajar

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
9 Maret 2021
A A
harga makanan di tempat wisata pantai gunungkidul umk gunungkidul mojok

pantai gunungkidul umk gunungkidul mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Berwisata adalah kegiatan yang paling menyenangkan. Saya berani bertaruh, tidak ada orang di dunia yang tidak menyepakati hal itu. Tak ayal, jika pemerintah di awal-awal pandemi masuk justru membuka lebar pintu pariwisata dengan diskon yang gede-gedean.

Itu tiada lain karena pemerintah ini sudah paham bahwa berwisata adalah kegiatan yang menyenangkan. Tapi terlepas adanya pandemi yang memuakkan ini, saya rasa, berwisata juga tak menyenangkan-menyenangkan amat. Apalagi kalau pas wisata kita nggak bawa makanan atau minuman.

Akan sangat repot sebab itu artinya harus membeli makanan atau minuman dari luar. Dan akan bertambah repot lagi kalau sudah terlanjur masuk ke sebuah tempat wisata. Kalian tentu pernah masuk tempat wisata lantas meremehkan dengan tak membawa makanan atau minuman karena kalian pikir bisa beli di dalam, to?

Sejujurnya saya pernah melakukan hal itu. Tapi, sumpah demi celana Neptunus, saya tidak akan ceroboh mengulanginya lagi. Sebab, membeli makanan atau minuman di tempat wisata bisa saja melubangi dompet dan menguras rekening saya.

Hal ini karena harga makanan yang dijual di tempat wisata biasanya akan jauh lebih mahal dari warung-warung di luar tempat wisata. Saya awalnya kaget dan menyumpahi diri saya sendiri, betapa bodohnya saya membeli satu makanan yang harganya jauh lebih mahal dari harga umum.

Misalnya, kalau di luar area wisata harga satu bungkus Biskuat Rp1000, maka di tempat wisata, katakanlah seperti kolam renang harganya bisa dua kali lipat dari itu. Atau air mineral yang di toko-toko kelontong dekat rumah harganya paling Rp4000-5000 untuk kemasan sedang, lha kalau di tempat wisata bisa dua atau bahkan tiga kali lipat dari itu.

Awalnya saya mengutuk si penjual sebagai agen kapitalisme busuk. Namun, saya akhirnya memahami betapa berjualan di tempat wisata itu tak semudah apa yang dibayangkan.

Contohnya saat beberapa hari lewat, saya berkunjung ke sebuah kafe pinggir pantai di Kabupaten Batang. Saya datang ke sana memesan satu minuman dan seporsi roti bakar.

Tak perlulah kalian tanyakan kenapa saya cuma pesan satu. Dan kalian tahu minuman apa yang saya pesan? Yup benar sekali, Good Day Freeze.

Minuman yang biasanya saya beli di warung depan kampus IAIN Pekalongan seharga Rp3000, di kafe pinggir pantai itu saya mesti membayar Rp6000 untuk segelasnya. Sementara roti bakar seporsi isi empat dihargai Rp8000, yang sebetulnya itu hanya membutuhkan empat roti yang satunya dibagi dua terus ditumpuk.

Tentu harga segitu bagi saya mahal. Wong dengan uang Rp8000 saya bisa beli satu roti sobek beserta meses dan mentega secara ketengan. Ya walaupun dengan harga segitu saya nggak perlu susah-susah bikin sendiri alias cuma nunggu doang.

Tepat di titik itulah saya memahami sekaligus memaklumi kalau harga makanan dan minuman di tempat wisata mahal. Saya tinggal nunggu saja, menikmati pantai, tanpa memikirkan makanan. Ini lain ceritanya kalau saya bawa makanan sendiri.

Gelar tiker sendiri, buka roti dan mengirisnya sendiri, membakarnya sendiri. Repot. Alih-alih menikmati tempat wisatanya, saya malah jadi peserta MasterChef.

Namun bukan sekadar itu. Saya pernah mendengar kala sedikit berbincang dengan pedagang di salah satu tempat wisata. Pedagang itu bilang biaya sewa di tempat wisata mahal. Saya njuk mikir, ini tempat wisata yang mengelola pemerintah daerah, tapi kok malah nyusahin warganya sendiri yang mau jualan di sana.

Selidik punya selidik, yang jualan di tempat wisata itu bukan hanya dari warga lokal. Oalah pantesan. Pemerintah daerah rugi bandar dong kalau sampai mereka berjualan tapi nggak ngasih pemasukan. Jadi mahal sedikit nggak masalah lah ya.

Padahal yang disediakan itu bukan ruko. Ya sekadar sepetak dari lokasi wisata tersebut. Harga sewanya sekitar 5-7 juta per tahun. Kalau ruko bisa lebih mahal daripada itu.

Artinya omzet penjualan harus di atas itu dalam setahun. Jika dikalkulasi sebulan, kira-kira pedagang mesti mendapatkan uang lebih dari Rp400 ribuan. Ironisnya, pendapatan para pedagang itu bergantung pada daya tarik objek wisatanya. Kalau pengunjungnya banyak, ya potensi pembelinya juga banyak.

Sayangnya jumlah wisatawan yang berkunjung juga belum tentu beli makanan di salah satu pedagang. Toh di satu tempat tidak mungkin pedagangnya cuma satu. Jadi jalan keluarnya, pedagangpun menaikan harga makanan atau minuman lebih mahal dari biasanya. Hal ini juga terjadi di objek wisata kolam renang.

Saya yakin, setiap kolam renang ada manajemennya sendiri. Pedagang, yang kebetulan berjualan di situ tentu bukan pedagang sembarangan. Ia boleh jadi pedagang yang punya kemampuan lobbying (baca: orang dalem) yang luar biasa. Barangkali pedagang di situ sudah bekerjasama dengan manajemen kolam renang. Jadi ya wajar saja kalau harganya lebih mahal.

Kalau di tempat wisata yang terbilang baru atau belum tertata mungkin akan berbeda. Pedagang di tempat-tempat begitu juga tak menutup kemungkinan akan menaikkan harga makanan atau minuman. Tapi boleh jadi ini bukan karena tekanan bayar sewa tempat atau aturan manajemen, melainkan momentum.

Sebab berjualan di tempat wisata ini nggak tentu. Seperti yang sudah saya bilang tadi: bergantung pada banyaknya wisatawan yang datang. Seumpama saya berjualan di tempat wisata, saya juga akan menaikkan harga jual dari umumnya, karena mumpung waktunya pas. Pengunjung sedang banyak dan siapa tahu kemudian hari akan sepi pengunjung.

Sampai hari ini, saya pun pada akhirnya memaklumi kalau harga makanan di tempat wisata lebih mahal dari biasanya. Saya pikir, mungkin karena faktor-faktor yang sudah saya sebutkan tadi. Oleh sebab itulah saya mengurangi untuk beli makanan atau minuman di tempat wisata.

Saya juga tak akan membawa makanan dari rumah karena itu sangat menyusahkan dan ngebak-ngebaki tas saja. Daripada melakukan itu, saya mengusahakan beli makanan atau minuman di luar. Tentu saja tidak dalam area wisata. Kalaupun terlanjur masuk dan kelupaan beli makanan, saya lebih memilih berpuasa barang sebentar.

BACA JUGA Stop Bilang Dagangan UMKM di Tempat Wisata Itu Mahal dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: harga makanan tempat wisata

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Mahasiswa di IAIN Pekalongan.

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Mas AHY mojok

Karier yang Cocok untuk AHY Andai KLB Moeldoko Diakui Pemerintah

mangrove bakau mojok

Mangrove, Bakau, Salah Kaprah Istilah, dan Pentingnya Pengetahuan Toponimi

Sebagai Muslim, Saya Risau karena Banyaknya Bangunan Masjid mojok.co/terminal

Sebagai Muslim, Saya Risau karena Banyaknya Bangunan Masjid



Terpopuler Sepekan

Surat Cinta untuk Walikota: Pak, Malang Macet, Jangan Urus MiChat Saja!
Pojok Tubir

Mati Tua di Jalanan Kota Malang

oleh Mohammad Faiz Attoriq
28 Maret 2023

Lama-lama, kelakar mati tua di jalanan Kota Malang itu nggak lagi jadi guyonan, tapi risiko yang menjelma jadi nyata.

Baca selengkapnya
Derita Pemilik Honda CS1, Mulai dari Biaya Servisnya Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel

Derita Pemilik Honda CS1, dari Biaya Servis yang Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel

25 Maret 2023
Pantes Nissan Evalia Nggak Laku di Indonesia, Desainnya Aneh!

Pantes Nissan Evalia Nggak Laku di Indonesia, Desainnya Aneh!

28 Maret 2023
Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

23 Maret 2023
3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

20 Maret 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_zeY2N8MAE4

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!