Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Sapa Mantan

Hai Mantan, Sudah Bahagia Belum?

H.R. Nawawi oleh H.R. Nawawi
29 Mei 2019
A A
Hai Mantan, Sudah Bahagia Belum?

Hai Mantan, Sudah Bahagia Belum?

Share on FacebookShare on Twitter

Bagaimana kalau kamu bangun tidur kemudian ketika akan sahur mendapati pesan masuk dari sang mantan yang isinya, “Hai Mantan, sudah bahagia belum?”—lebih baik diacuhkan atau perlu kita forward ke pacar baru dan teman dekat?

Begitulah pertanyaan yang keluar dari teman sebangku di kedai kopi semalam. Diakui atau tidak kedai kopi adalah tempat pertukaran ilmu, informasi, bribikan, keluh kesah, hingga hal-hal remeh macam melepas penat dan mencari tempat tidur. Namun pilihan terakhir tidak sering dilakukan bila teman sebangkunya asik—minimal dari asik adalah tidak asik sendiri.

Pada akhirnya nanti pemilik kedai kopi akan mengklaim tempatnya sebagai poros utama perputaran pengetahuan atau ekonomi berkedok literasi—dan itu tidak selamanya salah dan tidak selamanya benar. Bingung kan, la iya jelas bingung, kenapa klaim itu menutup kebenaran lain bahwa tempat itu sebenarnya hanyalah kedai kopi—terutama yang buka 24 jam—sedangkan kenyataanya kedai kopi tak ubahnya pos kamling. Dan dil uar klaim realitas memang terus berjalan dan kedai kopi akan selalu riuh bagai gerimis atau terminal dan stasiun.

Aku menatap langit, langit tak peduli—tapi bulan yang menggantung di langit kian putih seakan menatap padaku. Saat itulah teman-teman sebangku saya cerita bahwa mantannya sering kirim pesan teror gitu.

“Bayangkan saja bisa sehari 5 kali kirim pesan—udah kayak Pancasila, Boi. Saya pikir-pikir kok ya malu kalau mau balikan sama dia. Apalagi dia kirim pesan begituan karena sudah punya pacar baru yang dijadikan story.”

Ia meletakkan hapenya sebelum bicara panjang lebar.

“Ia sudah punya pacar baru, kamu juga sudah. Kebutuhan apa lagi yang perlu dilakukan bagi kalian yang sudah pisah? Hidup di masa lalu?” teman saya langsung menganalisis tanpa disuruh.

Aku masih terdiam dan mulai melihat asap lisong yang mengudara memenuhi cahaya lampu. Entah mengapa setiap asap yang menguap akan membuat garis-garis lampu itu semakin indah. Paling tidak jikalau kalian di kota, lihatlah lampu jalanan yang berdiri di tengah-tengah trotoar dan tiba saat embun membasahi bumi—pemandangan jalan raya yang tersembunyi sedang kamu nikmati. Dan teman-teman sebangku di kedai kopi masih berseteru atau mendengarkan yang sedang terkena teror dari mantannya.

Baca Juga:

Kopi Lelet Lasem Itu Bukan Kopi, tapi Wujud dari Rasa Sakit Ditinggal ketika Sudah Sayang-sayangnya

Kenali Apa Itu Breadcrumbing dalam Hubungan, Lebih Parah daripada Ghosting!

“Paling tidak saya jadi tahu, semua pertalian pertemanan kita adalah bom waktu!” begitulah pesan penutup dari teman sebangku dan kami kembali sibuk nge-game, buat story WhatsApp atau japri-japri teman lawan jenis, dan mungkin ada yang diam-diam mengetik di aplikasi Word lalu dikirim ke Terminal Mojok.
Kami tidak pernah tahu satu sama lain secara berlebihan—secukupnya dan sebutuhnya. Bahkan jarang sekali kalau para laki-laki macam kita saling ulur tangan dan sebut nama. Apalagi cipika-cipiki, bisa dikatakan 1:1000—bukan sombong melainkan waktulah penentu kita kenapa harus kenal.

Dari awak kopi agak manis diletakkan di depan bangku ativitas saya memandang bulan dan garis-garis lampu membuat cerita lewat begitu saja. Saat itu menjelang sahur, Saya dan si An membeli bahan-bahan mentah di toko sembako. Si An bukan teman sebangku saya di kedai kopi—yang pasti dia teman.
Kami berdua niat masak sahur dan seperti yang everybody know bahwa kami akan tidak pernah melewati proses makan, memasak, belanja dengan obrolan kosong. Tentu kita membahas apa saja yang menarik dan asyik didengar. Kata si An, “Ghibah menjadi legal saat menjadi karya fiksi. Kamu aman mas,” aku pun senyum dan terus berjalan pelan mengendarai motor menuju kosnya.

“Jadi mas, setiap wanita itu punya kapasitas rindu lebih tinggi dari pada laki-laki.” sambil memotong cabe sesampainya di kos. “Beberapa perempuan itu wajar saja kalau bilang ke mantannya—ya macam sudah bahagia belum, udah dapat yang lebih baik dariku belum, selamat menempuh hidup baru, wahai Mantan.”

Aku berdiri di sampingnya menghadap kompor berisi wajan, minyak, dan beberapa tempe yang berbaring di atasnya. Ingatan pun pelan-pelan kembali saat tempe-tempe mentas dari wajan. Namun si An lebih dulu nyerocos, “Ya kamu dengerin lagu itu lo, mas. Siapa deh penulis Dilan itu—nah ya The Panasdalam yang punya imam besar bernama Pidi Baiq itu punya lagu keren dan solutif. Judulnya ‘Tenang Saja’.” —tanpa di aba-aba pun dia bernyanyi.

Tenang saja, perpisahan tak menyakitkan

yang menyakitkan adalah bila habis ini saling benci

Bahwa kita pernah, selalu bersama-sama

lalu kita sadar bahwa kita harus berpisah.

Si An nyanyi begitu doang, lalu ia terangkan lagi tentang komunikasi hubungan dan psikologi pacaran serupa dosen Fakultas Humaniora gitu, “Mana ada yang mau berpisah mas? Mana ada perempuan ingin bersikap dewasa namun dihalang-halangin sama laki-laki dengan alasan kita lebay. Lalu dengan apalagi agar semua yang dilakukan perempuan itu tidak hanya di mata laki-laki.”

Kami pun kenyang dan membikin tali simpul bersama-sama bahwa satu waktu aku bertemu dengan perempuan macam si An dan di waktu yang lain bertemu dengan orang macam teman-teman sebangku di kedai kopi. Di sanalah saya ditempa untuk terus belatih menjadi pendengar yang baik—kemudian mencatatnya menjadi satu file ingatan hingga nanti dikembalikan ke khalayak umum lagi—yang bukan diriku.

Karena mau tidak mau—kisah dari luar dirimu yang masuk, alangkah baiknya kembali keluar dari dirimu di waktu yang lain guna berbagi pengalaman jejak kehidupan dengan media apapun yang kita punya dan sanggup dilakukan.

Aku membalas pesan dia kemudian, “Hai juga Mantan, saya bahagia seperti kamu bahagia sekarang.”

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: hubunganMantanMantan Sudah BahagiaMasa Lalu
H.R. Nawawi

H.R. Nawawi

Jika di dunia hanya ada dua pilihan antara riang dan menangis. Saya memilih menangis. Kehampaan.

ArtikelTerkait

jeda 4 cara komunikasi yang perlu dihindari agar ldr awet mojok.co

Mau LDR Awet? 4 Cara Komunikasi Ini Perlu Dihindari

18 Juli 2020
selamat ulang tahun

Caranya Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Menentukan Seberapa Penting Engkau Bagi Seseorang

22 Mei 2019
warisan balas budi kepada orang tua mojok

Kita Tidak Perlu Sok Dewasa di Depan Orang Tua

24 November 2020
lelaki curhat mantan

Para Lelaki yang Hobi Curhat Tentang Mantan

23 Mei 2019
masa lalu

Avengers: Endgame – Mengulang Masa Lalu Manis Bersama Mantan Tidak Semudah Itu, Sayang!

10 Mei 2019
gebetan

Mungkinkah Nembak Gebetan dengan Tingkat Keberhasilan Sampai 99,99%? (Lanjutan)

1 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.