ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Habis Telat Terbit Buru-Buru dan Bunyi Klakson di Lampu Merah yang Masih 5 Detik

Alfian Widi Santoso oleh Alfian Widi Santoso
2 Maret 2020
A A
buru-buru

Habis Telat Terbit Buru-Buru dan Ngeklakson di Lampu Merah yang Masih 5 Detik

Share on FacebookShare on Twitter

Budaya terburu-buru sangat berkaitan dengan budaya telat. Karena buru-buru bersumber dari telat itu sendiri. Makanya nggak heran kalau banyak orang suka main klakson ketika lampu merah hitungannya bahkan masih 5 detik lagi. Yang kayak gitu tuh ya akan tetap mengakar jika kita nggak memutuskan rantai kebodohan itu.

Buru-buru juga menjadi faktor yang menyebabkan seringnya kasus kecelakaan yang terjadi di Indonesia, selain mengantuk tentu saja. Mengantuk mungkin terjadi pada kalangan pengendara truk, tapi terburu-buru biasanya terjadi ke semua kalangan. Dan ini semua, saya pikir karena payahnya manajemen waktu orang-orang. Kalau ini sih saya pikir sudah bukan rahasia lagi. Saya yakin kalian juga menyadarinya sendiri.

Kasus seperti itu juga terjadi di kalangan pelajar kayak saya, apalagi kalangan pelajar STM—Sekolah Tidak Mikir, eh bercanda hehe… STM (Sekolah Teknik Menengah). Teman-teman saya itu, kalau sampai sekolah gak ada yang jam 6.00, tapi jam 6.30an padahal jam masuknya 6.45. Saya yang datang lebih pagi malah dihujat karena kepagian. Tapi yah mau gimana lagi, kalau gak berangkat jam 5.30an, bisa-bisa dibilang “gausah sekolah” sama emak—karena jarak antara sekolah dan rumah itu 15km.

Budaya buru-buru ini menjadi keseharian kehidupan masyarakat Jakarta. Saya punya teman kesenian di Jakarta yang pernah bercerita tentang kerasnya metropolitan apalagi saat macet, byuhhh… kita harus ancang-ancang, jika tempat tujuan jauh dan rundown acaranya itu malam—sekitar setelah maghrib—maka kita harus berangkat dari rumah itu sekitar jam 1 siang, dan yang lebih parah lagi adalah ketika berada di perempatan yang banyak lampu lalu lintasnya, warna kuning bukan lagi bermakna hati-hati, tapi bermakna “gas cepat woi orang kurang pinter”.

Sama juga dengan cerita mas Agus Mulyadi, bahwasanya di Ngayogyakarto yang menurut saya, tempat itu ternyata jauh sekali dengan filosofi jawa yang berbunyi “Alon-alon asal kelakon” dan perilaku jawa yang bersifat hati-hati. Di Yogya ternyata saat lampu merah masih 5 detik pun diklakson agar lebih cepat, dan bahkan kata mas Agus Mulyadi “Itu adalah naluri yang sudah tertanam di otak”.

Beberapa contoh tadi adalah sebuah cerminan dari masyarakat terburu-buru dan tanda tingkat interaksi sosial yang rendah sekali, yah maklum juga namanya kota sibuk, pagi dan petang sama ramenya. Kenapa saya bilang tanda tingkat interaksi sosial yang rendah sekali? Karena di saat itu juga kita bisa menandai bahwa orang-orang sudah tidak tahu arti kata memaklumi, dan lebih mengerti “siapa cepat, dia dapat” atau “makan atau dimakan”. Serta perilaku metropolitan itu terdampak juga dalam interaksi antar tetangga, karena kita dapat lihat saja dari semboyan masyarakat individualis yang suka sekali berkarir “berangkat pagi, pulang petang”. Begitu saja bisa mewakili kan?

Eh Kenapa saya bicara tentang sosiologi? Eh itu tadi saya beneran bicara sosiologi kan? Atau sebenarnya antropologi?

Masyarakat buru-buru ini seakan terpenjara oleh waktu yang kian berjalan terus-menerus, dan kita seharusnya membuang jauh-jauh penjara waktu, karena waktu itu berjalan secara seadanya, bukan berjalan mengejar kalian. Jika saja kalian dipenjara atau dikejar-kejar waktu maka tingkat stres kalian akan bertambah lebih berat dan bisa menjadi depresi

Maka saran saya, pakai saja rumus “alon-alon asal kelakon” dan “lebih baik berangkat mengawali daripada terlambat”, yah walaupun itu tidak akan 100% bekerja di masyarakat, karena kita juga harus lihat-lihat keadaan kota juga. Kalau di Jombang sendiri, walaupun mengendarai kendaraan dengan santuy pasti gak terlambat.

Jangan pernah terburu-buru ya guys, daripada mati ditengah jalan atau dimarahin sama orang, keep slow dude, remember your family.

BACA JUGA Bunyi Klakson Ibukota yang Bikin Sakit Telinga atau tulisan Alfian Widi Santoso lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Maret 2020 oleh

Tags: buru-buruKemacetanLampu Merah
Alfian Widi Santoso

Alfian Widi Santoso

ArtikelTerkait

Perempatan Madukismo Menyimpan Bahaya bagi Pengendara: Nggak Ada Lampu Lalu Lintas, Rawan Kecelakaan

Perempatan Madukismo Menyimpan Bahaya bagi Pengendara: Nggak Ada Lampu Lalu Lintas, Rawan Kecelakaan

11 September 2023
Tak Ada yang Lebih Tabah dari Pengguna Jalan Perempatan Gedangan Sidoarjo

Perempatan Gedangan, Titik Neraka Kemacetan di Sidoarjo yang (Hampir) Nggak Mungkin Bisa Diatasi

9 September 2023
3 Penyebab Kemacetan Paling Menyebalkan yang Bikin Mati Tua di Jalan

3 Penyebab Kemacetan Paling Menyebalkan yang Bikin Mati Tua di Jalan

5 September 2023
4 Perbedaan Wisuda di Jepang dan Indonesia Terminal Mojok

Kebijakan Wisuda Tiap Bulan Adalah Niat Baik yang Efeknya Jelas Nggak Baik

5 September 2023
Kiat Menghindari Macet di Jogja selain dengan Rebahan Terminal Mojok

Jogja Bukan Lagi tentang Pariwisata dan Budaya tapi Macet dan Pengendara Mobil yang Lelet!

29 Agustus 2023
Menghitung Lampu Merah Semarang-Solo: Sebuah Penelitian Abal-abal yang Muncul dari Pikiran Super Random

Menghitung Lampu Merah Semarang-Solo: Sebuah Penelitian Abal-abal yang Muncul dari Pikiran Super Random

7 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Saat Tempe Mendoan Jadi Perdebatan Baru di Dunia Kuliner Netizen Indonesia

Saat Tempe Mendoan Jadi Perdebatan Baru di Dunia Kuliner Netizen Indonesia

beasiswa bidikmisi

Nggak Semua Penerima Beasiswa Bidikmisi Itu Tukang Hedon dan Foya-Foya

Menyebut Shinichi Kudo Jelek Itu Adalah Kejahatan Paling Hakiki

Menyebut Shinichi Kudo Jelek Itu Adalah Kejahatan Paling Hakiki



Terpopuler Sepekan

Mati Tua di Jalanan Yogyakarta sumbu filosofis jogja unesco

7 Catatan Masalah di Sumbu Filosofis Jogja yang Kini Resmi Jadi Warisan Dunia UNESCO

oleh Prabu Yudianto
22 September 2023

Guru Bimbel, Profesi Paling Pengertian di Dunia

Guru Bimbel, Profesi Paling Pengertian di Dunia

oleh Bintang Ramadhana Andyanto
24 September 2023

4 “Dosa Besar” Penjual Pisang Goreng (Unsplash)

4 “Dosa Besar” Penjual Pisang Goreng

oleh Hery Prasetyo Laoli
25 September 2023

7 Rekomendasi Film Jepang Original Netflix, Ada Horor hingga Fantasi

7 Rekomendasi Film Jepang Original Netflix, Ada Horor hingga Fantasi

oleh Eko Saputra
22 September 2023

Pasar Malam Kramat Jati, Pasar Unik dengan Konsep Drive Thru

Pasar Malam Kramat Jati, Pasar Unik dengan Konsep Drive Thru

oleh Muhammad Arifuddin Tanjung
21 September 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=UYaA2xiqS2A

DARI MOJOK

  • Jurusan IPS SMA Bisa Jadi Apa? Berikut Jurusan Kuliah hingga Prospek Kerjanya
  • Sejak Deklarasi Anies-Imin, Elektabilitas NasDem Melejit, PDIP-Gerindra Turun
  • Warga Kediri Tidak Perlu Repot-repot ke Malang untuk Kuliah di Universitas Brawijaya
  • Di Jogja Puluhan Orang Ikuti Lomba Tarik Lokomotif Seberat 80 Ton
  • 5 Dampak Kaesang Jadi Ketum PSI, Ada yang Berefek ke Jokowi
  • Kisah Mahasiswa UNY Bertahan Hidup di Jogja Bermodalkan Rp250 Ribu per Bulan
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!