Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Ironi Profesi Guru: Mengajar Anak Orang Sampai Pintar, tapi Anak Sendiri Nggak Diperhatikan

Sugeng Riyanto oleh Sugeng Riyanto
17 Mei 2024
A A
Ironi Profesi Guru: Mengajar Anak Orang Sampai Pintar, tapi Anak Sendiri Nggak Diperhatikan Mojok.co

Ironi Profesi Guru: Mengajar Anak Orang Sampai Pintar, tapi Anak Sendiri Nggak Diperhatikan (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bekerja sebagai guru itu susah. Di satu sisi ingin turut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berbagai cara. Di sisi lain, sering kepentok berbagai macam kebijakan yang merepotkan. Belum lagi menghadapi wali murid dan berbagai tuntutannya. 

Lebih berat dari itu, bekerja sebagai guru itu ironi. Pekerjaannya mengajar dan mendidik anak-anak bangsa supaya menjadi sosok yang berguna. Di sisi lain, anak-anaknya sendiri di rumah jadi kurang terurus. 

Hal di atas sangat memungkinkan, mengingat tuntutan menjadi guru saat ini begitu menguras energi dan waktu. Bayangkan saja, guru harus memenuhi jam kerja tertentu di sekolah, belum lagi membuat soal, mengoreksi tugas, dan segudang tugas administratif lain. Waktunya benar-benar habis untuk pekerjaan.  

Stereotipe banyak waktu luang itu nggak sepenuhnya benar

Stereotip guru memiliki waktu luang itu sangat kuno. Ini mungkin saja benar di masa lalu, ketika profesi ini belum punya waktu kerja yang jelas. Dahulu sangat mungkin guru pulang ketika murid-murid pulang. Memungkinkan juga guru yang rumahnya dekat sekolah pulang di antara sela-sela mengajar. 

Akan tetapi, tidak dengan masa sekarang yang sudah menggunakan daftar kehadiran digital. Semua pegawai di sekolah diwajibkan datang dan pulang di waktu yang sama. Sekolah Dasar Negeri di Jakarta misalnya, walau para murid pulang jam dua belas, guru akan tetap berada di sekolah hingga jam tiga sore. 

Waktu yang cukup panjang di sekolah sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk melakukan tugas-tugas selain mengajar. Misal, membuat soal ujian, mengoreksi jawaban siswa, atau tugas administrasi lain. Saking banyaknya tugas, terkadang waktu itu saja tidak cukup. Tidak jarang guru juga harus lembur di luar jam kerja untuk mengikuti webinar atau pelatihan online. 

“Terjebak” jadi guru

Waktu yang tidak fleksibel dan beban kerja yang menumpuk sudah menjadi rahasia umum. Bahkan, tidak sedikit yang menyadari menjadi guru berarti mengorbankan waktu bersama keluarga dan anak-anak. 

Akan tetapi, saya masih heran hingga saat ini masih ada saja mereka yang ingin menjalani profesi ini. Awalnya saya benar-benar ingin mengapresiasi pilihan mereka. Namun, semakin ke sini saya mengamati, sepertinya mereka yang menjadi guru juga berasal dari keluarga pengajar. 

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Begini, hampir 95 persen teman saya yang terjun ke dunia ini pasti punya latar belakang keluarga pengajar. Entah ayahnya, ibunya, tantenya, atau simbahnya pasti ada yang pernah menjadi guru. Itu sama sekali nggak salah sih, tentu lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pilihan cita-cita pekerjaan seseorang.

Hanya saja, saya jadi menyangsikan niat menjadi guru. Apakah benar-benar ingin mencerdaskan kehidupan bangsa? Atau memang selama ini hanya terpaksa atau kurang terpapar dengan pilihan profesi lain. Ini bukan berarti guru yang “pure blood” atau berasal dari keluarga guru tidak berkualitas ya. 

Di atas dilema guru yang paling terasa selama ini. Sistem pendidikan yang berubah-ubah menuntut pengajarnya  mampu terus beradaptasi. Sebenarnya tidak jadi masalah kalau perubahan terjadi demi kualitas pendidikan yang lebih baik. Hanya saja, perlu juga dipertimbangkan kemampuan dan kesejahteraan gurunya. Jangan sampai dari hari ke hari mereka terus menerus bekerja hingga nggak punya waktu untuk anak dan keluarga. 

Penulis: Sugeng Riyanto
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 5 Ciri Orang yang Sebaiknya Nggak Usah Jadi Dosen. Pikir Ulang Sebelum Terjun ke Profesi Ini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2024 oleh

Tags: anak gurugurukeluarga guruSekolah
Sugeng Riyanto

Sugeng Riyanto

Seorang guru di salah satu SDN di Jakarta. Suka membaca buku, ngopi, nonto resume film di youtube, dan gorengan yang tak terlalu panas. Penulis buku “Pendidikan Tanpa Sekolah”.

ArtikelTerkait

UU Perlindungan Guru, Hal Darurat yang Harus Segera Digarap agar Masa Depan Negara Ini Tak Semakin Gawat

UU Perlindungan Guru, Hal Darurat yang Harus Segera Digarap agar Masa Depan Negara Ini Tak Semakin Gawat

30 Oktober 2024
5 Hal yang Akan Saya Bawa Saat No Backpack Day kalau Masih Sekolah Terminal Mojok.co

5 Hal yang Akan Saya Bawa Saat No Backpack Day kalau Masih Sekolah

25 Mei 2022
Wakasek Kesiswaan, Jabatan di Sekolah yang Paling Nggak Enak

Wakasek Kesiswaan, Jabatan di Sekolah yang Paling Nggak Enak

10 Januari 2023
Seharusnya Pemerintah Bikin Sekolah Khusus untuk Calon YouTuber terminal mojok.co

Seharusnya Pemerintah Bikin Sekolah Khusus untuk Calon YouTuber

6 November 2020
Derita Jadi Lulusan PPG: Statusnya Saja Guru Profesional, tapi Cari Kerja Tetap Susah Mojok.co

Derita Jadi Lulusan PPG: Statusnya Saja Guru Profesional, tapi Cari Kerja Tetap Susah

24 September 2025
5 Hal Nggak Enaknya Jadi Guru di Desa terminal mojok

5 Hal Nggak Enaknya Jadi Guru di Desa

17 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga Mojok

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga

11 Desember 2025
Saya Bangga Setengah Mati Lahir dan Besar di Kebumen (Unsplash)

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

10 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi
  • UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan
  • Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.