Katanya, gunung dengan ketinggian 1000-an mdpl itu cocok buat pemula, katanya. Nah, hal itulah yang bikin Gunung Andong kerap jadi rujukan bagi para pendaki pemula. Tingginya yang “hanya” 1726 mdpl itu bikin gunung ini kerap dianggap jadi gunungnya para pemula.
Tapi, karena ketinggiannya yang “hanya” segitu, bikin banyak orang meremehkannya. Bahkan bagi pemula sekalipun. Salah satunya, saya.
Gunung Andong adalah gunung pertama yang saya daki. Saya memilih Andong alasannya sederhana: karena aman untuk pemula. Cuma 1-2 jam menuju puncak. Tentu saja saya tertarik dan gas saja mendakinya. Satu-dua jam menuju puncak, siapa yang nggak tertarik?
Tibalah hari pendakian. Saya mendaki bersama dua kawan yang berpengalaman. Tentu, meski gunung pemula, saya tak mau kelewat gegabah. Tapi, saya masih meremehkan Andong. Masih menganggapnya biasa saja, meski saya pemula. Hari itu juga, saya merasa bahwa saya jadi orang terbodoh sedunia.
Dibikin sadar oleh Gunung Andong
Saya mendaki via Sawit, yang nantinya akan melalui anak tangga sebelum bertemu persimpangan jalur lama dan baru. Tapi, baru sampai titik itu saja, lutut saya sudah gemetar. Hilang sudah kesombongan dan senyum meremehkan yang ada di angan. Gemetar lutut saya jauh lebih nyata ketimbang hal-hal abstrak yang ada di kepala.
Kawan saya memilih jalur yang landai. Okelah, lebih mudah, pikir saya, dan mulai percaya bahwa Gunung Andong beneran cocok untuk pemula. Tapi, lagi-lagi saya salah. Gemetar di lutut makin menjadi, nafas saya tersengal. Ketinggian tidak membantu saya sama sekali, karena oksigen tentu saja menipis.
Selang 2,5 jam perjalanan kami pun sampai di puncak makam yang nahasnya hanya terlihat kabut tebal bila sejauh mata memandang. Sudah lutut gemetar, lelah saya tidak terbayar. Hash.
Saat lelah mulai reda, kami memutuskan untuk turun melalui jalur lama yang ternyata cukup ekstrem. Bagaimana tidak, jalur lama tidak memiliki jalur landai sama sekali, melainkan hanya berupa anak tangga.
Lutut saya tiada habis gemetar menopang tubuh saya menuruni tangga di Gunung Andong. Kami memutuskan istirahat sejenak lalu melanjutkan perjalanan sembari menahan ngilu pada lutut serta gemetar.
Sayangnya penderitaan tak berhenti di situ saja. Beberapa jam setelah pendakian, saya hampir tidak bisa berjalan, dan penderitaan tersebut berlangsung selama lebih dari 3 hari. Tentunya ini sangat menyiksa. Gunung pemula apanya.
Kesalahan yang sering diabaikan pemula saat mendaki Gunung Andong
Tapi bagaimanapun, itu semua salah saya. Sebenarnya ya, Gunung Andong memang cocok untuk pemula. Sayanya aja yang nggak cocok mikirnya. Mentang-mentang gunung pemula, saya memilih untuk mengabaikan hal-hal esensial.
Yang pertama, jelas, saya kurang persiapan fisik. Jelas, lutut gemetar itu adalah tanda saya kurang persiapan. Padahal otot kaki penting untuk dilatih agar siap melibas medan yang terjal.
Kedua, kesalahan pendaki pemula saat menaiki gunung berketinggian rendah adalah menganggap enteng dan tak banyak riset. Selain meningkatkan risiko tersesat, kurangnya pemahaman jalur membuat kesiapan fisik hingga perlengkapan pendakian menjadi kurang memadai.
Yang ketiga, dan paling penting, terkadang pendaki terlalu memaksakan dirinya di jalur pendakian. Padahal tidak ada salahnya untuk memulihkan tubuh sejenak agar siap memulai perjalanan kembali. Untuk itu, walaupun mendaki bersama seseorang yang berpengalaman, bila merasa belum dapat mengikuti langkahnya tidak ada salahnya bila meminta istirahat sejenak.
Bila kesiapan fisik belum merasa cukup untuk menaiki Gunung Andong. Maka gunung dibawah ini lebih cocok menjadi sarana latihan bagi para pendaki pemula.
Gunung Tidar
Dikenal dengan istilah “Pakunya Tanah Jawa”, Gunung Tidar lebih tepatnya merupakan sebuah bukit berketinggian 503 mdpl. Untuk itu gunung di tengah Kota Magelang ini dapat ditempuh selama 30 menit perjalanan dengan kondisi jalur anak tangga semen sehingga lebih aman untuk latihan.
Gunung Giyanti
Bila ingin lebih naik level saat latihan pendakian maka Gunung Giyanti menjadi solusinya. Gunung berketinggian 1.200 mdpl ini berada di Kecamatan Windusari yang dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan dengan kondisi jalur tanah menanjak yang tidak ekstrim.
Gunung Andong tetaplah gunungnya pemula. Tapi, jangan pernah diremehkan. Atau nantinya jadi kek saya, lutut gemetar, nafas tersengal, 3 hari di kasur tanpa bisa bergerak. Ah, kebodohan masa muda.
Penulis: Selia Dwi Amara
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pengalaman Horor Menyusuri Jalur Pendakian Gunung Andong Saat Tengah Malam
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















