Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Glenmore, Sepetak Skotlandia di Tanah Jawa

Fareh Hariyanto oleh Fareh Hariyanto
21 September 2022
A A
Glenmore, Sepetak Skotlandia di Tanah Jawa

Glenmore, Sepetak Skotlandia di Tanah Jawa (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Glenmore bukan sembarang daerah, begitu pikir saya sewaktu mendengar nama salah satu kecamatan di Banyuwangi ini. Saya baru ini mendengar nama daerah di Indonesia yang Eropa banget, dan saya menemukannya di Banyuwangi.

Sampai akhirnya saya mendapatkan buku milik Arif Firmansyah dan M Iqbal Ferdian yang berjudul Sepetak Eropa di Tanah Jawa. Mulai dari situ saya baru tahu jika Kecamatan Glenmore di Banyuwangi memiliki sejarah panjang dalam masa kolonialisme.

Di masa Kolonial Belanda itulah sejarah Glenmore dimulai. Semua bermula pada 1906, saat Pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan mengundang sejumlah investor Eropa untuk membuka perkebunan di wilayah Banyuwangi.

Pengusaha Eropa pun datang ke Banyuwangi kala itu, salah satunya adalah Ros Taylor dari Skotlandia. Dia membeli lahan di sebelah selatan lereng Gunung Raung seluas 163.800 hektare dari Pemerintah Belanda.

Sejurus kemudian pada 2 Februari 1910, Ros Taylor memulai kegiatan usaha perkebunannya. Untuk menunjang kegiatan bisnisnya dia juga membangun, Glenmore Estate yang tempatnya kini berada di Desa Margomulyo. Tahun itulah awal mula kawasan ini disebut dengan Glenmore hingga bertahan sampai sekarang.

Secara etimologi, kata Glenmore berasal dari bahasa Gaelik, bahasa asli Skotlandia yang sudah digunakan sejak abad-12. Sementara secara harfiah, Glenmore berarti bukit besar (great glen), dengan arti luas suatu kawasan atau daerah di dataran tinggi dengan hamparan tanah luas perbukitan serta berhawa sejuk.

Secara geografis Kecamatan Glenmore berada di ujung barat Kabupaten Banyuwangi, yang berbatasan dengan Kecamatan Kalibaru, wilayah paling ujung di Barat Banyuwangi. Kecamatan Glenmore memiliki luas wilayah 368,89 Kilometer yang dibagi ke dalam tujuh desa dengan potensi pertanian dan perkebunan besar mendominasi didalamnya.

Nuansa Eropa masih bertahan hingga kini, 112 tahun setelah kedatangan Ros Taylor. Bagi kalian yang berencana mengunjungi Glenmore, saya beri rekomendasi tempat-tempat yang harus dikunjungi.

Baca Juga:

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

Pesanggaran, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Banyuwangi

#1 PT Perkebunan Glenmore

Berada di wilayah Desa Margomulyo, perusahaan ini merupakan embrio munculnya Glenmore di kawasan Banyuwangi. Tempat ini merupakan pabrik yang dulu saat awal dibangun oleh Ros Taylor.

Saat kalian datang ke sini, kalian akan disambut lokomotif uap di halaman pabrik. Pada bagian mesin lokomotif, tertulis Ruston Proctor & CL Lincoln England, sebuah perusahaan yang memproduksi mesin teknologi pertanian tenaga uap terbesar sejak 1857.

Tidak berhenti di situ, di bangunan utama yang digunakan untuk tempat tinggal Sinder tetap mempertahankan arsitektur bangunan dengan gaya Eropa. Sinder secara etimologi berasal dari bahasa Belanda “Opziener” atau “Opzichter. Ini digunakan untuk menyebut pengawas pekerja di area Perkebunan.

#2 Pipa Sarengan

Untuk mendukung kegiatan ekonomi Belanda, banyak infrastruktur dibangun. Tak terkecuali di Glenmore, ada pipa air sepanjang 500 meter yang dibangun untuk tujuan yang sama. Pipa ini masih berfungsi hingga kini, dan jadi media pengaliran air di Desa Margomulyo.

Selain mengairi berhektar-hektar lahan persawahan dan air minum warga, Pipa Sarengan ini juga memenuhi kebutuhan air di Pabrik Perkebunan Glenmore. Pipa ini juga jadi tujuan wisata orang-orang yang berkunjung ke kecamatan ini.

#3 Jembatan Kudung Kendeng Lembu

Jika Surabaya memiliki Jembatan Merah yang memiliki cerita panjang sejarah masa kolonial, Glenmore juga punya. Warga sekitar menyebutnya Jembatan Kudung Kendeng Lembu. Istilah kudung berasal dari bahasa Indonesia yang berarti penutup kepala. Itu muncul lantaran jembatan tersebut memiliki atap sehingga diberi nama oleh masyarakat setempat Jembatan Kudung.

Berada di jalur masuk Perkebunan Kendenglembu di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, lokasi ini berjarak 10 kilometer dari jalur nasional. Jembatan yang saat ini masih tetap digunakan oleh masyarakat sekitar sudah ada sejak 1914.

Jembatan Kudung dibangun oleh perusahaan swasta Belanda yang bernama Landbouw Maatschappij Onderneming David Bernie (NV Rubber Cultur Mij Kendenglembu). Material yang digunakan untuk pembuatan jembatan ini didominasi kayu berdiameter besar, tak heran jika tetap kokoh hingga kini.

Sepetak Eropa di tanah Jawa ini memang patut dikunjungi. Bisa jadi referensi untuk kita, bahwa jika suatu bangunan dibangun dengan rinci dan dirawat, pasti bisa kokoh dan bertahan lama. Hubungan pun juga begitu, kayaknya. Au ah.

Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Melihat Tsunami Banyuwangi, Setelah 28 Tahun Terlewati

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2022 oleh

Tags: BanyuwangiGlenmoreKolonial Belandaskotlandia
Fareh Hariyanto

Fareh Hariyanto

Perantauan Tinggal di Banyuwangi

ArtikelTerkait

Pasuruan Daerah Paling Strategis di Jawa Timur (Unsplash)

Jalur Kereta yang Serba PAS Membuat Pasuruan Menjadi Daerah Paling Strategis di Jawa Timur

6 Agustus 2023
5 Rekomendasi Tempat Berburu Takjil di Banyuwangi, Kulinernya Dijamin Endes!

5 Rekomendasi Tempat Berburu Takjil di Banyuwangi, Kulinernya Dijamin Endes!

18 April 2022
Ironi Liburan di Teluk Hijau Banyuwangi, Disuguhi Pemandangan bak Raja Ampat dan Kehancuran Lingkungan Akibat Tambang

Ironi Liburan di Teluk Hijau Banyuwangi, Disuguhi Pemandangan bak Raja Ampat dan Kehancuran Lingkungan Akibat Tambang

19 Juni 2025
5 Rekomendasi Tempat Berburu Takjil di Banyuwangi, Kulinernya Dijamin Endes!

Plis Banget, Banyuwangi Bukan Kota Santet dan Nggak Perlu Nanya Hal Itu, kayak Nggak Ada Bahasan yang Lain Aja!

16 Juli 2023
Alas Purwo Banyuwangi Itu Nggak Semenyeramkan Itu kok, Kalian Aja yang Lebay

Alas Purwo Banyuwangi Itu Nggak Semenyeramkan Itu kok, Kalian Aja yang Lebay

9 Oktober 2023
Sudah Saatnya Banyuwangi Punya Transportasi yang Mumpuni seperti Kota-kota Besar Lain Mojok.co

Sudah Saatnya Banyuwangi Punya Transportasi yang Mumpuni seperti Kota-kota Besar Lain

10 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.