Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Gitasav Adalah Bukti Sulitnya Perempuan untuk Punya Pilihan

Fatimatuz Zahra oleh Fatimatuz Zahra
21 Agustus 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Gita Savitri Devi atau yang biasa dikenal dengan sebutan Gitasav adalah seorang diaspora Indonesia di Jerman. Belakangan, ia sedang menjadi bahan perbincangan netizen karena menyampaikan pilihannya dan pasangan untuk childfree atau tidak memiliki anak melalui IG story. Sebenarnya, ini bukan kali pertama keputusan pribadinya tersebut ia sampaikan di ruang publik. Sebelumnya, di channel YouTube seorang psikolog, ia juga pernah menyampaikan hal serupa. Tapi yang kali ini, reaksi netizen lebih ramai dibanding sebelumnya.

Seperti yang bisa kita duga, respons pembaca IG story tersebut terbagi dua: ada yang setuju, tapi banyak yang menghujat. Sebagian besar dari yang setuju, mereka merasa isi hati dan argumennya terwakilkan. Sedangkan yang tidak setuju, memiliki argumen yang lebih beragam, mulai dari merasa argumen Gita berbahaya karena tidak sesuai ajaran agama, kodrat perempuan, dan lain-lain. Yang lebih aneh, banyak juga yang melempar argumen dengan memperlawankan pilihan Gitasav dengan pilihan perempuan lain yang memilih untuk memiliki keturunan.

Anggapan bahwa “keputusan” perempuan untuk punya anak itu adalah keharusan dan bukan pilihan, membuat kebanyakan dari kita membenarkan pikiran bahwa childfree adalah sebuah kesalahan. Pasalnya, perempuan memiliki rahim dan organ reproduksi lainnya, kita beranggapan bahwa memfungsikannya dengan memiliki anak adalah sebuah keharusan.

Tidak sampai di situ, nantinya cara melahirkan, mengasuh, dan memberikan pendidikan pada anak pun akan turut dibebankan kepada perempuan sebagai sebuah keharusan peran sebagai ibu. Berbeda dengan menjadi ayah, nggak ada yang bilang, “Kamu belum jadi ayah seutuhnya kalau belum….”

Mitos keharusan tersebut yang agaknya mendorong banyak komentar miring terhadap keputusan Gitasav dengan cara membenturkannya pada keputusan perempuan lain. Alih-alih menghargai cerita Gita tentang dirinya, kita justru seolah ingin menegaskan kepada Gita bahwa keputusan yang ia buat adalah kesalahan yang harus segera diluruskan. 

Hujatan yang dialami Gitasav ini menjelaskan kepada kita kenapa banyak sekali perempuan di sekitar kita yang kalau ditanya ingin apa dalam hidupnya, mereka akan bilang “nggak tahu”. Atau, kalaupun dijawab lebih panjang, kemungkinan jawabannya adalah untuk orang lain, baik suami/anak/orang tua, dan lain-lain.

Perempuan-perempuan itu bersikap demikian bukan karena nggak punya keinginan. Namun, mereka nggak siap dengan respons orang sekitar. Mereka nggak siap dengan apa yang akan ia dengar jika orang lain tahu keinginannya tersebut.

Jangankan untuk bertanya kepada dirinya sedang menginginkan apa. Banyak dari mereka bahkan nggak tahu kalau mereka boleh punya keinginan dalam hidupnya. Mereka merasa jadi perempuan memang demikian kodratnya, tidak ada pilihan lain.

Baca Juga:

4 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Perempuan Sebelum Tinggal di Kos Campur

Aturan Tidak Tertulis di Toilet Perempuan yang Perlu Diperhatikan agar Sama-sama Nyaman

Childfree pilihan Gitasav dan menjadi ibu yang merupakan pilihan perempuan lain, harusnya bukan hal yang perlu dipertentangkan. Selain karena mereka sendiri yang akan bertanggung jawab terhadap pilihannya, kita juga tidak berhak memutuskan apa pun untuk kehidupan orang lain sebagaimana halnya orang lain kepada kita. Kalau kita bisa ikut bahagia dan terharu mendengar cerita perempuan yang memilih berjuang supaya memiliki keturunan, kenapa kita tidak bisa bangga dengan Gitasav dan perempuan lain yang menyadari bahwa dirinya merdeka dan punya pilihan untuk tidak punya anak?

Salah satu argumen netizen yang tidak mendukung keputusan Gitasav menganggap bahwa perjuangan para perempuan yang memiliki anak adalah perjuangan berat menuju rida Allah. Sedangkan Gitasav dan siapa pun yang memilih childfree adalah perbuatan yang menjauh dari rida Allah. Sombong betul kita bisa tahu yang mana jalan menuju rida Allah dan yang bukan. Gimana kalau ternyata keduanya adalah jalan menuju keridaan yang sama?

Kita perlu menormalisasi keleluasaan perempuan untuk memilih, lebih-lebih jika hal tersebut berkaitan langsung dengan fungsi tubuhnya. Pasalnya, kita nggak pernah tahu yang terbaik untuk tubuh orang lain. Jadi, selayaknya kita tidak memaksakan apa pun yang risiko maupun manfaatnya tidak akan ikut kita rasakan.

Kasus ibu dengan baby blues syndrome yang membunuh bayinya, kasus perempuan yang stres karena harus menutupi fakta bahwa suaminya infertil sementara keluarganya membebankan beragam tuduhan pada dirinya, dan berbagai permasalahan perempuan lainnya seharusnya cukup membuka mata kita sebagai sesama perempuan bahwa setiap pilihan melahirkan konsekuensi.

Nggak semua orang harus jadi orang tua sebagaimana nggak semua orang harus childfree juga. Harusnya kita mendukung perempuan untuk dapat memilih secara sadar terhadap apa yang mereka inginkan, tanpa kita pasung dengan cara memperlawankan pilihan.

Kalau masih ada yang bilang bahwa keputusan Gitasav untuk childfree itu egois, marilah kita bersama-sama merenung. Memangnya apa kerusakan yang ditimbulkan Gitasav kalau dia memilih childfree? Dan mana yang lebih egois, memilih untuk childfree tanpa memaksa siapa pun untuk mengikutinya, atau mewajibkan semua perempuan untuk punya anak sambil mengesampingkan fakta bahwa ada banyak perempuan harus menyandang risiko berat baik secara sosial/ekonomi/psikologis/fisik untuk memiliki anak?

Kita butuh lebih banyak kekuatan untuk saling mendukung perempuan. Tidak hanya saat kita sependapat, tapi juga saat perempuan lain mengemukakan pilihan lain yang mungkin kita tidak sepakat.

BACA JUGA Belum Punya Rumah Setelah Lama Nikah Lebih Dimaklumi Dibanding Belum Punya Anak Setelah Lama Nikah dan tulisan Fatimatuz Zahra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: childfreeGitasavPerempuanpunya anak
Fatimatuz Zahra

Fatimatuz Zahra

Sedang belajar tentang manusia dan cara menjadi manusia.

ArtikelTerkait

penyebab motor mogok, Perempuan, Makhluk yang Punya Banyak Alasan untuk Malas Servis Motor

Perempuan, Makhluk yang Punya Banyak Alasan untuk Malas Servis Motor

3 Maret 2020
4 Hal yang Sebaiknya Dipertimbangkan Perempuan sebelum Memutuskan Tinggal di Kos Campur Mojok.co

4 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Perempuan Sebelum Tinggal di Kos Campur

8 April 2025
Romantisme Hollywood Memfasilitasi Kecintaan Kita pada Badboy dan Fakboi terminal mojok.co

Seandainya Saya Jadi Sinta dalam Kisah Ramayana

31 Maret 2020
7 Drama Korea Woman-Centered yang Wajib Kamu Tonton Terminal Mojok

7 Drama Korea Woman-Centered yang Wajib Kamu Tonton

14 Januari 2022
masakan jawa pintar masak perempuan jago masak menikah suami ibu rumah tangga jago masak mojok.co

Perempuan yang Nggak Pintar Masak Jangan Minder, saat Butuh Skill Ini, Kalian Bakal Bisa kok

28 April 2020
5 Merek Makeup yang Sering jadi Korban Palsu, Jangan Sampai Kamu Jadi Korban!

5 Merek Makeup yang Sering Dipalsukan, Jangan Sampai Kamu Jadi Korban!

9 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.