Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran Malah Jualan, Bikin Marketplace Sekalian Aja!

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
2 Mei 2020
A A
doa masuk pasar jualan online trik tips strategi marketing laku shopee cara menjaid star seller mojok

doa masuk pasar jualan online trik tips strategi marketing laku shopee cara menjaid star seller mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Cukup lama tak terdengar deru nyaring kampanye besar-besaran gerakan anti pacaran, belakangan gerakan itu mencuat kembali. Di timeline tweet, Indonesia Tanpa Pacaran sukses nyelip di antara trending. Jumlahnya sampai belasan ribu tweet.

Mula-mulanya media internasional kaliber British Broadcasting Corporation (BBC) yang entah dapat wangsit dari mana sudi menelusuri pergerakan komunitas Indonesia Tanpa Pacaran. Video hasil reportasenya pun tersebar di Twitter. Eks anggota dan mereka yang tak suka pergerakan ini campur baur menebar cuitan Indonesia Tanpa Pacaran.

Saya belum pernah bergabung ke komunitas ini di cabang mana saja. Hanya dapat cerita dari beberapa teman yang kurang beruntung terjebak dalam kubangan Indonesia Tanpa Pacaran. Member komunitas ini umumnya berasal dari mereka yang terlanjur kecewa dengan konsep pacaran.

Mereka yang baru putus atau diputusin pacar, akhirnya terbius buat join. Pokoknya kalau putus yang dibenci pacarannya. Pacaran itu haram, merugikan, merusak akhlak, dan sebagainya. Lebih baik ta’arufan seperti yang diajarkan dalam Islam daripada pacaran bikin galau. Begitu kira-kira bunyi kampanyenya dulu.

Hebatnya satu jutaan orang—dilihat dari followers Instagram-nya—tertarik pada gerakan ini. Meski belum pernah memadu kasih bareng perempuan selain ibu, saya enggan terdaftar dalam komunitas. Apalagi dapat cerita dari teman, kalau para anggota komunitas ini hanya dimanfaatkan oleh si penggagas untuk meraup keuntungan.

Awalnya saya nggak percaya. Maksudnya, kok orang alim nan soleh macam La Ode Munafar tega berbuat semacam itu. Rasa tak percaya tersebut membawa saya akhirnya belakangan ini mengintip akun Instagram Indonesia Tanpa Pacaran. Saya akan beberkan hasilnya pada kamu, iya kamu.

Saat mengetik “Indonesia Tanpa…” sistem Instagram tak langsung merekomendasikan Indonesia Tanpa Pacaran. Saya nggak tahu di antara komunitas ini dan Instagram lagi marahan atau gimana. Fitur pencarian Instagram justru memberi rekomen akun “Indonesia Tanpa Poligami” pada pilihan teratas. Nah, dari sini saya paham, si Instagram tak menyukai poligami.

Lanjut. Saya pun menulis lengkap “Indonesia Tanpa Pacaran”, dan muncul banyak sekali akun di sana. Barangkali itu cabangnya di kota-kota—mirip Markobar gitu. Saya mengklik yang paling atas karena saya pikir itu akun utamanya. Benar saja, followersnya sudah satu juta.

Baca Juga:

Sistem COD: Menguntungkan Buyer, Merugikan Seller

4 Barang dan Jasa “Gelap” yang Tidak Pernah Saya Sangka Dijual di Facebook Marketplace

Menelanjangi akun tersebut, ternyata feed Instagram-nya nggak jelek-jelek amat. Masih lumayan, nggak kalah keren sama akun IG mahasiswa hits di kampus saya. Pesan-pesan bernuansa anjuran supaya meninggalkan budaya pacaran paling banyak di-publish. Nah, menariknya di antara selipan kata-kata provokatif dibalut religi tersebut, ada postingan produk untuk dijual.

Nggak percaya? Cek aja sendiri. Susunan feed diatur sedemikian rupa, sehingga memancing buat tertarik gabung. Ada yang di tengah feed terselip penawaran produk. Bagi kamu-kamu yang belajar ekonomi pasti pahamlah. Saya sendiri menduga ini hanya strategi bisnis semata yang kemungkinan besar tokcer. Iya gimana nggak tokcer? Pakainya hadis dan kutipan ayat, je!

Harganya juga tak merakyat. Minimal kita perlu satu kali nyairin fee penulis Terminal Mojok dulu kalau mau beli marchandise di situ. Namun, semahal berapa saja harganya, saya kok berpikir positif masih ada yang beli. Indonesia Tanpa Pacaran bagai punya ceruk pasarnya sendiri buat menjual segala jenis produknya.

Barangkali mereka cuma butuh satu-dua kata-kata memikat, kemudian pembeli pun berdatangan. Dagangan laris manis. Sesimpel itu berjualan berkedok agama. Saya pelajari dari akun Instagram-nya, Indonesia Tanpa Pacaran ini bisa jadi peluang meraup uang sebanyak-banyaknya loh. Seriusan.

Bahkan nih ya, saya nggak perlu ragu mengatakan gerakan Indonesia Tanpa Pacaran semestinya mulai bergerak untuk bikin semacam marketplace gitu. Andai ide cemerlang ini beneran terwujud, entah lewat aplikasi sendiri atau cuma media sosial, harusnya bisa dikelola member secara kaffah. Karena sayang sekali, komunitas yang terbangun dan tersebar di seluruh Indonesia, sampai diliput BBC segala, nggak menghasilkan pundi-pundi rupiah—buat bosnya.

Jualannya udah kayak Malioboro, lengkap banget soalnya. Marchandise-nya juga macam-macam, seperti jaket, kaos, dan buku. Tentu bukan jaket atau kaos polos yang dijual 30 ribuan, melainkan ditempeli sablonan tulisan-tulisan bernada anti pacaran. Supaya marketnya makin tertarik membeli.

Teruntuk ukh-ukh dan akh-akh anggota Indonesia Tanpa Pacaran sebaiknya juga ikut menjualkan produknya, deh. Mengirimkan produknya sendiri untuk dijual. Boleh aksesoris, furniture, kendaraan, atau apa saja yang bisa dikonversi jadi duit.

Buntutnya member nggak cuma menerima dogmanya saja, dapat uang juga. Nanti lewat satu platfrom saja: Indonesia Tanpa Pacaran. Mirip-mirip Koperasi Unit Desa (KUD) yang jualan produk UMKM gitu sih.

Nggak usah khawatir mikirin siapa yang mau beli. Indonesia Tanpa Pacaran punya basis pembelinya sendiri, kok. Tenang saja, bakal dibantu promosi kan bisa. Komunitas punya stok hadis dan ayat sebagai bahan advertensi.

Daripada lagi-lagi yang jualan akhwat La Ode Munafar, mending semuanya aja ikut jualan. Meramaikan marketplace yang telah dibangun. Bisa juga nanti yang dijual tak hanya buku-buku karya La Ode Munafar. Lagipula saya heran, pengikut jutaan, tapi yang nulis buku satu orang itu melulu. Akh, mengapa anggotanya nggak diajarin nulis, toh?

Sebenarnya mereka bisa membantu mewujudkan ribuan buku bertema Indonesia Tanpa Pacaran loh, akh. Beban akh La Ode Munafar jadi lebih ringan. Target menulis ribuan buku itu bukan urusan enteng akh, ibarat mendamba Amin Rais duduk di kursi RI satu.

Paling tidak dengan marketplace mampu menyejahterakan para anggota. Lewat situ pula perekonomian anggota Indonesia Tanpa Pacaran mudah-mudahan agak terbantu, asal nggak ada yang main belakang aja.

Siapa tahu entar bisa bersaing dengan Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan sebangsanya—walau sekadar angan-angan. Gimana ide saya ini menurut ukhti dan akhwat sekalian? Cocok? Gaskeun!

BACA JUGA Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! dan tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 2 Mei 2020 oleh

Tags: Indonesia tanpa pacaranmarketplace
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

Meskipun Nggak Pernah Pacaran Saya Ogah Ikut Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran terminal mojok.co

Meskipun Nggak Pernah Pacaran Saya Ogah Ikut Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran

4 Mei 2020
Lika-liku Kurir Paket: Paket Banyak, Sambat. Paket Dikit, Bingung

Lika-liku Kurir Paket: Paket Banyak, Sambat. Paket Dikit, Bingung

29 Agustus 2022
jualan di facebook terminal mojok

Orang yang Jualan di Facebook Kasih Harga Rp123456789 Itu Kenapa, sih?

27 September 2021
Belajar dari Kasus Beli Genteng di Tokopedia, Pentingnya Jadi Smart Buyer Terminal Mojok.co

Belajar dari Kasus Beli Genteng di Tokopedia, Pentingnya Jadi Smart Buyer

2 Maret 2023
4 Barang dan Jasa “Gelap” yang Tidak Pernah Saya Sangka Dijual di Facebook Marketplace Mojok.co

4 Barang dan Jasa “Gelap” yang Tidak Pernah Saya Sangka Dijual di Facebook Marketplace

30 Juni 2025
Riset Terbaru, Tokopedia Paling Memuaskan Dibanding 5 Marketplace Lain mojok.co

Riset Terbaru, Tokopedia Paling Memuaskan Dibanding 5 Marketplace Lain

28 April 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.