Gen Z memang lebih suka cashless. Waktu nggak punya uang cash aja bukannya ke ATM malah tarik tunai sama temen sendiri.
“Ada cash nggak? Aku mau, yaaa, nanti aku transfer!”
Itu adalah sepotong dialog familier yang hampir setiap waktu saya dengar. Kalau dipikir-pikir, kok ada ya budaya semacam ini? Ini adalah kebiasaan menarik anak muda masa kini di mana mereka berhasil menarik tunai uang tanpa perlu pergi ke ATM. Ya, kebiasaan ini cukup relevan dengan Gen Z yang memang lebih suka budaya cashless.
Cashless merupakan transaksi non-tunai yang memang digemari oleh anak generasi sekarang. Hal ini cukup bisa diterima karena mereka memang tumbuh dalam dunia yang serba digital. Bahkan, bisa dibilang, budaya cashless ini adalah bagian integral dari kehidupan mereka yang tak terpisahkan. Integral banget nggak tuh?
Sebenarnya apa sih yang membuat budaya cashless Gen Z ini begitu menarik? Kenapa mereka bisa hidup dengan uang digital dan apa pengaruhnya terhadap gaya hidup mereka?
Daftar Isi
Gen Z mending ketinggalan dompet daripada handphone
Pernah kebayang nggak sih kalau kehidupan kita bisa berubah sedrastis ini? Dulu, dompet adalah benda paling krusial yang harus dibawa ke mana-mana. Tapi sekarang, Gen Z lebih memilih ketinggalan dompet daripada handphone.
Kenapa bisa gitu? Ya karena hampir semua transaksi bisa dilakukan lewat ponsel. Bayangkan saja, bungkus warteg tapi bayar pakai QRIS. Sudah gitu kalau nggak bisa ambil uang di ATM karena dompet ketinggalan, tetap masih bisa ambil uang lewat ATM dengan tarik tunai tanpa kartu. Atau kalau mau gampang lagi ya sudah nggak usah sekalian ke ATM, tarik tunai sama teman sendiri aja, tinggal transfer pakai m-banking yang ada di handphone. Beres.
Semua tentang efisiensi
Di era digital ini, segala sesuatu diukur dari seberapa cepat dan praktis prosesnya, termasuk dalam hal transaksi keuangan. Sistem pembayaran cashless memberikan kebebasan dan efisiensi yang sangat dihargai oleh Gen Z. Bayangkan saat mereka naik transportasi umum berbasis aplikasi, nggak perlu lagi pusing cari uang pas atau mengandalkan uang kembalian receh.
Lebih dari itu, transaksi digital juga membuat keuangan lebih terkontrol. Dengan riwayat transaksi yang otomatis tersimpan di aplikasi, mereka bisa lebih mudah melacak pengeluaran tanpa perlu mencatat manual. Bagi generasi yang serba cepat dan mengandalkan teknologi, kepraktisan seperti ini bukan lagi sekadar kemewahan, tapi kebutuhan sehari-hari.
Cashless sebagai simbol kekinian
Bagi Gen Z, cashless bukan sekadar cara bertransaksi, tapi juga bagian dari gaya hidup modern yang menunjukkan seberapa melek teknologi mereka. Menggunakan metode pembayaran digital memberikan kesan praktis, smart, dan up-to-date. Tidak heran kalau membawa uang tunai dalam jumlah banyak kini terasa “ketinggalan zaman.”
Pada akhirnya, saya berhasil berasumsi bahwa budaya cashless Gen Z bukan hanya tentang cara mereka bertransaksi, tapi juga tentang identitas, kenyamanan, dan efisiensi. Bagi mereka, uang digital bukanlah sekadar alat tukar, tetapi juga simbol dari kemudahan dan keterhubungan dengan dunia digital yang memang melekat dengen generasinya. Tapi intinya, apakah kamu merasa lebih mudah atau justru lebih boros dengan budaya cashless ini?
Penulis: Wanda Widian Febriantina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Aturan Tidak Tertulis Saat Pakai Mesin ATM, Salah Satunya Adalah kalau Ngitung Uang, Minggir!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.