Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Gayatri Rajapatni, Perempuan Visioner di Balik Kejayaan Majapahit

Moh Rivaldi Abdul oleh Moh Rivaldi Abdul
22 Juni 2021
A A
ranggalawe bendera majapahit berdiri tahun 1293 M bonek bondho nekat mentalitas asal-usul surabaya sejarah madura menakjingga mojok

bendera majapahit berdiri tahun 1293 M bonek bondho nekat mentalitas asal-usul surabaya sejarah madura menakjingga mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Umumnya, bicara kejayaan Majapahit sorot mata sejarah sering tertuju pada tokoh-tokoh sentral seperti Pangeran Wijaya–pendiri Majapahit, Hayam Wuruk–raja yang punya karier amat gemilang, dan Gajah Mada–sang mahapatih yang memperluas wilayah hingga seantero Nusantara. Namun, tidak banyak yang tahu tentang sosok perempuan Gayatri Rajapatni. Padahal, di balik karier mereka, ada kecerdasan Gayatri yang menopangnya.

Siapa sebenarnya Gayatri Rajapatni?

Sosok yang oleh Earl Drake dalam bukunya Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit diyakini sebagai subjek arca Dewi Prajnaparamita, yang melambangkan kebijaksanaan.

“Bukannya arca Prajnaparamita dari Jawa adalah merujuk pada sosok Ken Dedes, ratu pertama Singasari?”

Dalam hal ini, memang ada pemahaman yang berkembang tentang arca Prajnaparamita adalah sosok Ken Dedes, dan ada juga yang meyakininya sebagai Gayatri Rajapatni. Selain itu, salah seorang kakak Gayatri juga ada yang memiliki gelar sebagai Prajnaparamita, yaitu Jayendradewi. Yang jelas ketiga perempuan ini, dalam sejarah Nusantara, merupakan ibu bangsa dengan kebijaksanaan yang tinggi.

Earl Drake menjelaskan, “…dewi (Prajnaparamita) adalah ‘kekuasaan tertinggi sejagat yang mengada dengan sendirinya, Ibu universal, dan musabab pertama.’ Selama hidupnya, Ratu Gayatri memainkan peranan-peranan seperti sang dewi. Ia adalah rantai pembaharu antara ayahnya, raja terakhir (Singasari)…. Ia leluhur Dinasti Majapahit dan ‘musabab pertama’ keluarga kerajaan (Majapahit).”

Gayatri merupakan putri Raja Kertanagara, penguasa terakhir Singasari. Dia bungsu dari empat bersaudara. Namanya Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa. Ada pun “rajapatni” adalah gelar untuknya setelah menjadi istri utama pendiri Majapahit, Kertarajasa Jayawardhana alias Pangeran Wijaya–Kertarajasa mendirikan Majapahit pada 1293. Sebagaimana diketahui bahwa Wijaya menikahi semua anak Kertanagara: Sri Parameswari Tribhuwana, Duhita Prakacita Mahadewi, Prajnaparamita Jayendradewi, dan Gayatri yang bergelar Rajapatni (istri raja).

Diceritakan bahwa Gayatri adalah anak yang punya kemauan belajar tinggi. Dia menyelami ajaran Buddhis serta berbagai cerita wayang yang sarat pesan kebaikan hidup. Tidak hanya itu, Gayatri juga mendapat banyak kebijaksanaan dari ayahnya. Dia tumbuh menjadi perempuan Jawa yang visioner (orang yang punya wawasan ke masa depan).

Baca Juga:

Trowulan, Daerah di Mojokerto yang (Hampir) Tak Mungkin Kena Banjir

Tahu Buddha Tidur, tapi Tidak Tahu Bejijong Itu Gimana Ceritanya

Tenang, cerdas, dan berwawasan luas, sifat Gayatri ini sangat membantu suaminya dalam mengembangkan kerajaan yang baru didirikan. Wijaya pun selalu meminta pandangan Gayatri pada berbagai tindakan yang akan dilakukan dalam upaya memajukan Majapahit.

Earl Drake menggambarkan bahwa Wijaya selalu mendapatkan ilham dari Gayatri. Perihal meredam pemberontakan. Mengupayakan persatuan antara pedalaman dan pesisir Jawa. Menyikapi pendatang asing. Dan, berbagai obrolan tentang kebijakan negara selalu menghiasi percakapan pasangan ini. Kebijaksanaan Gayatri menopang Wijaya dalam memajukan Majapahit. Prasasti di Pananggungan–sebagaimana saya kutip dari Earl Drake–menggambarkan: “hubungan Gayatri dengan sang raja sudah seperti antara (Dewi) Uma dan Dewa Syiwa.”

Pasca kematian Wijaya, Gayatri tidak ingin menikah lagi dan memutuskan menjadi biksuni. Dia undur dari hiruk pikuk keduniaan. Meski demikian, posisinya sebagai ibu suci Majapahit mengharuskannya untuk selalu membimbing para penerus kerajaan agar memerintah dalam jalan kebijaksanaan. Dia menjadi dalang di balik suksesnya pewayangan Majapahit.

Takhta Majapahit diwarisi anak lelaki satu-satunya Wijaya, yaitu Jayanegara yang memerintah sekitar 1309-1328. Mengenai sosok raja ini ada dua pemahaman yang berkembang. Pertama, Jayanegara adalah anak Darah Petak, permaisuri Wijaya yang merupakan seorang bangsawan Sumatera. Dan kedua, Jayanegara adalah anak Parameswari Tribhuwana (kakak sulung Gayatri). Selain itu, ada juga asumsi yang lahir dari dua pandangan itu, bahwa Jayanegara adalah anak Darah Petak, kemudian pasca kematiannya, pengasuhan sang anak diserahkan kepada Parameswari Tribhuwana.

Dikatakan kalau Jayanegara berwatak kurang baik dan memerintah dengan semena-mena. Tidak heran jika banyak pemberontakan yang terjadi di masanya. Satu di antaranya adalah huru-hara yang dilakukan Kuti di ibu kota kerajaan, yang membuat raja terpaksa harus menyingkir ke Badender.

Namun, tidak dengan Gayatri. Ibu suci Majapahit itu dicintai dan disegani oleh seluruh kalangan di kerajaan. Tidak ada orang di Majapahit yang berani semena-mena padanya. Sebagaimana dijelaskan Agus Aris Munandar dalam jurnalnya Kedudukan dan Peran Perempuan dalam Masa Jawa Kuno: Era Majapahit, “Ra Kuti tidak dapat menguasai sepenuhnya Majapahit, karena simbol kuasa Majapahit masih dipegang oleh keturunan Rajassa, dialah Gayatri. Tokoh Gayatri tetap disegani oleh para pemberontak, ia tetap bersemayam di istana Majapahit bersama puterinya yang kelak menjadi ratu (perempuan penguasa Majapahit), Tribhuwanottunggadewi.”

Pemberontakan Kuti berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Dan, Jayanegara pun kembali lagi ke istana. Di kemudian hari, Jayanegara mangkat dengan tidak memiliki penerus takhta.

Bagaimana jika perempuan yang naik takhta?

Agaknya, ini adalah diskursus yang berkembang di Majapahit waktu itu. Sebab, Jayanegara tidak punya pewaris takhta, dan di sisi lain semua kebesaran sebagai penguasa Majapahit tertuju pada Gayatri. Dia adalah penerus darah raja-raja Singasari dan Rajapatni dari pendiri Majapahit. Orang-orang juga tidak menyoalkan klasifikasi laki-laki dan perempuan, karena yang terpenting adalah kompetensi sebagai pemimpin. Sehingga, semua setuju kalau sekiranya Gayatri dilantik sebagai ratu penguasa Majapahit.

Tapi, Gayatri yang sudah memutuskan mengambil jalan menjadi biksuni menolak tawaran itu. Dan, dia memberikan takhta Majapahit kepada anaknya, Tribhuwana. Perlu diketahui bahwa pernikahan Wijaya dan Gayatri melahirkan dua anak perempuan, yaitu Tribhuwana (diberi nama yang sama dengan kakak tertua Gayatri) dan Wiyah Rajadewi.

Tribhuwana diangkat menjadi ratu penguasa Majapahit. Dia memerintah–sekitar 1328-1350–dengan penuh kebijaksanaan. Sejarah mencatat, selama masa Kerajaan Majapahit, ada dua perempuan yang menjadi penguasa: Ratu Tribhuwana (1328-1350) dan Ratu Suhita (1429-1447).

Ketika sedang menjabat, Ratu Tribhuwana mendapatkan berkah dari Tuhan, yaitu seorang anak lelaki yang diberi nama Hayam Wuruk (Ayam Resi). Hayam Wuruk banyak belajar dari neneknya, Gayatri Rajapatni. Dia tumbuh menjadi orang dengan watak baik. Sejarah mengenangnya sebagai salah seorang raja yang gemilang.

Di masa Ratu Tribhuwana, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih. Pada pidatonya, sang mahapatih dengan gamblang mengemukakan visi menyatukan Nusantara dalam simpul Majapahit.

Dulu, ada pertanyaan dalam benak saya, kenapa Gajah Mada bisa memiliki visi seperti Kertanagara, raja terakhir Singasari, yang ingin menyatukan Nusantara?

Saya mendapatkan penerangan saat mempelajari sosok Gayatri Rajapatni. Sebagaimana diterangkan Earl Drake bahwa Gajah Mada memperoleh banyak pelajaran kenegaraan dari Gayatri. Termasuk yang diajarkan Gayatri adalah cita-cita ayahnya, Kertanagara, tentang Nusantara.

Siapa sangka jika di balik Sumpah Palapa yang mengguncang sejarah, ternyata ada sosok perempuan, Gayatri Rajapatni, sebagai guru sang mahapatih yang mengajarinya tentang gagasan penyatuan Nusantara.

Meski Gayatri memutuskan untuk tidak tampil di ruang publik, menolak takhta Majapahit dan lebih memilih menjadi biksuni. Namun, perannya sebagai ibu suci Majapahit sangat besar dalam membina kerajaan. Gagasan-gagasannya mengilhami para tokoh sentral yang membangun Majapahit.

Gayatri Rajapatni mangkat pada 1350. Prapanca mengabadikan bagaimana sosok Gayatri dikenang di masa Majapahit–sebagaimana saya kutip dari Earl Drake: “Tempat pemujaan Gayatri tersebar di mana-mana, didirikan sebagai candi peringatan di setiap daerah….”

Dia lah Gayatri Rajapatni, perempuan yang menjadi dalang di balik kejayaan Majapahit.

BACA JUGA Menguak Misteri Hilangnya Keraton Majapahit dan tulisan Moh. Rivaldi Abdul lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Oktober 2021 oleh

Tags: Gayatri Rajapatnimajapahitpendidikan terminalsingasaritokoh perempuan berpengaruh
Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo.

ArtikelTerkait

Skill yang Harus Dimiliki Orang Indonesia Sebelum Usia 25 terminal mojok.co

Sebagai Warga Desa, Saya Justru Repot Ngadepin Mahasiswa yang KKN Online

30 Juli 2021
Menjadi Pengangguran Setelah Lulus Kuliah Adalah Fase Hidup Paling Menyebalkan terminal mojok

Menjadi Pengangguran Setelah Lulus Kuliah Adalah Fase Hidup Paling Menyebalkan

16 Juni 2021
software statistika legal mojok

Software Statistik Legal dan Gratis yang Bisa Digunakan Saat Skripsian

5 Agustus 2021
Pakaian Seragam Adalah Aksi Nyata Menumpas Kesenjangan Sosial dalam Ruang Pendidikan terminal mojok

Pakaian Seragam Adalah Aksi Nyata Menumpas Kesenjangan Sosial dalam Ruang Pendidikan

8 Juni 2021
sak ndayak majapahit mojok

Hubungan Ungkapan “Akehe Sak Ndayak” dengan Konflik Majapahit dan Nansarunai

23 Agustus 2020
Belajar Nilai Kepemimpinan dari Zorbes, Tokoh dalam 'Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang' oleh Luis Sepúlveda terminal mojok

Belajar Nilai Kepemimpinan dari Zorbes, Tokoh dalam ‘Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang’ oleh Luis Sepúlveda

26 Mei 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.