Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Sapa Mantan

Gara-gara Pantangan Menikah Ngalor-Ngulon, Calon Suami Saya Dibuang

Ervinna Indah Cahyani oleh Ervinna Indah Cahyani
26 Februari 2022
A A
Gara-gara Pantangan Menikah Ngalor-Ngulon, Calon Suami Saya Dibuang

Gara-gara Pantangan Menikah Ngalor-Ngulon, Calon Suami Saya Dibuang (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah membaca tulisan dari Mbak Reni Soengkunie tentang Pantangan Menikah Ngalor Ngulon bagi Masyarakat Jawa, saya jadi ingin bercerita pengalaman saya dalam menghadapi hal tersebut. Kebetulan saya menikah dengan orang yang rumahnya dengan rumah saya ngiblat, alias ngalor-ngulon.

Di daerah kami masih banyak bahkan hampir semua orang percaya tentang pantangan-pantangan dalam pernikahan. Salah satunya ya pantangan menikah dengan orang yang rumahnya ngalor-ngulon, atau di sini lebih dikenal dengan arah ngiblat. Dan juga di sini arah ngiblat itu selain ngalor-ngulon juga ngidul-ngetan.

Syukurnya, kisah cinta kami tidak kandas. Kami memperoleh restu dari kedua orang tua. Tetapi, ada syarat tertentu yang harus kami lakukan terlebih dahulu sebelum acara dimulai untuk tolak bala, supaya semua keluarga selamat.

Menikah (Shutterstock.com)

Biasanya, metode tolak balanya adalah pindah ke rumah saudara, seperti yang teman Mbak Reni lakukan. Tapi, di daerah saya berbeda. Metode tolak balanya adalah salah satu calon harus dibuang.

Yak, bener, dibuang.

Jika yang dilakukan teman Mbak Reni Soengkunie dengan pindah ke rumah saudaranya, sehingga acara dilaksanakan di rumah saudaranya. Di sini tolak balanya adalah Salah satu calon harus “dibuang”. Iya, dibuang.

Dibuangnya bukan dengan cara dihapus dari KK atau nggak diakuin anak gitu. Bukan. Awalnya, saya juga mengiranya kayak begitu. Ternyata, praktiknya berbeda dengan yang ada di angan kita.

Metodenya begini: pas hari-H, mempelai yang dibuang, saat acara temu manten, kedua orang tuanya tidak diizinkan datang. Kecuali saat akad nikah dan kebetulan harus menjadi wali nikah. Jadi, saat prosesi sungkeman, orang tua dari salah satu pihak yang dibuang tadi bisa digantikan dengan saudara yg lain. Entah pakdhe dan budhe maupun paklik dan bulik. Selain itu, mendekati hari-H ada juga prosesi nemu anak.

Baca Juga:

Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Gadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga

Pacaran di Kebun Raya Bogor Bikin Putus? Halah, Omong Kosong!

Temu manten (Shutterstock.com)

Saya jelaskan semuanya ya biar nggak bikin bingung. Dalam pernikahan orang Jawa, biasanya pakai dukun manten. Nah, dukun manten ini, tugasnya adalah menghitung kecocokan berdasarkan weton, hari baik untuk resepsi, juga mengatur hal-hal lain yang dibutuhkan. Salah satunya, ya prosesi nemu anak ini.

Dukun manten akan menentukan kapan anak “dibuang” dan kapan anak “ditemukan”. Kalau dalam kasus saya, pihak yang dibuang adalah calon suami saya, sebut saja Mas.

Jadi, akad kami dilaksanakan pada Selasa. Nah, calon suami saya “dibuang” pada Senin malam, nggak jauh dari rumah. Nggak usah jauh-jauh, malah bingung ntar. Calon suami saya hanya pake kaos dalam dan celana pendek, udah mirip banget kayak orang dibuang beneran.

Saat sudah di tempat yang disepakati, ia harus mondar-mandir seperti orang bingung. Tidak boleh ditemani orang lain. Jadi ia ke sana diantar oleh saudaranya. Setelah sampai, dia ngabarin, dan kusampaikan kepada dukun mantennya.

Sekitar lima menit setelahnya, sang dukun berangkat menemui Mas yang pura-pura kebingungan di tempat yang telah ditentukan. Begini kurang lebih percakapan antara Mbah dukun manten dan Mas.

“Le kowe bingung?”

“Inggih.”

“Wis suwe?”

“Sampun.”

“Kowe tak pek anak gelem?”

“Inggih, purun.”

“Ya wis ayo saiki melu aku.”

Setelah itu Mas dibawa ke rumah saya. Ibu dan ayah saya sudah bersiap di depan pintu menyambut dukun manten dan Mas. Di depan pintu terjadi sebuah dialog yang intinya dukun manten menyerahkan calon suami saya untuk ngenger (mengabdi, ikut orang lain) di sini. Setelah terjadi dialog antara orang tua saya dengan dukun manten, dukun manten kembali bertanya kepada Mas.

“Kowe luwe, Le?”

“Inggih.”

“Mangan sik ya, Le.”

Lalu Mas disuapi tiga suap nasi yang sudah disiapkan. Setelah makan, calon saya disiram air satu gayung. Mungkin ini adalah proses pembersihan diri dan pertanda telah diterima dalam keadaan suci di keluarga kami.

Itulah pengalaman saya ngakali larangan ngalor-ngulon. Kalau kalian menemui halangan ini, konsultasikan saja kepada ahlinya. Kalau akhirnya tetep kandas, mungkin bukan jodoh. Yang sabar ya.

Mempelai pria (Shutterstock.com)

Penulis: Ervinna Indah Cahyani

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Februari 2022 oleh

Tags: Mitosngalor-ngulonPantanganPernikahan
Ervinna Indah Cahyani

Ervinna Indah Cahyani

Guru Bahasa Jawa dan pecinta kucing.

ArtikelTerkait

Membuang Limbah Popok Bayi ke Sungai karena Alasan Mitos Itu Nggak Masuk Akal, Malah Kualat sama Alam

Membuang Limbah Popok Bayi ke Sungai karena Alasan Mitos Itu Nggak Masuk Akal, Malah Kualat sama Alam

12 September 2023
Salut Buat yang Bisa Nonton Film Selesai sampai Selesai! terminal mojok.co

Salut Buat yang Bisa Nonton Film Selesai sampai Selesai!

20 Agustus 2021
batu lapidde cerita rakyat malinkundang sangkuriang sulawesi selatan barru mitos mojok

Kisah Batu Lapidde di Barru, Sulawesi Selatan, Mengajarkan Bahayanya Ngomong Kasar

19 April 2020
rumah tangga

Perkara Rumah Tangga, Sebaiknya Jangan Curhat di Media Sosial

18 Mei 2019
Kondangan Sendirian Itu Nggak Apa-apa, Penting Wani!

Kondangan Sendirian Itu Nggak Apa-apa, Penting Wani!

17 Juni 2022
pesan dari mantan

Pesan (dari) Mantan

7 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.