Dalam menyambut kejuaraan Euro 2020, UEFA membuat sebuah gim bernama Euro 2020 Fantasy Football. Gim ini dibuat untuk meramaikan turnamen ini. Dalam gim ini kita akan berperan sebagai seorang manajer yang memilih 15 pemain dari negara peserta Euro. Nantinya setiap pemain yang kita pilih akan memiliki poin sesuai dengan performanya saat bertanding.
Konsep dari Euro Fantasy Football ini mirip seperti Fantasy Premier League. Kita tinggal memilih pemain sesuai dana yang disediakan, lalu menunggu poin akhir yang didapatkan. Setiap pemain yang bermain bagus atau mencetak gol, akan memiliki poin tinggi. Sementara pemain yang mainnya ancur-ancuran akan mendapat poin rendah, bahkan bisa saja tidak mendapatkan poin sama sekali.
Banyak orang yang menilai gim ini sangat seru. Jika poin yang kita kumpulkan di akhir turnamen tinggi, kita bisa mendapatkan hadiah. Kita juga bisa bergabung dalam sebuah liga yang menawarkan hadiah untuk yang mendapatkan total poin tinggi. Saya pun juga sempat bermain gim ini. Namun, setelah babak kualifikasi grup selesai, saya memutuskan untuk melupakan gim ini.
Terlepas karena poin yang saya kumpulkan rendah. Saya merasa adanya Fantasy Football ini membuat saya tidak bisa benar-benar menikmati setiap pertandingan yang saya tonton. Ada beberapa alasan kenapa gim ini membuat menonton pertandingan jadi tidak nikmat.
Pertama, sebagai fans netral kita akan bias dengan pemain yang kita pilih. Sebagai seorang fans netral dalam kejuaraan euro ini. Saya berharap di setiap pertandingan yang digelar akan menyajikan pertandingan yang seru dan saling berbalas gol. Namun, karena kita sudah memilih pemain di awal, tentu kita berharap tim doi menang dong. Alhasil kita jadi tidak netral lagi.
Tujuan awal yang hanya pengin menonton pertandingan bola. Sekarang jadi berganti ingin menonton si A mencetak gol. Atau ingin menonton Negara A mengalahkan Negara B. Itu sih namanya bukan menikmati pertandingan, Bro. Kenikmatan menonton pertandingan bola itu didapat dari bagaimana permainannya berlangsung. Bukan siapa yang menang di akhir.
Kedua, jika pemain yang kita pilih saat bertanding main jelek, kita akan malas untuk nonton jalannya pertandingan. Ketika kita sudah memilih pemain, tentu kita berharap pemain yang kita pilih akan bermain bagus. Tentu kita akan senang jika pemain pilihan kita dapat mencetak gol atau membuat assist, karena doi akan mendapat poin tinggi.
Masalahnya saat kita menonton pertandingannya, kita terkadang dibuat kecewa karena doi bermain jelek. Ekspektasi yang tidak terbayarkan tersebut akan membuat kita malas untuk lanjut menonton. Walaupun laga berjalan seru, tapi jika pemain pilihan kita bermain jelek dan kalah di akhir pertandingan. Kita tetap dibuat kecewa di akhir pertandingan, karena poin yang didapat cuma kecil.
Ketiga, dengan adanya Euro Fantasy Football, kita tidak bisa menikmati pertandingan secara utuh. Kita akan cenderung fokus dengan pemain yang kita pilih. Bukan malah fokus terhadap permainan tim. Pada akhirnya kita jadi melupakan esensi dari sepak bola. Di mana olah raga ini adalah permainan tim. Kita tidak akan lagi peduli dengan kolektivitas permainan yang keren, yang kita pedulikan cuma menang, menang, dan menang.
Sebagai seorang fans sepak bola, impian saya cukup sederhana setiap menonton pertandingan sepak bola. Saya hanya selalu berharap pertandingan berjalan seru dan terjadi jual beli serangan. Saya tidak peduli siapa yang akan menang di akhir. Apakah tim besar atau tim kecil yang akan menang. Sebab, tujuan utama saya dalam menonton bola adalah untuk menikmati permainannya, bukan menunggu siapa pemenangnya. Jadi mulai babak 16 besar ini, saya memutuskan untuk pensiun mengurus Euro Fantasy Football 2020.
BACA JUGA Sudah Semestinya Rental PS Hanya Boleh untuk Umur 18+ Saja dan tulisan Kuncoro Purnama Aji lainnya.