Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Gap Year Dianggap Buang Waktu padahal Tujuannya untuk Mengumpulkan Amunisi

Rina Widowati oleh Rina Widowati
20 Mei 2024
A A
Gap Year Dianggap Buang Waktu padahal Tujuannya untuk Mengumpulkan Amunisi mahasiswa gap year

Gap Year Dianggap Buang Waktu padahal Tujuannya untuk Mengumpulkan Amunisi (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Lulus SMA langsung kuliah adalah mekanisme ideal di mata masyarakat. Sebaliknya, kalau tidak kuliah dianggap gagal. Itulah mengapa keputusan menjalani gap year atau jeda selama satu tahun adalah langkah yang dianggap negatif dan sering kali mendapat nyinyiran dari berbagai generasi.

Generasi senior berpendapat jeda satu tahun bikin semangat kendor, lebih banyak waktu untuk malas-malasan. Sedangkan generasi muda sendiri ada yang mengatakan gap year buang-buang umur karena nanti keburu tua saat lulus kuliah. Ada juga yang berpendapat gap year cuma buang-buang waktu untuk sesuatu yang tak pasti, jadi mending kuliah di tempat lain.

Akan tetapi coba kita gali lagi. Apa bisa dipastikan juga lulusan SMA yang langsung kuliah bisa lulus cumlaude? Atau apa bisa dipastikan lulusan SMA yang langsung kuliah, cepat dapat kerja setelah lulus?

Budaya cepet-cepetan bikin siapa pun yang tertinggal dianggap tidak sukses

Budaya takut ketinggalan sudah menempel di kehidupan kita sejak zaman dahulu, terutama sejak ORBA, era di mana negara kita (katanya) melakukan pembangunan besar-besaran. Sayangnya, yang dibangun adalah hal-hal yang kelihatan. Sementara hal-hal yang tidak kelihatan, ya gitu-gitu saja.

Hal yang tidak kelihatan salah satunya mind set atau cara berpikir. Misalnya saja tidak naik kelas menjadi sebuah aib, malu sampai harus pindah sekolah. Padahal tidak naik kelas artinya tidak memenuhi standar ke jenjang kelas berikutnya, kok malah dipindah ke sekolah lain supaya bisa lanjut lulus sesuai angkatannya. Praktik ini banyak dilakukan orang tua siswa karena malu atau tak mau anaknya jadi lulusan yang usianya paling tua. Padahal siapa tahu anak ini bisa lebih baik dengan mengulang kelas di sekolah yang sama.

Gap year sebenarnya adalah keputusan sendiri, namun tak jauh berbeda dengan nasib anak tidak naik kelas, sama-sama mendapat tanggapan negatif dari sekitarnya. Komentar nyinyir soal gap year selalu mempermasalahkan (lagi-lagi) soal usia. Buang umur kata orang, karena di usia 18 atau 19 tahun idealnya sudah semester 1. Jadi, nanti waktu lulus masih muda dan lebih banyak kesempatan mencari pekerjaan. Atau, buat yang ambis bisa segera lanjut S-2 sebelum 30 tahun, supaya dapat pekerjaan yang gajinya besar.

Ayo, kita semua jujur soal pandangan kita terhadap pencapaian kesuksesan seseorang, baik yang kita lihat di medsos atau orang yang kita kenal. Biasanya saat tahu pencapaian luar biasa anak muda, kita selalu merespons, “Wow, masih muda sudah jadi pengusaha sukses”, atau “Hebat, belum 30 tahun sudah S-3”.

Respons kita tentu berbeda kalau yang jadi pengusaha sukses sudah 45 tahun, atau yang promosi doktor usianya 50 tahun. Sama-sama melakukan pencapaian, tapi terlihat lebih sukses bagi yang tercepat.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Alasan di balik keputusan gap year

Di balik lulusan SMA atau SMK yang berani memutuskan gap year, pasti ada alasan besar dan penting. Kebanyakan keputusan gap year adalah bagian dari rencana. Misalnya, jika tidak diterima di PTN atau tidak diterima di jurusan yang menjadi target, pilihannya adalah gap year. Kebanyakan keputusan gap year ini diambil oleh mereka yang madep-mantep kuliah di jurusan yang sulit ditembus karena punya standar skor spek dewa seperti Fakultas Kedokteran.

Gap year menjadi pilihan karena merasa belum berusaha maksimal, atau daripada kuliah di jurusan lain tapi tak sesuai cita-cita. Merespons alasan seperti ini, biasanya nyinyiran orang berbunyi, “Ambis banget. Pintar tapi kurang bersyukur!”

Alasan lainnya adalah fokus mengejar beasiswa ke luar negeri. Kalau alasan ini sebenarnya sudah terlalu tinggi. Rasanya tak bakal ada orang yang nyinyir. Eh, ternyata, gap year demi mengejar beasiswa ke luar negeri juga tetap saja mendapat tanggapan negatif. “Daripada buang waktu buat yang nggak jelas, mending kuliah aja di sini,” kira-kira begitu respons tetangga. Padahal Maudy Ayunda juga pernah menjalani gap year demi mengejar impiannya kuliah di Oxford University.

Alasan selanjutnya mengapa harus gap year adalah perkara finansial. Tabungan orang tua belum cukup untuk kuliah, sehingga si anak memilih bekerja selama setahun untuk menggenapi tabungan kuliah. Ini fakta dan banyak dialami oleh para lulusan SMA dan SMK di sekitar kita. Kalau alasan ini yang jadi latar belakang gap year, kebacut kalau sampai ada yang masih berkomentar negatif.

Jangan berani gap year tanpa tekad kuat

Menjalani gap year memang tak mudah. Mental bisa down hanya karena melihat postingan teman-teman SMA yang sedang menjalani Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK). Mental down itu obatnya kembali ke tekad dan niat besar diri sendiri, jadi jangan berani mengambil keputusan gap year tanpa rencana yang matang dan tekad yang kuat. Berani gap year artinya berani mengambil risiko gagal lagi.

Orang lain mungkin menganggap keputusan gap year adalah keputusan yang ambisius. Tapi sebenarnya momen ini justru dapat mengajarkan seseorang lebih mengenali kemampuan diri dan lebih realistis. Tak hanya itu, gap year bisa jadi membuka POV lain yang sebelumnya tak pernah muncul.

Gap year memang tak menjamin bisa mewujudkan mimpi. Bisa jadi target meleset lagi di tahun depan. Itulah mengapa penting juga membuat rencana lain. Satu tahun itu waktu yang cukup untuk mempersiapkan plan B, plan C, bahkan plan D.

Meminjam istilah seorang pejuang gap year, “Aku mundur untuk mengumpulkan amunisi, melatih kecepatan, ketepatan dan menambah kemampuan untuk ikhlas.” Berani memutuskan menjalani gap year sementara teman-teman seangkatan sudah memakai jas almamater cukup menjelaskan bagaimana tangguhnya mental pejuang gap year.

Penulis: Rina Widowati
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pertimbangkan Gap Year Kalau Masih Bingung Pilih Jurusan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2024 oleh

Tags: gap yearKuliahMahasiswaSiswa
Rina Widowati

Rina Widowati

Ibu rumah tangga, mantan pengajar di sekolah swasta yang masih mengamati dunia pendidikan. Pedagang yang peduli soal isu sosial dan politik. Hobi naik gunung dan bercita-cita mendaki ke Cartenz.

ArtikelTerkait

Derita Mahasiswa yang (Sok-sokan) Kerja Part Time, Baru Kerja Sehari Langsung Mundur Teratur

Derita Mahasiswa yang (Sok-sokan) Kerja Part Time, Baru Kerja Sehari Langsung Mundur Teratur

27 Januari 2024
5 Stereotipe yang Saya Dapatkan sebagai Mahasiswa S2 di Universitas Trisakti, Salah Satunya Dicap Aktivis Gemar Demo

5 Stereotipe yang Saya Dapatkan sebagai Mahasiswa S2 di Universitas Trisakti, Salah Satunya Dicap Aktivis Gemar Demo

25 September 2025
10 Jurusan Kuliah Terfavorit, Panduan bagi Mahasiswa yang Ingin Punya Karier Cemerlang di Dunia Kerja Mojok.co

10 Jurusan Kuliah yang Bakal Punya Karier Cemerlang di Dunia Kerja, Sebuah Panduan bagi Calon Mahasiswa Baru

24 Oktober 2023
Kampus Mengajar, Program untuk Mahasiswa yang Ingin Merasakan Penderitaan Guru Honorer

Kampus Mengajar, Program untuk Mahasiswa yang Ingin Merasakan Penderitaan Guru Honorer

4 November 2023
Kata Siapa Ikutan Organisasi Kampus Banyak Negatifnya_ Nggak Juga ah, Sotoy! terminal mojok

Ikutan Banyak Organisasi Kampus Itu Negatif? Sotoy, ah!

4 Juli 2021
4 Hal yang Mahasiswa Baru Harus Tahu supaya Tidak Repot di Perkuliahan Mojok.co

4 Hal yang Mahasiswa Baru Harus Tahu supaya Tidak Repot di Perkuliahan

27 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.