Konon rasa sayang seseorang dengan kendaraannya dapat dilihat saat mengganti oli mesin. Yups, meski terbaca-baca mengada-ada kalimat yang saya tulis tadi, tapi ada benarnya juga kok.
Saya bisa bilang begitu karena dulu pernah PKL alias praktek kerja lapangan di bengkel motor semasa masih mengenyam bangku Sekolah Menengah Kejuruan. Meski nggak terlalu lama, terhitung cuman tiga bulan saja, saya sedikit banyak mendapat ilmu baru soal permotoran. Dari cara servis yang benar, kalau ada penyakit begini benerinnya gimana. Sedikit demi sedikit saya pahami pas PKL.
Termasuk hal ngadi-ngadi kayak mengetahui seberapa sayang seseorang dengan kendaraannya hanya dengan melihat kualitas oli pas waktunya ganti oli. Urusan mengganti oli menggambarkan seberapa sayang si pemilik dengan kendaraannya.
Rasa sayang tergambar dari pekat oli yang keluar. Kalau oli yang keluar makin pekat dan hitam, tandanya kurang sayang, begitu sebaliknya. Lha gimana nggak, oli yang hitam pekat menandakan olinya sudah lama nggak diganti kok.
Seringnya, orang yang nggak sayang sama motornya nggak begitu peduli sama saran perawatan rutin yang disarankan pabrikan perihal waktu ganti oli. Lebih jauh, banyak pemilik kendaraan yang “bandel” dalam urusan ganti oli. Sebagiannya lagi, malah ngentengin, bahwa ganti oli itu nggak perlu-perlu amat yang penting masih ada oli di mesin. Ya, tetap gasss pol.
Saya dan teman saya termasuk salah dua di antaranya. Untungnya, motor saya dan teman saya ini sama-sama tergolong motor tua. Jadi biaya perbaikan setelah ide bodoh kami usai nggak mahal-mahal banget. Dulu, kami iseng beradu siapa yang paling lama nggak ganti oli. Wagu dan bodoh memang, mana ada orang yang berlomba demi sebuah predikat nggak ganti oli terlama. Kecuali saya dan teman saya.
Saya berhasil enam bulan menjalani persaingan tersebut. Sementara teman saya, lebih lama lagi yakni sampai setahun. Sungguh achievement yang luar biasa. Tapi, selama pemakaian motor yang lama nggak ganti oli mesin terasa cepat panas, overheat, atau tiba-tiba mesin mati pas lagi jalan padahal nggak ada angin hujan banjir. Terus suara jadi makin kasar, tarikan motornya berat, ngeden gitu. Dan dampak fatal yang saya dan si teman ini rasakan sama-sama turun mesin. Mesinnya jebol, Je. Dan luar biasanya, oli yang tersisa pas dilakukan pembongkaran tinggal sedikit banget. Mana hitam legam lagi.
Oke, hal konyol nan aneh yang saya lakukan nggak sebaiknya ditiru. Hoah, siapa juga yang mau niru? Hahaha.
Oli mesin pada sepeda motor itu ibarat darah di manusia. Yang jika keberadaannya nggak ada, bisa dipastikan, akan bikin ruyam semua yang berkaitan dengannya. Pun, semisal masih ada oli tapi lama nggak diganti, itu juga sama bahayanya. Oli motor yang lama nggak diganti bisa menyebabkan masalah yang cukup serius kayak yang saya alami di atas.
Dan bila nahas, bisa-bisa setiap bagian dalam mesin seperti rantai keteng yang jadi molor, noken as aus, klep bengkok. Terus, piston bisa saja jadi macet. Akhirnya membuat mesin rusak parah. Padahal sejatinya oli nggak cuman berfungsi melumasi, tapi juga sebagai sarana pendingin mesin pas terjadi gesekan antar-parts di dalamnya.
Orang yang nggak sayang sama kendaraannya akan abai untuk rutin mengganti oli. Mereka belum tahu saja, kalau perilaku nggak rutin ganti oli bisa bikin hancur. Bukan saja mesinnya yang bakal jebol,hancur. Tapi, dompetnya juga hancur karena biaya perbaikannya mesin yang jebol mahal banget, sampai jutaan. Masak gara-gara males ngleluarin uang ganti oli Rp100ribuan jadi bikin dompet habis jutaan? Yakin mau masih males buat tepat waktu ganti oli kendaraan?
Sumber Gambar: Pixabay