Para raja dinasti Joseon memilih pasangannya melalui sistem yang disebut gantaek.
Pernah nggak sih kalian nonton acara pencarian bakat atau program bertahan hidup yang serupa? Kalau di Korea Selatan, acara yang paling populer mungkin adalah serial Produce 101 dan Street Woman Fighter. Sementara di Indonesia, mungkin kita bisa menyebutkan Indonesia Mencari Bakat atau Akademi Fantasi Indosiar.
Acap kali sistem penjaringan bakat itu terlihat sedikit kejam. Nggak hanya menunjukkan bakat, tiap peserta juga harus memasang strategi buat menaklukkan lawannya agar dapat naik ke podium sebagai pemenang. Maka nggak jarang kita melihat figur-figur egois dan menghalalkan segala cara untuk bisa menguasai lampu sorot seorang diri.
Tapi, apakah kalian kira sistem semacam ini hanya ada di masa modern dengan latar belakang para seniman yang kepengin mengejar mimpi? Nggak hanya itu, Ferguso. Dinasti Joseon di Korea pernah punya sistem serupa yang berpeluang untuk membuat pesertanya senggol bacok demi menjadi yang pertama.
Pemilihan putri mahkota, ratu, atau selir menjadi ajang bagi para keluarga bangsawan untuk saling bersaing. Gantaek, begitulah agenda rutin ini disebut. Klan-klan yang memiliki kuasa atau salah satu anggota keluarganya memiliki jabatan penting di daerahnya akan berlomba-lomba untuk mengirimkan keluarga mereka yang berjenis kelamin perempuan guna mengikuti seleksi ini. Di sini mereka unjuk gigi, siapakah perempuan yang paling cantik, cerdas, dan ceria. Loh, kok malah kayak grup 3C, ya?
Penyelenggaraan gantaek adalah sepenuhnya kewenangan ibu suri kerajaan. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Lee Woo-young dan dipublikasikan lewat The Korea Herald, disebutkan bahwa seluruh Joseon wajib mematuhi titah ibu suri ketika sudah datang waktu bagi seorang putra mahkota atau raja menikah. Ketika ibu suri memerintahkan jajarannya untuk mengadakan gantaek, maka seluruh remaja perempuan yang tergolong ke dalam kelas bangsawan di seluruh negeri akan dilarang untuk menikah. Setiap provinsi di tanah kekuasaan Joseon diwajibkan untuk menyetorkan nama-nama kandidat istri raja. Umumnya akan dipilih sekitar tiga puluh nama dari seluruh daftar kandidat tersebut.
Salah satu contoh daftar kandidat putri mahkota yang masih tersimpan rapi adalah Gantaek Danja di tahun kesembilan belas pemerintahan Raja Gojong. Di tahun 1882 ini, diselenggarakan gantaek untuk memilih putri mahkota yang akan bersanding dengan Putra Mahkota Chuk, yang kemudian bergelar Sunjong setelah naik takhta. Terdapat 32 nama kandidat yang ditulis secara lengkap dalam Gantaek Danja tersebut, mencakup nama keluarga, usia, tanggal lahir, klan keluarga, serta jabatan ayah dan kakek.
Para perempuan yang menghadiri gantaek ini memiliki dress code, lho. Kalau para peserta ujian CPNS mengenakan kemeja putih dengan rok atau celana panjang hitam, berbeda halnya dengan peserta gantaek yang pakaiannya lebih cerah. Alih-alih monokrom, para perempuan ini diwajibkan mengenakan jeogori berwarna kuning dan chima merah. Untuk model dan motifnya, nggak ada kewajiban yang saklek, sehingga para calon istri raja ini bisa memilih pakaian yang paling mereka sukai.
Dalam beberapa drakor sageuk yang kondang, prosesi gantaek ini pernah dimunculkan. Misalnya pada drakor legend Moon Embracing The Sun yang menghadirkan Kim Yoo Jung dan Kim So Hyun kecil untuk bertarung memperebutkan posisi putri mahkota. Dalam adegan ini, tampak beberapa tahap yang diujikan pada para calon putri mahkota, salah satunya adalah wawancara yang dilakukan langsung oleh sang raja.
Ada pula drama Flower Crew: Joseon Marriage Agency. Gong Seung Yeon yang berperan sebagai Gaeddong ini melewati serangkaian alur gantaek, meski pada akhirnya dia nggak jadi menempati takhta sebagai ratu.
Dan yang terbaru, drakor The King’s Affection turut mengulik kisah para perempuan di Joseon yang sebagian besar diperintahkan oleh ayah atau kakaknya untuk ikut dalam gantaek. Dalam drama ini, Shin So Eun (Bae Yoon Kyung) ogah-ogahan mengikuti gantaek. Bukan hanya karena dia sudah memiliki gebetan, juga karena konsekuensi yang harus ditanggungnya kalau kalah. Jika dia berhasil sampai ke tahap final yang berisikan tiga peserta teratas, tapi nggak berhasil terpilih sebagai calon ratu, So Eun akan dilarang untuk menikah seumur hidupnya. Yah, begitulah “hukuman” bagi seorang perempuan yang hampir menjadi istri raja.
Setelah resmi terpilih menjadi pendamping raja atau putra mahkota, para perempuan ini akan langsung dihadiahi gelar begitu mereka masuk istana. Mereka juga akan memiliki kediaman sendiri yang terpisah dari keluarga kerajaan yang lain. Di tempat tinggal barunya ini, para calon putri mahkota atau ratu akan ditemani oleh setumpuk buku dan seorang guru yang akan mengajarkan adat dan tata krama.
Barulah ketika mereka secara resmi naik ke pelaminan, raja atau putra mahkota akan mengajak mereka untuk tinggal di salah satu paviliun istana. Setelah itu, peran mereka sebagai istri raja sekaligus menjabat sebagai putri mahkota, ratu, atau selir dimulai.
Sumber Gambar: Unsplash