Sebentar lagi proses penetapan UMR 2024-2025 akan dimulai. Tapi bagi orang Jogja (Baca: Daerah Istimewa Yogyakarta), tidak ada yang berubah. Hidup tetap nelangsa meskipun upah naik tiap tahun. Bukan karena kurang narimo ing pandum, tapi memang gaji di Jogja kelewat rendah! Bahkan naik 7% saja tidak cukup. Karena gaji paling kecil untuk hidup di Jogja harus 4 juta per bulan.
Ini bukan untuk bermewah-mewah. Tapi gaji 4 juta per bulan hanya cukup untuk hidup layak di Jogja. Hanya untuk hidup mandiri di atas kaki sendiri.
Mungkin Anda bertanya, “emang orang Jogja butuh gaji setinggi itu?” Kenyataannya memang demikian. Jogja bukanlah daerah yang murah. Tidak percaya? Ini buktinya
Daftar Isi
Minimal 3 juta tiap bulan
Jika ditanya berapa biaya hidup minimal di Jogja, saya akan mengacu pada biaya hidup minimal mahasiswa perantau. Alasannya sederhana: mahasiswa adalah gambaran pekerja Jogja. Mereka tidak punya privilese seperti tempat tinggal orang tua. Jadi tidak ada alasan untuk numpang makan dan tidur. Apalagi untuk mahasiswa yang hidup serba ngepres.
Menurut Survey Biaya Hidup Mahasiswa (SBHM) yang dilansir dari detik.com, rata-rata biaya hidup mahasiswa adalah Rp2.966.514,00 per bulan. Berarti biaya hidup setiap hari adalah 100 ribu. Sudah termasuk biaya kos, transportasi, dan kebutuhan hidup lain.
“Tapi itu kan mahasiswa! Pasti lebih banyak jajan! Mereka juga tinggal di daerah mahal!” Mungkin Anda akan berdalih demikian. Tapi apa kata pekerja sendiri?
Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) DIY sudah mengajukan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai acuan untuk menentukan UMR. KHL di Kota Jogja sendiri sebesar 4,1 Juta. Kemudian KLH di Kabupaten Sleman sebesar Rp4,09 juta, Kabupaten Bantul Rp3,70 juta, Kabupaten Kulonprogo Rp3,59 juta, serta untuk Kabupaten Gunungkidul Rp3,16 juta.
Angka KHL bukan sembarang tulis seperti undang-undang kita. Angka ini ditentukan berdasarkan survey langsung tiap item kebutuhan hidup. Termasuk untuk kebutuhan tempat tinggal di Jogja yang kelewat tinggi.
Baca halaman selanjutnya: 4 juta bukan angka besar di Jogja…
4 juta bukanlah angka yang besar di Jogja
Tapi apa angka 4 juta ini kelewat besar? Saya ada contoh sederhana untuk hidup di Jogja sengirit mungkin. Tapi bukan ngirit ala pertapa yang tidak pernah keluar kamar.
Katakan biaya sekali makan adalah 15 ribu. Dengan asumsi 2 kali makan, maka sebulan sudah habis 900 ribu. Lalu biaya transport dihitung dari tiket Trans Jogja yaitu Rp3600 sekali jalan. Sebulan sekitar 216 ribu. Tapi kalau cukup apes, tempat tinggal Anda tidak terjangkau Trans Jogja, berarti bisa lebih tinggi lagi.
Lalu biaya kos-kosan saya hitung 500 ribu per bulan. Sedangkan pulsa dan kuota saya hitung 100 ribu saja. Toh sudah banyak wifi gratis. Belanja bulanan di luar pangan saya hitung 300 ribu per bulan. Berarti Anda harus pintar cari diskon sabun mandi dan cuci. Oiya, Anda tidak bisa memakai jasa laundry kalau ingin irit.
Untuk uang sandang, saya hitung 100 ribu saja tiap bulan. Jadi Anda hanya bisa beli 3 celana dalam dan satu kaos waktu diskon di marketplace. Untuk biaya hiburan, termasuk kopi dan rokok, saya anggarkan 300 ribu per bulan. Jadi untuk Anda para ahli isap, rokok yang terjangkau adalah SKT 10 ribuan di warung Madura. Terakhir, biaya darurat saya anggarkan 500 ribu per bulan. Untuk beli vitamin, lampu kamar, ganti colokan konslet, maupun sumbangan teman yang menikah. Ini termasuk biaya parkir jika Anda punya motor.
Dari anggaran sederhana ini, maka biaya hidup setiap bulan adalah Rp2.916.000. Tapi untuk mencukupkan diri dengan biaya tersebut, Anda harus ekstra ngirit seperti robot yang hanya kerja-pulang-kerja-tipus. Anda juga tidak bisa menyicil rumah apalagi beli motor.
Hidup sejahtera adalah hak setiap orang, termasuk orang Jogja
Saya yakin, akan banyak yang komentar nyinyir karena artikel ini. Entah bilang hidupnya cuma butuh 2 juta setiap bulan. Atau bilang hidup harus banyak bersyukur. Silakan saja, toh saya tidak peduli dengan ujaran tidak menapak tanah itu.
Satu hal yang saya pedulikan: setiap orang berhak hidup sejahtera! Setiap orang berhak untuk makan cukup, tidur nyaman, dan bersosialisasi yang cukup. Maka, gaji yang diterima harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
4 Juta per bulan bukan angka fantastis di Jogja. Ini adalah gaji agar bisa hidup layak semata! Bahkan jika ada beberapa biaya yang bisa Anda tekan seperti masalah tempat tinggal, 4 juta bukan berarti mewah. Tapi pilihan ada di tangan Anda. Mau hidup sejahtera, Atau hidup narimo ing pandum dalam ketimpangan?
Kecuali kalau fetish Anda adalah hidup menderita, maka, jawabannya sudah jelas.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kalian Masih Membela Upah Murah Jogja ketika Defisit Gaji Jadi Realitas? Mending Kita Gelut!